Manhattan's Sweetheart | Part 12 - Love Will Remember
🌙🌙🌙
Instagram : itsnotdein
Wattpad : deedein
Email : [email protected]
🌙Playlist🌙
Cruz tetap bersih kekeh agar Ashley Catalina tetap di rawat di rumah sakit sampai keadaannya benar-benar membaik dan stabil. Bagaimana pun juga, apa yang terjadi pada perempuan itu juga sebab dirinya yang menembak perempuan itu hingga sampai seperti sekarang.
Jika saja saat ini Ashley menyalakannya itu memang wajar. Namun, Ashley justru bersikap sebaliknya. Dia tetap Ashley Catalina yang Crzu cari selama ini. Perempuan itu bahkan tidak membahas kejadian tempo hari seolah-olah itu tidak pernah terjadi. Bahkan, Cruz dibuat bertanya-tanya apakah Ashley Catalina adalah seorang Dewi yang tidak memiliki keinginan untuk membenci dirinya.
Hari ini, Cruz memilih menemani Ashley seharian di rumah sakit dengan meliburkan diri dari tanggung jawabnya sebagai direktur utama di perusahaan ayahnya yang terletak di Manhattan.
Hari ini pula, Madame Ademee datang untuk menjenguk Ashley. Meski kedatangannya tampak tenang tanpa amarah, tetapi perempuan setengah abad itu meminta agar ia dan Ashley bisa berbicara hanya empat mata. Empat mata. Itu artinya, secara halus dia meminta Cruz untuk keluar dari ruangan. Walau sebenarnya enggan, Cruz dengan terpaksa keluar dari ruang rawat inap Ashley dan membiarkannya bersama Madame Ademee.
"Oh, Demi Tuhan, aku senang melihatmu hidup, Ashley," kata Madam Ademee sembari memeriksa keadaan fisik Ashley dengan saksama.
Ashley tertawa kecil menanggapi.
Madame Ademee kembali berkata, "Aku benar-benar akan menuntut Cruz Aaron Marquez jika aku kehilanganmu."
Ashley mengulas senyum. "Aku tidak akan pergi karena seseorang sedang menungguku."
"Maksudmu, Cruz Aaron Marquez itu?" tanya Madam Ademee.
"Ya." Ashley mengangguk samar.
Madame Ademee melebarkan pupil matanya. "Apa lagi yang kau harapkan dari bajingan itu, Ashley? Bukankah kau hampir saja kehilangan nyawamu karena dia?"
"Because I love him. Dan aku sudah memikirkan kehidupanku setelah ini, Madame." Pandangan Ashley lurus ke arah Cruz yang berdiri di luar, itu dapat di lihat dari kaca rawat inap nya.
"Apa itu?" tanya Madame Ademee penasaran.
"Aku akan tinggal bersama Cruz. Apakah itu akan mengganggumu?" Lalu, pandangan Ashley turun ke Madam Ademee yang duduk di sebelah brankarnya.
"Ya Tuhan, Ashley, tentu saja tidak. Hanya saja, aku tidak yakin kau aman bersamanya setelah insiden ini."
"Aku percaya padanya, Madame Ademee. Aku percaya dia akan melindungiku segenap hatinya." Ashley menenguhkan hatinya. Dia tidak peduli apa yang Cruz lakukan padanya setelah ini, yang Ashley inginkan adalah ia bisa bersama Cruz dan melihat pria itu setiap hari.
"Oh, ya, kau mulai seperti remaja yang baru saja jatuh cinta." Madam Ademee tidak tahan untuk merotasikan bola matanya dengan jengah.
"Aku ingin tahu, apakah aku boleh berhenti bekerja denganmu?" tanya Ashley hati-hati takut menyinggung perasaan Madam Ademee.
"Kau ini bicara apa? Tentu saja, Ashley, kehidupan di rumah bordil sangat tidak sehat untukmu. Begitu kau menemukan kebahagiaanmu bersama Cruz Aaron Marquez aku akan mengizinkanmu," kata Madam Ademee, "Kau tahu, Cruz juga membayarku sebagai ganti karena dia memintamu tinggal bersamanya. Harganya ... kau tidak perlu tahu, intinya itu cukup membiayai anak cicitmu."
Ashley mencabikkan bibir, lantas hal itu membuat Madam Ademee tertawa karenanya.
🌙🌙🌙
CUACA sedang hangat, jadi jalanan sedang penuh dengan anak-anak kuliah dan keluarga yang menghabiskan aktivitas di luar ruangan untuk menikmati hari yang cerah. Begitu pun dengan Ashley yang kini ikut keluar karena dokter sudah mengizinkannya pulang, meski dengan sedikit paksaan.
Ashley menoleh mendapati Cruz menyetir mobil di sebelahnya sembari menautkan jari-jarinya ke tangan Ashley. Gagasan mengenai Cruz Aaron Marquez itu gay tidak benar, pria itu hanya sengaja membiarkan berita hoaks itu karena sedari dulu Cruz hanya menjaga hatinya untuk Ashley. Itu yang Cruz katakan ketika perjalanan pulang dari rumah sakit.
Ada banyak alasan kenapa Ashley berada satu mobil dengan Cruz. Untuk pertama kalinya, Ashley merasa senang akhirnya mereka bisa sedekat nadi seperti dulu. Meskipun, Madam Ademee sempat menolak keras Ashley tinggal bersama Cruz, tetapi ketika Ashley memohon dengan kesungguhan hati, akhirnya wanita Perancis itu mengizinkannya.
“Sebentar lagi kita akan sampai.” Cruz melempar senyum. Untuk kesekian kalinya, hati Ashley bergetar mendamba senyuman itu.
Ashley ingin memiliki perjalanan berjuta mil bersama Cruz, tetapi dengan kondisinya yang belum stabil tidak memungkinkan untuk perjalanan tersebut. Ia tidak akan menyalahkan rasa sakit itu karena Cruz. Tidak akan.
Kesekian kalinya, Ashley menancapkan heels-nya di lantai marmer penthouse Cruz. Itu masih sama mendebarkannya saat melihat bangunan beton yang menjulang tinggi berdiri perkasa di depannya.
Cruz memperlakukan Ashley seperti princess, pria itu mengendongnya bridal style naik ke lift sampai meluncur ke tujuan.
“Welcome to home, Sweetheart!” seru Cruz menjatuhkan tubuh keduanya di sofa panjang.
Kedekatan mereka, Ashley berharap akan tetap seperti ini untuk masa yang akan datang dan selamanya. Ashley mengamati seluruh ruangan sampai pandangannya jatuh pada bibir segar Cruz.
Ashley mengecupnya sekilas. “Thank you, Prince Charming.”
“Well ...” Cruz mengamati lamat-lamat manik hazel Ashley. “... aku ingin kau menceritakan bagaimana kau melalui harimu sebelum kita bertemu.”
“Kau yakin ingin mendengarnya? Itu mungkin memerlukan waktu berjam-jam.”
“Tentu, aku akan menjadi pendengar yang baik.” Cruz mendorong sulur rambut Ashley ke belakang telinga wanita itu. Dia meraih pergelangan tangan Ashley, tetapi pandangannya berubah bingung. Ekspresi bingung mengotori ekspresi wajahnya. “kau masih melukai dirimu sendiri, Catalina?”
Menarik tangannya, Ashley pun menggeleng. “Aku tidak ingin menceritakan itu.”
“Oh, come on!” Cruz menarik Ashley lebih dekat. “kau masih melukai dirimu sendiri?”
Pergelangan tangan Ashley yang cantik menjadi pemandangan buruk di mata Cruz saat sebuah bekas sayatan terpampang di sana. Kebiasaan Ashley dulu ternyata masih berlaku sampai wanita itu dewasa.
Self injury adalah gangguan psikolog di mana seseorang berniat melukai dirinya sendiri dengan benda tajam atau tumpul untuk meluapkan emosinya. Bisa juga cara untuk mengalihkan perhatian dan pikiran yang mengganggu. Cruz tidak ingin hal itu terjadi pada Ashley Catalina.
“Katakan sesuatu, Catalina!” Cruz membingkai wajah Ashley, menatap penuh emosi pada wanita itu.
Tubuh Ashley bergetar, bibirnya terkatup rapat. “Forgive me, Cruz.” Matanya berair.
Lantas, melihat kerapuhan Ashley, Cruz pun mencumbu Ashley. Itu berlangsung lama hingga Ashley hampir kehabisan pasokan udara. “Forgive me, Cruz,” katanya lagi sembari bergetar.
Rasa sakit dan kesedihan yang familier menggenang di dalam hati Cruz. Dia pun menarik Ashley ke dalam pelukan hangatnya. “Berhenti menyakiti dirimu sendiri. Kumohon, Sweetheart. Aku tidak ingin kehilanganmu.” Cruz mengurai pelukannya, manik hijaunya menatap lekat manik hazel Ashley. “katakan, apa yang membuatmu begini?”
"Aku melakukannya karena Austin selalu memaksa untuk berhubungan badan, Cruz. Syukurlah, aku selalu berhasil tidak melakukannya dengannya. Aku tidak akan melakukannya kecuali dengan orang yang kucintai." Campuran air mata dan riasan wajah menuruni pipi Ashley. Dia bergetar dalam pelukan Cruz.
Ashley selalu menjadi seseorang yang penakut untuk kehilangan Cruz.
“Catalina, aku bersumpah akan selalu ada untukmu. Berjanjilah padaku kau tidak akan melukai dirimu untuk kedua, ketiga, dan seterusnya.”
Keyakinan terpancar murni di manik hijau Cruz. Kesungguhannya berjanji untuk selalu ada membuat hati Ashley menghangat. Senyuman mekar di wajahnya. “Aku berjanji, Cruz. Asalkan, kau tidak melanggar janjimu.”
🌙🌙🌙
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Com