Truyen2U.Net quay lại rồi đây! Các bạn truy cập Truyen2U.Com. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Manhattan's Sweetheart | Part 8 - Falling

🌙🌙🌙

Instagram : itsnotdein
Wattpad : deedein
Email : itsnotdein@gmail com

🌙Playlist🌙

🌙🌙🌙

MENGAMBIL napas yang tenang, Cruz mencoba meyakinkan dirinya sendiri bahwa apa yang telah ia perbuat pada Ashley adalah tindakan benar untuk membalaskan dendam. Audio mobil sengaja diputar dengan lagu yang cukup keras memekakkan telinga di depan minimarket. Cruz meraih botol wiskinya menenggaknya dengan mata yang sudah memerah dan wajah berantakan.

Damn it.

Tidak mungkin Cruz menyesali perbuatannya. Namun, secara harfiah ia merasa emosional dengan dirinya sendiri. Tatapan mata hazel itu begitu sendu terakhir kali Cruz melihatnya, padahal yang diharapkan Ashley hanya sekadar ciuman. Permintaan sederhana itu berakhir tragis dengan Cruz menembak dadanya malam itu.

Sampai suara dering ponsel membuat Cruz mendongak dan tertera nama Grace di sana. Ini belum cukup larut bagi Grace untuk menelepon.

"Cruz, kau di mana?" tanya Grace setelah Cruz menjawab panggilannya pada dering ketiga.

"Kau membutuhkan sesuatu?"

"Ya! Bisakah kau jemput aku di rumah sakit lima kilometer dari penthousemu? Namun jika kau keberatan tidak apa, aku akan memesan taksi."

Cruz menggeleng. "Tidak! Akan segera ke tempatmu dalam waktu cepat."

Cruz melempar ponselnya ke jok mobil dan mengusap wajahnya dengan kasar. Sialan! Wajahnya terlalu kacau untuk berhadapan dengan Grace, tetapi Cruz tidak sempat untuk mencuci mukanya alih-alih Grace akan marah karena ia telat.

Benar saja, Cruz membelah jalanan dengan gesit dengan mobilnya melintas jalan raya yang ingar-bingar dengan lampu-lampu restoran dan pakaian. Dia menemukan Grace berdiri di tepi jalan dengan jaket tebal yang membungkus tubuhnya. Setelah melihat Cruz, Grace beralih ke dalam mobil.

"Kenapa keluar? Kau bisa memintaku untuk membeli kebutuhanmu," omel Cruz seperti ibu yang menemukan anaknya bolos sekolah.

Grace tersenyum kecil. "Jangan merepotkan dirimu, Cruz. Aku tahu kau kau sangat sibuk. Bukankah sangat egois jika aku memintamu untuk keperluan yang aku butuhkan."

Cruz menggeleng cepat. "Tidak, aku akan meluangkan waktuku."

Grace berdecak. Bersamaan dengan itu, Cruz mulai menjalankan mobilnya ke jalanan.

"Bagaimana? Apa ada kemajuan dengan penyakitmu?" tanya Cruz menoleh ke arah Grace.

Grace mengeratkan jaketnya, membersihkan debu di atas roknya. "Aku datang tidak untuk itu. Dokter meneleponku karena menyangkut Austin."

Kening Cruz melipat. "Austin?"

"Ya," jawab Grace.

"Apa ada perkembangan baru?" tanya Cruz.

"Dia diracuni, Cruz. Kematiannya bukan karena overdosis." Grace menatap Cruz dengan air wajah yang serius.

Cukup tersentak dengan pernyataan Grace, Cruz menelan kenyataan pahit itu dengan susah. "Bukan overdosis karena kekasihnya memutus hubungannya?"

"Bukan. Dia positif diracuni dengan sianida."

Dalam sejarah, sianida telah digunakan untuk melakukan bunuh diri massal dan juga dipakai oleh rezim Nazi.

Pikiran Cruz bercelamuk. Selama beberapa saat ketegangan berderak di udara. Kemarahan meledak di matanya bukan karena racun sianida itu, melainkan pada dirinya sendiri yang menyimpulkan bahwa Ashley adalah pembunuh Austin Alexander.

Melihat kebisuan Cruz, Grace pun menelengkan kepalanya. "Cruz, kau baik-baik saja?"

Cruz berbalik dan membeku. "Jauh dari kata baik."

Dibuat melongo dengan perkataan Cruz, Grace menatap cemas pria itu. "Cruz, kau mabuk?"

Alih-alih menjawab, Cruz malah semakin mempercepat laju mobilnya.

"CRUZ, BERHENTI! KAU MABUK!" teriak Grace, alhasil membuat Cruz mengerem mobilnya dan meminta maaf.

"Aku akan naik taksi saja, aku tidak suka orang mabuk!" Grace membanting pintu dan segera menghentikan taksi yang kebetulan melampir lewat.

Manik mata hijau Cruz memandang taksi Grace yang melaju kian cepat dan menghilang di balik belokan ke kanan. Perlahan, orang di sekitarnya menjauh. Grace pergi karena kesalahannya mabuk dan apa jadinya Ashley yang sakit karena kesalahan Cruz menembak wanita itu.

Semuanya pergi, menghilang, dan sisanya hanya sendirian.

Cruz tidak tahu harus apa. Lantas, dia terdiam selama lima menit dengan keadaan mobil yang menyala di tepi jalan dengan perasaannya yang kacau. Waktu semakin menggila dengan bergerak cepat, secepat itu Cruz segera menyambar ponselnya.

"Sony, cari riwayat hidup mengenai Ashley dalam waktu dua puluh empat jam."

🌙🌙🌙

Pendek, hm? Gpp yang penting update, ehe.

Teka-teki mulai muncul, yuk bantu Cruz menjawab teka-teki racun sianida.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Com