Truyen2U.Net quay lại rồi đây! Các bạn truy cập Truyen2U.Com. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Better Person 3

Tuhan, jangan bunuh harapan gue yang datangnya gak tentu ini, karena gue gak akan sekuat ini lagi nantinya.
🎀Better Person 3🎀
.
.
.
.
.

Chika terbaring di kasurnya bersama tumpukan boneka-boneka kartun yang biasanya muncul di televisi. Kamarnya terlihat gelap sekali. Hanya sinar ponsel yang sedari tadi menyinari wajah dan ruangan tersebut.

"Enak, ya, jadi stalker, antara takut ketahuan sama kepo," ucap Chika sambil terkikik geli. Jemari tangannya mulai menyusuri suatu akun yang bernamakan dia. Rifki Zarano Malik.

Rambut Chika terurai dengan kaki yang bersandar pada dinding. Senyumnya sedari tadi tak bisa ia tahan lantaran dapat melihat tampilan awal yang begitu mempesona. Sungguh, Chika seperti merasakan kehadirannya di sini.

Cuma lo yang buat kepo setelah lamanya gue menyandang status jomblo. Lo ganteng banget, Rif.

"Gue unduh, deh, sekalian jadiin wallpaper biar semangat sekolah, lumayan dapat vitamin mata setiap buka ponsel," kata Chika sembari menekan option unduh berkali-kali. Hingga akhirnya, mata Chika berhenti, keringatnya mengucur, dan tangannya gemetaran.

Otak Chika terasa merealisasikan semuanya. Napasnya memburu seperti baru dikejar hewan liar.

Apa-apaan ini? Dia punya pacar orang yang di gerbang itu? Kenapa harus, sih? Kenapa harus hidup gue banyak cobaan gini?

Chika mulai menendang-nendangkan kakinya kesal ke arah tembok berwarna merah muda dengan stiker pepohonan itu. Terus saja tangannya menelusuri akun-akun itu. Jari-jarinya tak pernah lelah untuk bergerak demi tahu segala hal tentang Rifki.

"JANGAN BIARIN GUE MENGUMPAT! PENGIKUTNYA BANYAK BANGET! CANTIK LAGI! INI TITIPAN SURGA ATAU CUMA ALIRAN GAIB YANG PENGEN MENGUSIK RASA SUKA GUE, SIH? KENAPA DIA HARUS LAHIR, YA ALLAH."

Chika semakin menendang temboknya kesal. Bahkan, tanpa sadar, sembari meng-scroll, tangan kirinya terus membuang bantal-bantalnya sembarangan. Sesekali, ia mengacak rambutnya karena frustrasi. Tuhan, jangan bunuh harapan gue yang datangnya gak tentu ini, karena gue gak akan sekuat ini lagi nantinya, pinta Chika dalam hati sembari menghela napas.

"HEH ADIKNYA MANUSIA! ITU TEMBOK LO TENDANG-TENDANG SEENAK PANTAT MAKSUDNYA GIMANA? GUE LAGI NONTON FILM HOROR DAN GETER-GETER SENDIRI. LO GAK PEKA BANGET SIH, JADI ADIK TERLINCAH DI RUMAH INI?"

Tiara, kakak Chika kemudian mendobrak pintu putih yang terdapat gantungan nama pemiliknya. Kebetulan, Chika memang sengaja tak menguncinya, agar saat ia gila mencari informasi tentang Rifki, ia dapat pertolongan pertama dari kakaknya itu. Seperti sesak napas, sakit hati, dan juga mata merah. Tetapi, kelihatannya, Tiara sedang tensi.

"NIH KAMAR JUGA UDAH KAYAK KAPAL KETABRAK LAGI! UDAH BENERAN GAK ADA NIATAN HIDUP?" ucap Tiara lagi.

"Iyalah, ini tembok kamar gue. Jadi mau gue tendang, tusuk, atau hancurin sekalian juga hak gue, 'kan? Nih lihat," ucap Chika sembari terus menendang-nendang temboknya sendiri. Bahkan wajahnya menampilkan wajah jelek dan menghina, membuat Tiara kesal setengah mati.

"INI ADIK HABIS MINUM OBAT TELINGA ATAU GIMANA, SIH? KOK TELINGANYA PENGERTIAN BANGET BUAT NDENGERIN OMONGAN GUE PADAHAL GUE NYURUH LO UNTUK BERHENTI!"

Tiara dengan satu buah guling dan pakaian tidur itu kemudian berlari menelusuri karpet merah, hingga menangkap adiknya yang masih terus asyik memainkan emosinya. Bahkan matanya melotot keji dengan kepalan tangan siap menerkam Chika.

"Rasain tangan Hulk gue yang super duper kejam ini!" ucapnya sembari tertawa jahat. Membuat Chika yang sudah siaga itu memutar tubuhnya, hingga kasur itu bentuknya tak karuan dan bergerak naik turun karena beban.

"Lo bukan Hulk, karena itu fantasi. Lebih cocoknya lo itu jadi sumo yang gede gitu, mekar-mekar kebanyakan emosi buat ngejatuhin lawan." Kali ini, Chika bangkit dari tempat tidurnya dan mulai melompat cepat, lantas turun sangat mulus.

Bukan Tiara lagi yang tak kelihatan sebab ruangan itu sudah mendapat pencahayaan dari ruangan luar. Tubuhnya bahkan sempat hampir patah karena salah posisi saat hendak menikam Chika. Hingga sesuatu yang terjatuh membuatnya tersadar.

"MAMPUS! JANGAN LIHAT-LIHAT PONSEL GUE ATAU LO GAK BAKAL BISA MASUK KAMAR GUE LAGI?"

"Gak peduli."

Chika yang hendak kabur dan siap di depan pintu itu mendapati ponselnya terjatuh, tepat saat layarnya terlihat persis. "LO SENTUH BISA PECAH LAYARNYA!" teriak Chika lagi kala Tiara mulai mengambil dengan sangat gesit.

"Oh My God! Gue mimpi apa semalam? Lihat adik gue suka sama seseorang, sedangkan gue yang lebih tua belum pernah suka atau yang disebut cinta sama seorang lelaki mana pun karena selera gue tinggi. Ganteng banget!" seru Tiara melihat layar kunci Chika.

"KAK TIARAAAAA! Mata lo bisa rusak ngelihat itu! Lagian, ya, lo gak boleh suka sama dia, karena gue udah banyak cobaan. Jadi, jangan nambahin daftar gue!"

Chika mulai masuk ke dalam kamarnya dan mulai menghidupkan lampu kamarnya agar tidak pusing sendiri berlari-lari dalam keadaan gelap. Dikuncinya pintu hingga terdengar suara terkuncinya pintu. Kali ini, napasnya memang benar-benar memburu.

"Ketua kelas bisa suka sama seorang cowok? Padahal, selama ini, ketua kelas di kelas gue gak peduli apa pun cinta mau mukanya jelek atau cantik sekalipun. Yang penting hidup dan punya tujuan! Seriusan, ini gue mimpi!" Tiara duduk sembari mengamati ponsel Chika dan menunjukkannya.

"Ya bisa, lah! Gue kan normal, punya kepribadian ganda, dan tahu diri gak kayak lo yang masuk gitu aja ke kamar gue!" Chika mulai meraih ponselnya yang ber-case bintang-bintang itu. Menggenggam seolah tak mau orang lain tahu lagi.

"Kalo lo punya kepribadian ganda, lo gak seharusnya tertutup gitu sama gue! Gue tahu, kalau orang pinter kayak lo itu punya cara mencintai seseorang secara wajar. Gak mikir anu-anuan yang alasan basi, 'gue cinta lo' dan lain-lain."

Tiara mulai mengibaskan rambutnya sembari berjalan mondar-mandir di depan Chika. Berharap Chika mau menjawabnya sehingga ia bisa menambah daya kepekaan cinta dari adiknya sendiri. Barangkali, di kelas ntar gue dapet doi kayak my sister.

"Masalahnya ini belum jelas. Gue berjuang sendirian buat ngedapetin hatinya. Lagi pula, gue tahu, ini pasti kedengaran konyol dan gue gak mau, rasa yang belum pasti ini diketahui orang lain. Gue bisa malu kalau ketahuan ditolak." Chika mulai mengambil selimutnya dan menyembunyikan diri di sana.

Pada akhirnya, sekuat apa pun gue nyembunyiin perasaan gue sama dia, akhirnya kebongkar juga mau satu orang atau banyak orang sekalipun yang tahu.

Chika mulai memejamkan mata. Hingga gelapnya dalam selimut itu membuat Chika bebas. Air mata mengalir begitu saja. Ia masih ingat betapa sakitnya kala ditolak Rifki yang sudah berhari-hari ia harapkan dengan tinggi. Sangat tinggi.

Tiara dengan pakaian tak berlengan itu kemudian menoleh ke belakang. Tepat dimana gundukan selimut yang berisikan manusia itu tengah terisak. Terdengar cukup kentara.

"Cewek sesempurna lo ditolak?"

"Gak usah sok muji. Pergi sana. Puas 'kan lo udah ngehancurin suasana gue? Padahal gue udah berusaha meyakinkan diri buat ngedapetin dia lagi. Dia udah punya perempuan lain dan gue semakin sadar berkat lo, kalau dia cuma tulisan di atas mimpi gue."

Tangis Chika semakin keras. Bahkan membuat Tiara sendiri merasa bersalah dan dadanya ikutan sesak kala saudaranya sendiri sedih. Bukan apa-apa, untung saja kamar itu telah dikunci agar tangisannya lebih teredam.

"Meskipun gue belum suka sama seseorang, gue ngehargain perasaan orang yang lagi jatuh cinta, Chik. Lo gak usah khawatir, gue bakal dukung lo, kok. Secara, semangat lo setara sama gue, jadi kekuatan nurani lo udah ningkat jadi tingkat the queen."

Meskipun gue gak suka ngurusin hidup orang lain, setidaknya gue bakal ngedukung. Ngedukung untuk ngelupain dia biar lo gak terlalu berharap dan kecewa lagi kayak gini atau ngedukung lo ngedapetin hatinya biar kebahagiaan sesungguhnya datang ke lo.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Com