Truyen2U.Net quay lại rồi đây! Các bạn truy cập Truyen2U.Com. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Million Dollar | Part 3 - Leave with Jerk or Jack?

Banner by youngkraken
.
.
.
Happy Reading💖

💎 read, fell, and fall in love💎
💎i love vote, but i hate boomvote💎

➖➖➖

Will not stop before chasing. Will not give up before losing. Love needs to be fought instead of waiting.

-Million Dollar-

Susunan beragam warna berjejer rapi dari warah cerah hingga warna gelap, hingga dari motif berenda atau polos biasa.  Bukan masalah modelnya tapi warna yang membuat Axelerie bingung memilih lingerie. Sesama wanita yang mengerti kebutuhan pria, Axelerie mengajak Crhystal untuk memilih lingerie. Well... Crhystal terpaksa tidak berangkat bekerja hanya untuk menemani Axelerie berbelanja pakaian dalam. Persetan dengan lingerie!

Bahkan, kerap kali Crhystal menoleh ke kanan dan ke kiri memastikan tidak ada laki-laki kurang ajar yang melihat mereka di toko pakaian dalam bermerk tersebut.

“Menurutmu hitam atau merah?” tanya Axe sembari menenteng lingerie warna hitam dan merah dikedua tangannya yang mengantung di udara.

Sudah ke sekian kalinya Axe bertanya mengenai lingerie yang akan ia beli. Helaan napas berat lolos dari bibir ranum Crhystal dan sesekali menggeram kesal. God, kapan dia bisa keluar?!

“Hitam,” jawab Crhystal.
Wanita bermata hazel itu memanyunkan bibirnya dan menimang-nimang lingerie warna hitam di tangan kanannya. Well... lingerie itu ada sedikit renda di bagian tepi atasnya sedangkan yang merah, juga sama hanya saja di sana rendanya berukuran minimalis.

Bikini itu terlihat sama saja.” Memutar iris biru kehijauannya dengan jengah. Sudah dua jam mereka berada di toko pakaian dalam dan selama itu Axe belum menentukan pilihannya. Good, Crhystal ingin kabur saja.

Axelerie mencebikkan bibirnya. “Tidak, Crhys. Ini bukan bikini.”

Mengangkat kedua alisnya seraya naluria tercengang, Crhystal mulai tertarik dan berkata, “Kupikir itu bikini,” gumamnya. “Omong-omong, untuk apa kau sibuk membeli under water itu?”

Mendesis, Axelerie berbisik pelan, “Untuk malam pertamaku bersama J.” Wanita itu tersenyum senang dan kembali memilih lingerie. “Maafkan aku, Crhys. Aku tahu kau adalah calonnya tapi, aku tidak akan semudah itu berhenti mengejarnya. Kau tahu, bukan?” tambahnya sembari sesekali melirik Crhystal.

“Tidak masalah. Kau bebas mencintainya.”

“Sungguh? Apa kau tidak marah?” Mata hazelnya berkobar semangat dengan sorot keceriaan dari mata indahnya tersebut. Bahkan, Axe seperti baru saja memenangkan lotre.

Terkekeh mengejek, Crhystal benar-benar ingin tertawa sekeras mungkin mendengar pertanyaan Axelerie. Marah? Untuk apa ia harus marah? Ia hanyalah bersandiwara di depan umum.

“Apa? Siapa? Aku?” Crhystal tergelak dan kembali terkekeh. Astaga... lucu sekali jika ia marah karena cemburu dengan perempuan berumur tujuh belas tahun ini. “Tentu saja tidak.”
Axelerie tercengang menatap Crhystal dengan kening berkerut. Lucu saja jika pria yang kau sukai di sukai wanita lain dan wanita itu tidak cemburu atau marah. Well... tapi itu bagus.

“Baiklah... lupakan itu.” Axelerie berjalan mendekat dengan lingerie hitam dan merah tadi. “Aku akan membeli keduanya.” Axelerie tersenyum. “...yang hitam aku gunakan untuk malam pertama kami dan yang berwarna merah aku gunakan untuk honeymoon,” katanya tersenyum senang dengan imajinasi liarnya bersama Jack.

***

“Aku akan pulang ke Italia. Jangan lupa mengunjungi pria tua ini.” Charles terkekeh sembari menepuk-nepuk bahu Jack yang terbalut tuxedo.

Hari ini, Charles akan kembali ke Italia selama beberapa hari di Amerika hanya untuk mengunjungi cucunya. Sejujurnya, dulu sebelum Jack memutuskan membangun perusahaan di Los Angeles, Charles pernah memintanya untuk meneruskan pekerjaannya saja tapi, Jack bersih keras untuk meneruskan perusahaan ayahnya.

Menyungging senyuman miring Jack berujar, “Baik, jika aku ingat.”

“Sialan! Kau harus sesekali mengunjungi kakekmu.”

“Aku tidak janji.” Jack terkekeh.

Berdecak kesal ketika melihat Jack justru terkekeh. “Baiklah...” Charles memutar bola matanya malas.

“Omong-omong, beritamu dengan Crhystal belum meluas jauh jadi, kemungkinan Maria belum mengetahuinya.”

“Memangnya kenapa jika dia mengetahuinya? She is grandmother.”

Helaan napas berat dari bibir Charles terdengar begitu kasar. “Aku tahu meski kau dengan Crhystal berpura-pura tapi, kuyakin dia tidak akan tinggal diam.” Charles menatap serius Jack.

“No problem. Lagi pula, ini takkan lama.”

Charles terdiam sesaat sebelum menjawab, “Semoga demikian.”

***

Suasana makan di lantai paling atas dengan pemandangan sunset sore ini luar biasa. Matahari tampak memuram dengan pancaran jingga di sana. Bahkan, meski begitu, hari akan memasuki malam, restoran ini semakin ramai. Ditemani dengan dua gelas orange jus dan ham adalah hidangan yang dipesan Axelerie dan Crhystal.

Anggap saja ini adalah traktiran oleh Axelerie karena, besok ia akan kembali ke Kanada.

“Crhys, menurutmu setelah selesai high school aku melanjutkan di Los Angeles atau Kanada saja?” tanya Axelerie setelah memasukkan sepotong ham ke mulutnya.

“Terserah.”

Axelerie berujar sembari memotong ham. “Menurutmu aku harus mengambil jurusan apa?”

“Terserah.”

“Baiklah... aku akan mengambil bisnis saja.”

Crhystal menaikkan sebelah alisnya. “Kenapa?”

“Aku ingin bekerja di perusahaan J, lalu setiap hari aku akan selalu bertemu dengannya!” pekik Axelerie gembira. Crhystal tak menyangka wanita muda nan cantik ini begitu fanatik mengenai Jack Marquez.

“Crhystal!”

Bersamaan dengan itu seorang pria menepuk pundaknya dari belakang.
“Syukurlah, ini benar kau,” katanya setelah menahan nafasnya takut salah orang.

Tercengang melihat laki-laki itu dengan tatapan horornya seolah ia baru saja tertangkap basah. Good, masalahnya tidak semudah ini jika bertemu dengan Julio.. “Julio? Kau di sini?” Axelerie melihat Crhystal dan Julio saling menyapa. Well... di sini ia hanya bisa melihat keduanya yang tengah berbicara.

Pria itu terkekeh seperti sebelum, sebelumnya. “Seharusnya aku yang bertanya seperti itu padamu, Crhys. Ayahku pemilik restaurant ini.”

Crhystal merasa canggung. Ia tak menyangka bahwa ayah Julio juga seorang pembisnis. Sayang sekali, Julio lebih memilih menjadi fotografer. Well... tak apa itu adalah hobinya.

“Julio, ini Axe, temanku.” Crhystal memperkenalkan Axelerie pada Julio. Keduanya tersenyum setelah memperkenalkan diri masing-masing.

Tatapan Julio kembali terfokus pada Crhystal lagi meski banyak objek di sekitarnya yang jauh lebih menarik tapi, Crhystal berhasil mencuri perhatiannya. “Kau ke mana saja? Malam tadi aku akan mengajakmu nonton tapi sayang sekali, kau tidak ada.”

Crhystal tersenyum masam sembari, mengaruk tengkuknya yang sama sekali tidak gatal. Well... sepertinya ia harus berbohong.

“Aku ada urusan.”

Wait... wait... bukankah kau memang tinggal bersama J?” Axelerie berceletuk membuat Crhystal melebarkan pupil matanya ke arah Axelerie yang dengan santainya menimbrung percakapannya.

Kening mengkerut Julio menatap Axelerie sebentar lalu kembali menatap Crhystal. “Siapa dia, Crhys?”

Terdiam sesaat, namun kerutan masih saja tercetak jelas di wajah Julio masih setia menunggu jawaban Crhystal. “J-jack.” Shit! Persetan dengan Axe, gumam Crhystal menggeram kesal.

Ekspresi Julio terlihat bahwa ia juga terkejut, namun detik selanjutnya pria itu tertawa menyembunyikan rasa sakit hatinya yang tiba-tiba menjalar ketika mendengar nama pria lain selain dirinya.

“Begitu rupanya. Baiklah... aku harus pergi, senang bertemu kalian di sini. Jangan khawatir aku yang menraktir kalian.”

Crhystal menggeleng tanda menolaknya, lain halnya dengan Axe yang tersenyum senang.

“Tidak perlu sungkan.” Julio tersenyum sebelum pria itu benar-benar pergi.

Seharusnya, ia tidak perlu bertemu dengan Julio di sini. Ia takut Julio menjauhinya. Ia takut menyakiti hati pria itu. Julio sangat baik kepadanya lebih dari sekedar teman, Crhystal menganggapnya saudara.

***

Crhystal dan Axelerie sama-sama membeku di tempatnya. Bagaimana tidak? Di sana, di atas sofa tengah ada seseorang yang bercumbu seolah lupa bahwa mereka dapat terpergok kapan saja. Amarah Axelerie sudah mendidih dan siap membuncah kapan saja sedangkan Crhystal, ia hanya menatap jijik pemandangan yang gratis ini.
Masih diam dengan seribu kata sampai kedua pasangan tadi berhenti berciuman. Jack memasang wajah datar ketika melihat Axelerie dan Crhystal berdiri di depannya seolah, apa yang terjadi beberapa saat lalu hanyalah hal sepele.

“You can go,” bisik Jack pada wanita tadi.

Wanita tadi nampak mengerucutkan bibirnya. “But you say we will spend the night together.

“I changed my mind,” kata Jack santai.
Wanita tadi bangkit dari duduknya dan bergegas mengambil hand bagnya. Tapi, tidak begitu mudah wanita tadi keluar. Axelerie menghadangnya dan menarik rambut wanita itu.

“Lepaskan! Sialan!” seru wanita tadi meronta-ronta.

Crhystal tercengang dengan sikap berani Axelerie tapi, ia tidak mau ikut campur. Sedangkan Jack, pria tilliunaire itu menikmati pandangan di depannya dengan wajah santainya menikmati segelas rose wine.

Dasar, Bitch! Jangan pernah menginjakkan kaki kotormu di sini!” seru Axelerie semakin kuat menarik rambut wanita itu.

“Apa masalahmu?! Sial! Lepaskan!”

Axeleire tidak berhenti melakukan aksinya dan tidak hanya itu, Axelerie juga menamparnya. “Pergi!”

Fuck you!” seru wanita itu dan segera bergegas pergi.

Crhystal mendekati Axelerie dan mengelus punggung wanita itu. “Kau baik-baik saja?” Axelerie mengangguk.

Menatap tajam Jack yang masih saja bersikap acuh tak acuh di tempatnya, Crhystal benar-benar tidak dapat menyembunyikan rasa kesalnya pada laki-laki yang kini memasang wajah tidak berdosanya.

“Apa?” tanya Jack tanpa suara mendapat tatapan setajam elang dari Crhystal.

“J, jika aunty melihatnya pasti ia akan marah.” Axelerie berujar dengan napas tersengal-sengal karena emosinya.

Laki-laki bermarga Marquez tersebut berdiri menghampiri Axelerie. “Maafkan aku.”

Bagi Axelerie, Jack segalanya bagi Axelerie, seburuk kelakuan Jack di depannya, wanita itu akan dengan mudah memaafkannya sebelum Jack meminta maaf. Apa pun untuk Jack. Bukan hanya cinta yang Axelerie berikaan, maaf pun Axelerie berikan secara percuma.

Dengan matanya yang menatap kagum Jack, Axeleire tersenyum dan memeluk Jack. Crhystal hanya diam membiarkan Axelerie memeluk Jack sepuasnya. Jack memberi tatapan peringatan bagi Crhystal untuk menegur Axeleire yang memeluknya tapi, bukan Crhystal namanya jika ia menolak. Wanita itu justru menjulurkan lidahnya dan bergegas naik ke kamarnya.

Setelah mengantar Axelerie pergi ke bandara kini, Crhystal kembali ke tempatnya semula, yakni apartemennya. Ayolah! Crhystal bukan wanita yang munafik jika ia suka tinggal di mansion milik pria tilliunaire itu tapi, pemilik rumahnya yang membuat ia tidak betah tinggal di sana.

“Terima kasih,” kata Crhystal setelah membuka pintu mobil lamborghini milik Jack. Seusai ke bandara, Jack mengantarkan Crhystal untuk bekerja lagi.

Usai beberapa saat ia mengatakan ucapan terima kasih, pria berambut drak brown itu berjalan sejajar dengannya. Demi Krusty Krab, Crhystal ingin menendang pria itu dari hidupnya sekarang juga.
“Apa yang kau lakukan?” tanya Crhystal heran.

Jack menoleh lalu terkekeh. “Apa yang aku lakukan? Hell! Pertanyaan konyol apa itu... ini perusahaanku, jika kau lupa.”

Crhystal memutar bola matanya malas lalu, memasuki lift. Sialnya, di dalam lift hanya ada mereka berdua.  Memilih diam daripada berdebat dengan pria itu. Menekan tombol angka paling tinggi membutuhkan sedikit waktu lama untuk berada di dalam lift terlalu lama dengan Jack.

Ting!

Pintu lift terbuka dan Crhystal langsung saja mengambil langkah seribunya berjalan ke arah mejanya. Tapi apa? Mejanya hilang. Tidak bekerja selama dua hari apa itu artinya ia dipecat?

Terdengar kekehan dari belakangnya. Yeah, Crhystal tahu siapa penyebab mejanya hilang sekarang. Sebelum Jack berbicara, Crhystal mendahuluinya.
“Di mana mejaku?!”

Jack tersenyum miring sembari menyisir rambutnya ke belakang dengan jari-jarinya yang panjang. “Mejamu sekarang ada dalam ruangan CEO.”

Tanpa mengucapkan sepatah kata, Crhystal berjalan ke ruang CEO dan benar... mejanya ada di sana lengkap dengan nama panjangnya bertengger di atas meja itu. Dan anehnya, meski di dalam ruang CEO, Max tidak ada di sana bahkan, papan nama di atas meja kebesaran itu bertuliskan Jack Marquez. Hell! Jangan bilang kalau...

Yeah, kita akan satu ruangan.”

WHAT THE HELL!

Pupil mata indah milik Crhystal melebar sempurna. Seperti musibah bahwa ia harus satu ruangan bersama Jack. Demi alis Gigi Hadid, ia ingin berteriak dari Hollywood Hill sekarang juga.

“Lalu Max?”

Jack membuka kancing tuxedonya dan mendaratkan diri di kursi besarnya. “Dia sekarang wakil CEO, dan dia sekarang sedang berada di Paris untuk terjun langsung dalam pembangunan hotel.”

“Dan kau—“ Ada jeda sebelum melanjutkan kalimatnya. Mengambil napas sebelum melanjutkannya. Masih dipikirkan apa yang akan diucapkan sebelum benar-benar melanjutkannya. “...CEO di sini?”

“Benar sekali.” Jack menjentikkan ibu jarinya, seolah Crhystal baru saja menyelesaikan pertanyaan paling sulit di dunia ini. “Tidak mungkin bukan, aku membiarkan calon tunanganku di sini tanpa pengawasanku?”

Dengan keberanian tanpa batas, Crhystal menggebrak mejanya tapi, untunglah Jack tidak punya riwayat penyakit jantung. Jika saja Jack memiliki penyakit jantung, ia yakin bahwa detik itu juga ia akan segera dirawat di rumah sakit.

“In your dream!”

Crhystal memutar bola matanya jengah. Yeah, meski ruangan barunya terkesan sangat mewah, belum lagi pemandangan Hollywood Hills yang terpampang di sekitarnya, memang akan membuat siapa pun betah di sini. Tapi tidak jika, atasanmu berdiri di sampingmu dan memperhatikanmu secara terang-terangan. Jujur saja, Crhystal tidak dapat fokus bekerja jika terus-terusan seperti ini.

Jemarinya yang lentik mendadak diam mengetik di keyboard. “Apa yang kau lakukan?!” serunya.

Jack yang sedari tadi berjalan di sekitarnya menggunakan hoverboard mendadak berhenti. “Well... apa masalahmu?”

Sialnya, pria itu kembali bertanya.
“Bisakah kau duduk di tempatmu?”

Memasukkan salah satu tangannya di saku celana. “Tidak bisa. Aku harus mengawasi kinerjamu.”
Mengeluarkan smirk di bibirnya yang segar selalu menambah tingkat ketampanan laki-laki itu. Damn!

Helaan napas lolos begitu saja. “Aku bukan teroris yang terus kau awasi.” Matanya yang berwarna biru kehijauan memutar malas.

Jack terkekeh dan menyandarkan sebelah tangannya yang dilengkapi jam tangan mahal menyandar pada ujung meja. “Kau memiliki selera humor yang menarik.”

Mengangga seperti orang bodoh, Crhystal mengerutu dalam hati. Well... memangnya siapa di sini yang bergurau?

“Aku sedang tidak bergurau, Jack! Kau benar-benar mengangguku.”

“Terus terang... aku tidak bermaksud demikian. Tapi, baiklah... aku akan kembali ke tempatku semula.”

Laki-laki bertuxedo tersenyum sebelum laki-laki itu membalik badannya menampilkan punggungnya yang kokoh sampai benar-benar duduk di kursinya ia melemparkan senyum tipis di sana. Setidaknya, pria itu berada sepuluh langkah dari mejanya, well... itu lebih baik daripada terus di dekatnya.

Jemarinya mulai mengetik lagi dengan sangat cepat, mengatur jadwal pertemuan dengan kolega besar, mengatur meeting, dan lain-lain. Oh, yeah dia sangat sibuk.

Tapi, tetap saja Crhystal benar-benar tidak bisa fokus selama satu ruangan dengan Jack seperti saat ini. Crhystal mendongakkan kepalanya dan hell! Jack masih menatapnya?!

“Berhenti menatapku, Jerk!”

Menengakkan tubuhnya dan bertanya,  “What now?” Jack mengangkat kedua alisnya.

Tidak mau menambah pusing dan bertambah gila, Crhystal memutar bolanya sebelum ia kembali sibuk dengan pekerjaannya. Ia benar-benar harus terbiasa dengan Jack mulai sekarang.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Com