Manhattan's Sweetheart | Part 5 - Hopeless Romantic
HAMPARAN pasir putih, langit yang membiru yang beradu biru bersama dengan lautan, dan juga angin yang bersemilir merdu. Mata Ashley meraba biru, melihat hamparan pantai di depan manik mata hazel-nya. Ombak saling berkejaran, beradu kecepatan mencapai bibir pantai dan mencumbu basah di sana. Teramat indah semesta menciptakan lautan yang biru dengan pasir yang putih.
Ashley menarik kedua ujung bibirnya, menikmati betapa indahnya pantai yang sudah tiga tahun tidak ia kunjungi. Rasanya, udara hanyut membawanya terbang bersama angin tatkala udara laut menerpa wajahnya.
Terima kasih terhadap Cruz Aaron Marquez yang membawanya ke Manhattan Beach. Jujur, Ashley teramat terganggu dengan pakaian Cruz yang hanya berpakaian kemeja dan celana pendek, sedangkan dirinya berpakaian turtleneck ketat berwarna merah muda dengan rok hitam tebal yang pas di bagian pinggang lalu melebar di bagian bawah.
"Apa kau merasa senang sekarang?" Cruz melepas kaca matanya, menampilkan iris hijau kesukaan Ashley.
Dengan mengerutkan keningnya samar, Ashley menoleh. "Apa maksudmu?"
Cruz menampilkan senyum smirk-nya, alhasil itu sukses mengundang lesung pipinya. Sialan! Bagaimana bisa laki-laki itu teramat manis dan candu dengan senyuman yang terukir di wajahnya. "Bukankah, katamu kau tidak suka makan malam dengan lilin, Ashley?" Suaranya berat dan seksi, membuat Ashley merapatkan kakinya saat Cruz melafalkan namanya.
Selanjutnya, Ashley pun berdehem, tangannya mengerat pada pagar pembatas jembatan, mendongak melihat kumpulan awan berada di atasnya. "Namun, kau juga tidak harus menyewa tempat ini juga, Sir." Ashley memamerkan sederet giginya yang putih.
Cruz menggulung kemeja sampai siku. Ashley melihat lengannya yang kokoh dan kuat, membayangkan bagaimana otot-otot itu berada di atasnya. Astaga!
"Aku hanya tidak suka menghebohkan publik." Cruz menjejalkan tangannya di kantong celana pendeknya.
Ashley memandang Cruz, mendongak dan melihat bagaimana bibirnya terlihat seksi dengan warna merah segar untuk seorang perokok. Cruz mengeluarkan rokoknya, menyalakan pematik dan menghirup dalam-dalam rokok tersebut.
"Tunggu ... apa kau gay?" Ashley menyelidik.
Itu teramat mengganggu saat Cruz justru menatap Ashley dalam diam. Matanya seolah mempelajari Ashley dan itu sukses membuat Ashley salah tingkah di tempatnya.
"Apa itu masalahmu?" Cruz balik bertanya, seolah tidak ingin ada seorang yang boleh memahami hidupnya.
Ashley tertawa pendek. Dia menggeleng. "Tidak, tapi-"
Selanjutnya, detik itu adalah detik yang sangat mengejutkan saraf-saraf Ashley. Begitu membakar dan menyengat. Seketika tubuh Ashley merasa lemas seperti jeli. Sapuan bibir Cruz di bibirnya teramat lihai dan itu membuktikan bahwa rumor tentang dirinya gay adalah salah.
Cruz memisahkan diri. Ciuman itu hanya berlangsung 10 detik dan teramat cepat untuk ciuman manis yang diciptakan Cruz. Pipi Ashley memanas dan merah seperti demam tinggi. Dia mengalihkan pandangan dari Cruz sembari mengatur napasnya.
"Setidaknya itu menjelaskan pertanyaanmu." Cruz tersenyum miring, membuang rokoknya, dan meninggalkan Ashley dengan jantungnya yang berdetak cepat di tempatnya.
Pipi Ashley merona merah. Dia memperhatikan punggung lebar Cruz yang berjalan keluar dari jembatan. Gemas karena Cruz semakin seksi setiap harinya. Sampai Cruz membalikkan badannya, menatap Ashley dengan senyum samarnya. Itu mungkin sebuah ejekan dari Cruz karena Ashley terlalu kaku saat ciuman itu berlangsung.
"Hei, apa kau akan tetap di sana sampai sore?"
Bibir Ashley melengkung membentuk senyuman lebar, wanita itu segera berlari menyusul Cruz.
Madu dan koktail terasa seperti ciuman Cruz, manis dan bagai candu. Ashley telah menjadi seorang yang bodoh mendapatkan ciuman dari Cruz. Dan Ashley benar-benar merasakan bahwa dirinya telah jatuh, dan ia akan menyerahkan hatinya untuk Cruz dan apa pun asalkan ia mendapatkan ciuman lagi.
"Bagaimana dengan hubungan badan?" tanya Ashley ketika ia berhasil menyejajarkan langkahnya dengan langkah Cruz.
Cruz berhenti, menatap manik hazel Ashley dan menyelam di sana, memerhatikan betapa mata tersebut mengingatkannya pada seseorang di masa lalu. Dia bersedekap. "Aku tidak tertarik," jawabnya singkat.
"Oh." Wanita berambut brunette tersebut mengambil napas kilat dan tersenyum.
"Aku menyukai ciuman, tapi tidak dengan hubungan badan." Cruz meyugarkan rambutnya ke belakang dan kembali melanjutkan langkahnya diikuti oleh Ashley di sebelahnya.
Laki-laki memang aneh. Ashley hanya mengangguk membalas ucapan Cruz.
Mereka berdua bersama-sama menginjak hamparan pasir putih yang indah dan bersih. Berjalan mendekat ke arah bibir pantai yang basah. Menatap bersamaan jauh di sana sebuah perairan biru yang membentang luas dengan perkasanya.
Ashley melepas flatshoes-nya, menjejakkan kakinya dengan air yang tenang di bibir pantai. Rasanya dingin dan sejuk saat bibir pantai menyentuh kakinya yang telanjang.
"Kau mengingatkan aku pada seseorang, Ashley." Cruz berujar. Ashley menoleh melihat Cruz menggaruk hidungnya yang mancung.
Dengan menautkan kedua alisnya, Ashley berkata, "Benarkah? Siapa?" tanyanya penuh antusias.
"Seseorang di masa laluku." Cruz menjejalkan kedua tangannya ke dalam saku celananya.
Kini, perhatian Ashley terpusat pada Cruz. Dia pun menghadap Cruz. "Di mana dia sekarang?"
Cruz mengedikkan bahunya lemah. "Aku tidak tahu. Namun, terakhir kali kami berjumpa dia berkata akan pindah ke Inggris. Namun, sejak tiga tahun terakhir aku mencarinya, dia hilang seolah ditelan bumi." Laki-laki itu mendesah. Dia melipat kedua tangannya. "Kalian memiliki nama depan yang sama," lanjutnya.
Awalnya, Ashley sangsi apakah yang dimaksud Cruz adalah dirinya di masa lalu. Namun, tatkala Cruz mengatakan bahwa namanya sama, Ashley sepenuhnya yakin bahwa yang Cruz maksud adalah Ashley Catalina, dan itu adalah dirinya. Mendadak kupu-kupu beterbangan di perut Ashley dan menggelitik di sana.
Dengan menggigit bibir bawahnya, Ashley bertanya, "Apa kau mencintainya?"
"Ya." Dan Cruz mengangguk.
Ashley tidak tahu lagi harus berkata apa. Namun, kesenangan meliputinya saat Cruz masih mengingatnya. Namun, saat Ashley ingin berterus terang mengenai identitasnya, rasanya Cruz tidak akan sepenuhnya percaya begitu saja. Mungkin Cruz justru akan menuduhnya sebagai pembohong.
Bibir Ashley menekuk. "Lalu jika kau masih mencintainya, lalu apa artinya aku di sini? Maksudku, kenapa kau menyewaku, jika kau mencintai orang lain. Kau menyakitinya, jika dia tahu kau bersama wanita lain."
Cruz mengangkat sebelah alisnya. "Itu hanya masa lalu, dan hati bisa berubah kapan saja." Setelahnya, Cruz beranjak pergi menjauh.
Ashley pun berseru, "Kau mau ke mana?
Dengan menyunggingkan senyumnya, Cruz berkata, "Aku hanya menyewanya setengah jam karena pantai ini tempat umum. Jadi, sebentar lagi waktunya akan usai dan aku sedang malas menghadapi banyak pertanyaan."
Akhirnya, Ashley mengekor. Wanita itu segera berlari menyusul ketertinggalannya sembari menenteng flatshoes dan menarik roknya agak ke atas agar ia bisa berlari dengan bebas. Langkah Cruz akhirnya dapat disusul juga. Setelah mencapai sebuah mobil sport berwarna orange Ashley mulai menetralkan napasnya yang terengah.
Dia menangkap Sony sudah berdiri di depan pintu dengan pakaian formalnya dan tersenyum tipis ke arahnya, tapi Ashley bukan wanita seramah itu untuk membalas Sony. Dia pun hanya menatapnya sekilas dan kembali memakai flatshoes-nya.
"Silakan, Miss." Sony berujar sembari membukakan pintu mobil sport tersebut. Ashley menurut tanpa banyak penolakan.
Dia-Ashley mengernyitkan keningnya, melihat Cruz dan Sony berbicara dengan serius di luar sana, dan Ashley tidak dengar apa yang kedua laki-laki tinggi itu bicarakan.
"Pastikan setelah ini tidak ada berita yang memaparkan namaku. Pastikan semua bersih." Cruz menepuk bahu Sony. Laki-laki itu melirik sekilas Ashley di dalam mobil dari jendela. "Aku tidak ingin membuat berita bodoh. Hanya saja aku ingin menjaga hati wanita lain." Cruz tersenyum masam.
Mengangguk tanda mengerti, Sony pun tersenyum. Semua bisa ia atasi.
Manik hijau Cruz menangkap Ashley tengah memperhatikannya. Dia pun kembali berkata pada Sony, "Jika dia bertanya apa yang kita bicarakan, katakan padanya dia sangat cantik menggunakan gaun merah muda itu, tapi aku lebih suka saat dia tidak mengenakan apa pun." Cruz menahan senyum gelinya memikirkan kalimat kotornya.
Selanjutnya, Cruz kembali ke mobilnya yang terparkir 50 meter dari mobil yang Ashley tumpangi. Cruz memakai mobil Lamborghini berwarna silver dan sendirian. Sedangkan Sony berada di mobil sport satu tempat dengan Ashley.
"Kenapa dia tidak satu mobil dengan kita?" tanya Ashley.
Sony memakai seatbelt-nya. "Dan meninggalkan mobilnya di tempat ini? Jangan konyol, Miss."
Itu ada benarnya juga. Lantas, Ashley pun menekuk bibirnya dan memilih melihat Cruz membuka pintu mobilnya setelah memakai kaca mata untuk menutupi iris hijaunya yang indah.
"Apa yang kalian bicarakan? Kenapa berbisik-bisik begitu?" Ashley berdecak.
"Katanya, Anda cantik hari ini, Miss, tetapi akan lebih cantik jika pakaian itu tidak melekat." Sony tersenyum tipis sembari mulai menancapkan gasnya.
Detak jantung Ashley melompat keluar dari tenggorokan. Tertegun, Ashley menelan ludahnya dengan kasar dan menatap ragu Sony. "What the fuck are you talking? Jangan gila, dia tidak suka seks, kau tahu?" Ashley menggeleng keras tidak percaya.
"Anda harus percaya, Miss."
Tunggu, percaya apa? Percaya bahwa Cruz mengatakan hal seliar itu? Atau percaya bahwa Cruz bukan laki-laki pencinta seks?
Demi Tuhan, Ashley merasa tidak nyaman dalam duduknya.
🌙🌙🌙
Instagram : @itsnotdein
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Com