Truyen2U.Net quay lại rồi đây! Các bạn truy cập Truyen2U.Com. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Million Dollar | Part 3.2 - Leave with Jerk or Jack

Banner by youngkraken
.
.
.

💎 Read, feel, and fall in love 💎
💎 I love vote, but i hate boomvote 💎

💐Happy Reading💐

➖➖➖

Langit sudah memetang sedari tadi. Rembulan bersinar cerah di Los Angeles malam ini dengan banyak bintang yang bersinar tak kalah terangnya. Berangkat pagi sampai malam setiap hari adalah kebiasaan Crhystal mulai sekarang.
Heelsnya sudah tidak berada di tempat yang seharusnya. Bahkan, ia tidak segan-segan menenteng heelsnya menaiki lift apartementnya. Sampai pintu lift kembali berbunyi dan ia melangkahkan kakinya yang jenjang dan berjalan dengan gontai.

"Crhys!"

Crhystal mengurungkan niatnya untuk memasuki apartementnya ketika, suara pria berseru di belakangnya.

"Julio." Kedua sudut bibirnya terukir membentuk senyuman. Berbeda 180 derajat dari sebelumnya, kini ia mengganti mumuk mukanya dengan sebaik mungkin.

Pria keturunan Inggris-Thailand itu berdehem. "Mau ikut?"

Menurunkan heelsnya ke lantai. "Ke mana?" tanya Crhystal.

"Mungkin kau akan suka nanti."

Terkekeh dan melirik arlojinya yang melingkar dengan apik di pergelangan tangannya. Menunjukkan pukul 10.00 malam. Wanita berambut pirang itu mengulas senyumannya. "Sepertinya menarik," gumamnya seraya berjalan beriringan dengan Julio.

Julio berjalan pelan beriringan dengan Crhystal. Jujur saja, ia sudah menunggu Crhystal sejak satu jam lalu untuk mengajaknya ke rooftop.

"Akhirnya kau pulang juga."

Crhystal melirik ke arah pria itu. "Tentu saja. Aku tidak mungkin lupa dengan apartement dan teman-temanku." Crhystal merangkul Julio.

Yeah, jantung Julio berdetak tiga kali lipat. Well... Julio tidak suka dengan sepenggal kata akhir dari ucapan Crhystal. Teman? Oh, c'mon!

"Astaga... kenapa kau tidak bilang saja jika membawaku ke rooftop." Crhystal mengeratkan blazer hitamnya. Udara malam baru saja menyapanya dan menerobos pori-porinya membangkitkan bulu-bulunya.

"Kejutan!!"

Tertawa sebahagia mungkin, Crhystal tidak dapat menyembunyikan rasa senangnya. "Jadi... di mana kejutannya?" Crhystal celingak-celinguk ke sana-sini.

Entah sihir apa yang ia gunakan tapi, setiap melihat Crhystal tertawa, tawa itu juga dapat menular pada Julio. Telapak tangannya yang kosong mengantung di udara seraya berkata, "Ayo!"

Crhystal menatap sebelah tangan yang mengantung lama di udara dalam diam, detik kemudian wanita asal Texas ini terkekeh dan menampar pelan telapak tangan itu dengan telapak tangannya.

"Jangan sok romantis." Crhystal terkekeh. Lalu, berjalan dan berhenti di langkah ketiganya. Dalam-dalam menghirup udara sebanyak-banyaknya dan mulai mengeluarkan dengan perlahan. Rasanya, ia ingin menikmati malam ini bersama keluarganya di Texas.

"Rasanya aku benar-benar telah melewatkan malam dengan sia-sia seperti tidur lebih awal..." Wanita itu berujar ketika, Julio berdiri di sampingnya. "...padahal malam begitu indah untuk dilewatkan dengan bintang-bintang di sana."

Setengah mendongak untuk menatap pria di sampingnya sebelum berkata, "Terima kasih."

"Untuk apa? Aku belum melakukan apa pun."

Kening Crhystal mengerut. Lalu, Julio menarik tangannya dan membawa ke utara rooftop ternyata di sana pria itu benar-benar memberikan kejutan padanya. Ada teleskop untuk melihat bintang di sana.

"Melihat bintang?" tanya Crhystal setelah terkekeh.

Julio mengangguk dan mengarahkan teleskop itu pada Crhystal. "Kau akan menyukai ini," ucapnya sembari mendekap Crhystal dari belakang untuk membantu wanita itu melihat rasi bintang.

"Kau lihat?" Crhystal mengangguk ketika Julio mengarahkan ke arah bintang di bagian selatan. "Itu namanya sagitta." Jarinya membentuk bentuk abstrak yang jelas Crhystal tidak mengerti. "Artinya... anak panah."

Crhystal memutar tubuhnya dan menghadap langsung dengan Julio. "Well... di sini kau yang paling pintar. Astaga... di mana kau mempelajari itu semua?"

Julio terkekeh. "Aku tidak tahu banyak... ada beberapa yang aku tahu dan aku mempelajarinya dari ayahku."

Crhystal menatap takjub. "Astaga... hebat."

***

Wanita berambut pirang sesiku baru saja turun dari taxinya dan sialnya ia bertemu dengan atasannya di pagi ini dan memulai mood buruk untuk satu hari ini. Crhystal sengaja berhenti di depan lobby agar tidak berbarengan dengan Jack di lift nanti. Pura-pura tidak tahu dan memalingkan muka ternyata sia-sia. Nyatanya, pria bertubuh jakung itu malah berdiri di hadapannya.

Bibirnya terbuka. "Apa yang kau lakukan di sini? Seharunya kau datang lebih awal dari atasanmu!"

Crhystal memutar bola matanya. "Sepertinya aku lupa melihat jam."

Jack berdecak. "Kau perlu mengganti jammu, Miss Frozen."

"C'mon?! Siapa yang kau panggil Frozen?"

Bibirnya melengkung sempurna dan membentuk senyuman di sana. "Tentu saja kau, siapa lagi."

Crhystal berkacang pinggang dengan mata lebarnya siap menerkam mangsanya kapan pun. "Berhenti mengubah namaku!"

Wanita itu memutar tubuhnya dan berjalan dengan cepat meninggalkan Jack di tempatnya. Crhystal tahu Jack mengekorinya dari belakang. Terdengar derap langkah sepatunya di belakang sana.

Gosh! Kenapa pria itu di pagi ini?!
Crhystal memencet lift di lantai tertinggi setelah pria itu masuk. Yeah, ia benar-benar satu lift.

Crhystal mencoba membuat dirinya sesibuk mungkin entah dengan apa tapi, wanita itu kini berkutik dengan ponselnya. Sampai suara lift berbunyi, Crhystal bersyukur pria itu tidak memancing emosinya. Sebelum pergi ke mejanya, Crhystal memilih pergi ke meja Steve dulu. Lebih baik ia menghabiskan sisa waktu bersama Steve daripada bersama pria semacam Jack.

"Kau salah arah, Nona."

"Tidak. Aku yakin dengan tujuanku!" seru Crhystal lantang.

Namun bukannya menemukan Steve di mejanya justru, seorang wanita bertubuh langsing berada di meja Steve yang seharusnya.

"Mencari pria sialan itu?"

"Bukan urusanmu!"

"Benarkah? Padahal ada sesuatu yang seharusnya kau tahu..." Jack menjeda kalimatnya menunggu reaksi Crhystal. Benar saja, wanita itu berbalik dengan kening yang melipat. "...aku sudah memecatnya."

"Oh, God! Kau benar-benar memecatnya?"

"I never played with my words."

Crhystal tidak percaya. Pria itu benar-benar memecat satu-satunya temannya. Ayolah?! Pria gila seperti apa yang memecat karyawannya karena masalah sepele di rooftop.

Pria berbadan jakung itu membalikkan tubuhnya yang kokoh dengan balutan tuxedo berjalan membelakanginya. Rambutnya yang berwarna dark brown tertata rapi dengan pomade. Belum lagi, kaki-kakinya yang panjang yang siap menerkam mangsanya dengan jantannya. Untung saja, Crhystal tidak terpesona dengan itu semua. Pria itu benar-benar devil yang meminjam raga malaikat.

Malam itu setelah mengetahui bahwa Jack memecat Steve salah satu karyawannya yang begitu dengan Crhystal, Crhystal merasa bersalah dan segera mungkin ia menelepon pria itu setelah sampai di apartementnya.

Wanita berpiyama motif unicorn itu berdiri di pinggir pagar balkon dengan ponsel yang masih menempel di telinganya. Setarik napas baru saja dihembuskan di udara ketika suara operator yang menjawabnya.
Rasa bersalah menyelimuti Crhystal malam ini. Dengan perasaan bersalah pada Steve benar-benar membuat pikirannya tidak tenang.
Ia menatap miris ponselnya tapi, ternyata Steve tidak meleponnya balik.

Suara bel apartementnya membuat pikirannya sadar dan otomatis ia berdiri dan membukakan pintu.
"Anna, Julio!" seru Crhystal melihat teman-temannya berdiri di sana.

Crhystal memberi celah masuk untuk kedua orang tersebut. "Kenapa bisa kalian berombongan ke sini?" tanyanya sembari duduk di sofa.

"Sebenarnya, kami tidak sengaja bertemu... aku bertemu dengan Julio di lift tadi dan kulihat dia membawa makanan ringan dari mini market. Dan aku mempunyai ide untuk makan bersama di sini." Anna menjelaskan dan terkekeh setelahnya.

"Itu benar." Pria itu membawa dua kantung plastik di meja.

"Well... well... itu apa yang kau bawa, Anna?"

"Pizza!" Anna membuka pizza dengan extra cheese dan tambahan paperoni di atasnya.

"Hm...." Crhystal menatap pizza dengan tatapan rakusnya.

"Kalian tidak perlu merepotkan diri seperti ini," gumam Crhystal sembari membuka kaleng sodanya.

Anna berceletuk dengan pizza di tangannya. "Anggap saja ini perayaan dengan pekerjaan barumu." Anna terkekeh geli. "Bersulang untuk Crhys!" serunya sembari mengambil kaleng sodanya ke udara.

"Bersulang-" Ucapan Julio dan Crhystal terpotong dengan suara bass yang tiba-tiba berseru.

"Oh, God! Sepertinya aku terlambat datang."

Jack Marquez. Pria bersetelan kaos santai itu berdiri tak jauh dari mereka dengan satu orang di belakangnya yang dipastikan itu adalah tangan kirinya.

"J-jack?!"

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Com