Truyen2U.Net quay lại rồi đây! Các bạn truy cập Truyen2U.Com. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Manhattan's Sweetheart | Part 3 - Beautiful Soul

SESEORANG di atas panggung sana menakjubkan dengan balutan crop top berlengan panjang, juga dilengkapi rok furing serba merah. Rambutnya yang brunette sengaja digerai sepanjang melewati bahu, sedikit bergelombang di bagian bawah. Dia teramat piawai membawakan tembang tahun 90an di atas sana, menghipnotis pengunjung bar malam ini.

Suaranya yang easy listening, belum lagi bibir dengan lipstik mawarnya terlihat menawan di depan mic. Mata hazel-nya begitu indah, belum lagi rambut brunette-nya, sialan cantik untuk penyanyi tersebut.

Lagunya mengalun mesra di penjuru sudut, itu benar-benar merdu dan indah. Tiap bait-bait lagu yang dibawakan juga menarik meski lembut. Dia benar-benar cantik, maksudnya selain suara dan wajah, wanita itu memiliki lekuk tubuh teramat sialan untuk dibawa ke atas ranjang. Astaga, pikiran mengenai tubuh dan suara itu mengacau di kepala Cruz.

"Teramat sialan cantik untuk seorang pembunuh." Cruz mencengkeram kuat-kuat gelas kaca koktailnya.

"Anda yakin Miss Ashley seorang pembunuh, Tuan Muda?" tanya Sony melirik Cruz yang duduk di sebelahnya.

"Aku yakin dia pembunuh, Sony. Meskipun, kecantikan dalam kau lihat di wajahnya, tetapi kau tidak akan tahu bagaimana tampilan hatinya, bukan begitu?"

Sony-asisten Cruz menoleh, menatap majikannya yang masih tertangkap basah melihat Ashley bernyanyi di atas panggung sana. Pria berusia 30 tahun itu berkata, "Apa Anda baru saja memujinya, Tuan Muda?"

Jantung Cruz berdetak keras di balik kemeja putihnya, selanjutnya ia mendengar bibirnya mendesah. Dia menggeleng keras. "Aku menarik ucapanku."

Teramat menarik menemukan Ashley sebagai sosok bidadari pembunuh yang malah memakai pakaian tidak terbuka, wanita brunette itu untuk kedua kalinya, Cruz menyadari bahwa Ashley lebih suka memakai busana lengan panjang. Padahal, dia bisa saja memakai bikini atau semacamnya yang menampilkan pantat atau perutnya.

"Anda ingin saya melakukan apa, Tuan Muda?" Sony bertanya.

Mata hijau Cruz masih terfokus di depan sana, belum menjawab pertanyaan Sony sampai Ashley berhasil menyelesaikan satu tembang lagunya. Suara tepuk tangan selanjutnya terdengar saat Ashley pamit undur diri ke belakang. Cruz menegakkan duduknya, dia menoleh. "Bawakan bunga dan selipkan note di dalam sana. Aku ingin melihatnya besok malam." Cruz menyesap koktailnya membiarkan rum menjalar di kerongkongannya.

"Apakah ada jenis bunga khusus, Tuan Muda?"

Cruz menggaruk tengkuk. "Aku tidak tahu jenis-jenis bunga. Tapi, ibuku suka mawar, kupikir semua perempuan memiliki selera yang sama mengenai bunga. Jadi, mawar saja."

Sony menggeleng sebelum bangkit dari kursinya untuk menjalankan apa yang diperintahkan Cruz, majikannya. Sementara itu, Cruz masih menempel pada kursinya, diam-diam mengangumi Ashley di depan sana.

Jika saja Ashley ..., Oh, come on, Cruz, apa yang kau pikirkan dengan perempuan itu?

Cruz menggeleng keras mengenyahkan pikiran nakal tentang Ashley yang terlintas di pikirannya.

***

Selesai dengan membawakan satu tembang lagu adalah hal yang biasa, itu pekerjaannya, dan Ashley menyukainya. Selanjutnya, dia berjalan ke meja rias melihat penampilannya. Ini hari Sabtu, jadi pengunjung bar ramai bahkan Ashley menerka banyak uang tip malam ini.

Sampai ia menemukan buket mawar merah di depan meja riasnya. Seorang pengagum rahasia, eh? Ashley membatin sembari menghirup dalam-dalam aroma mawar itu. Dia mengernyit menemukan note di dalam sana, menarik sebuah kertas berwarna gold.

Minggu malam aku ingin mengundangmu makan malam, mungkin itu minggu yang indah untuk menghabiskan akhir pekan bersamamu. Temui aku pukul 8 malam di penthouseku, Sony akan menjemputmu seperti biasa.

Tertanda : Cruz Aaron Marquez.

Itu manis. Pipi Ashley memerah seperti demam tinggi membaca kalimat itu. Minggu malam yang indah untuk seorang wanita lajang seperti Ashley. Cukup gila jika Cruz mengundangnya makan malam. Cruz Aaron Marquez adalah satu-satunya laki-laki yang diinginkan Ashley untuk tidur bersama di bawah rembulan dan di bawah selimut yang sama. Come on! Itu terdengar cukup kotor.

Dan Ashley tidak sabar untuk Minggu malam besok.


🌙🌙🌙


Sambil bersenandung keluar dari lift, Ashley Catalina merasakan dejavu saat matanya yang indah menangkap pintu bernomor 325 di sana. Jantungnya semakin keras berdetak, ketika langkahnya semakin dekat. Pikirannya menggila membayangkan seseorang di balik pintu tersebut.

Ashley menegakkan badannya, cukup percaya diri. Dia mengikat rambut brunette-nya ke belakang. Memakai dress tanpa belahan dada atau punggung yang terbuka. Itu hanya skimming dress dengan pattern yang ceria.

Seperti biasa, seseorang pria tinggi sudah berada di depan pintu, mengantarnya masuk dan membawanya pada Cruz Marquez. Pria itu tidak banyak bicara, dan Ashley juga tidak cukup ramah hanya untuk sekedar basa-basi.

Kegelapan menguasai, Ashley berjalan pasti, heels-nya menancap lantai marmer tersebut, tetapi rasanya ia seperti melayang tatkala melihat pria dalam balutan fisik sempurna itu duduk di balkon yang dilengkapi lilin-lilin lavender.

Dia menoleh ke arah Ashley ketika Ashley mencapai pintu balkon, Cruz si pemilik netra hijau tersenyum melipat korannya dan menghampiri Ashley. "Aku sudah menduga kau akan tampil luar biasa malam ini." Cruz mencapai tangan Ashley dan mengecup punggung tangan tersebut, selanjutnya membawa Ashley duduk di depannya.

Ini lebih baik daripada makan malam sebelumnya. Pemandangan Manhattan terlihat jelas dengan gemerlap lampu-lampu kota, menunjukkan bahwa New York memiliki Manhattan yang bisa dibanggakan. Itu mungkin bukan satu-satunya yang membuat Ashley menarik senyumnya, salah satunya adalah Cruz yang memiliki mata hijau dan rambut cokelat hampir hitam.

"Apa kau suka salmon?" Cruz bertanya sembari mengelap garpunya.

Ashley mengangguk samar sembari meraih segelas anggur. "Itu lebih baik daripada gurita."

"Oh, kau tidak suka seafood?"

Sembari mengedikkan bahu, Ashley berkata, "Tidak semua. Hanya gurita dan kepiting aku tidak suka." Dia tertawa pendek.

Tidak ada tanggapan dari Cruz selain anggukan dari kepalanya. Mungkin itu artinya ia hanya ingin menikmati hidangannya dalam damai. Ashley pun mengikuti Cruz untuk memotong salmonnya.

"Uh, berita yang cukup menarik aku baca di koran." Cruz mendesah dan menatap manik hazel lawan bicaranya.

Merasa tertarik, Ashley pun bertanya, "Apa semenarik itu? Apa itu tentang orang politik?"

Cruz menekuk bibir sebelum berbicara, "Tidak. Aku membaca berita bahwa Austin Alexander seorang pembalap baru saja dinyatakan tiada."

"Aku sudah mendengarnya. Kudengar dia overdosis." Ashley meraih anggurnya dan Cruz tidak menemukan ekspresi wajah sedih darinya.

"Sebenarnya semua tidak murni karena overdosis, ada penyebab lainnya. Kau tahu? Dia baru saja patah hati karena kekasihnya memutuskan hubungan mereka. Astaga! Wanita." Cruz mengusap wajahnya frustrasi.

"Kenapa bisa kau menyimpulkan itu salah orang lain, Sir?"

Cruz mengangkat alisnya. "Bukankah, jelas bahwa cinta membutakan seseorang."

Ashley mendengkur. "Oh, mungkin cinta itu gila. Tetapi, tidak sampai membuat seorang Austin Alexander berakhir, bukan?"

"Lalu, kenapa siapa aku harus menyalahkannya, Miss?" Seringai hiu bermain di bibir Cruz.

Ashley tidak tahan merotasikan netra matanya. "Oh, ya, kau bisa menyalahkan hal itu pada seseorang itu sendiri. Dia yang memilih jalan hidupnya."

"Dan, apakah kau baru saja membela kekasih Austin Alexander?"

"Aku hanya sekadar meluruskan pendapatmu, Sir."

Cruz mengangguk samar. "Maaf, kita tidak seharusnya melewati malam ini dengan beragumentasi. Salmonmu pasti dingin, aku akan meminta Simon menggantinya yang baru."

Cruz sudah bangkit berdiri hendak meraih pirang Ashley, tetapi ditahap dengan cepat perempuan itu.

"Ya Tuhan, ini belum terlalu dingin. Dan aku akan baik-baik saja dengan itu. Tidak perlu repot-repot menggantinya. Aku suka yang ini."

Cruz kembali duduk tanpa melepaskan pandangan dari Ashley. "Aku minta maaf. Bisakah kita melanjutkan makan malam kita?"

"Tentu."

🌙🌙🌙


TBC
Jangan lupa vote, komen, dan share.

Di bab selanjutnya Didi akan mengajak kamu bermain teka-teki. 😆

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Com