Truyen2U.Net quay lại rồi đây! Các bạn truy cập Truyen2U.Com. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Million Dollar | Part 5 - No, It's Never Been Better

Banner by youngkraken
.
.
.
💎read, fell, and fall in love💎
💎i love vote, but i hate boomvote💎
.
.
🍓Selamat menunaikan ibadah puasa bg yang menjalankannya🍓
🌻HAPPY READING🌻

➖➖➖

I want to get away from it. He is dangerous. For me and for my heart. I hate it.
-Million Dollar-


Sebuah mobil jeep warna hitam berhenti di sebuah apartement kelas menengah pagi ini. Suasana masih sama, Los Angeles membawanya pada masalah keterikatan dengan pria tilliunaire. Dan kini, ia baru saja kembali ke Los Angeles. Sebuah lobby dengan anjing berwarna cokelat itu sudah berdiri di depan pintu masuk sebagai penganti security. Charlie—adalah anjing yang begitu dekat dengan Crhystal, anjing yang penurut juga gagah perkasa.

“Terima kasih, Rue,” kata Crhystal setelah keluar dari mobilnya dan tersenyum setelah mobil itu benar-benar hilang dari pandangan.

Gonggongan anjing menyapanya ketika memasuki lobby.

“Hai, Charlie.” Crhystal berlutut di depan anjing penjaga itu untuk menyejajarkan tingginya.

“Ya... seperti yang kau lihat aku baru saja pulang,” tambahnya sembari mengelus bulu-bulu cokelat anjing itu.

“Oh, Crhys...” sapa suara dari belakangnya setelah bunyi lift.
Seorang pria bertubuh tinggi semampai dengan pakaian putihnya berjalan mendekat. Pria itu adalah security di apartementnya.

“Logan...” Crhystal bangkit berdiri.

Laki-laki penjaga pintu itu mengangkat sebelah alisnya. “Kulihat sekarang kau sangat sibuk dengan pria tilliunaire itu,” ujar Logan dengan kekehannya.

Crhystal menautkan kedua alisnya tidak mengerti. Bagaimana bisa Logan tahu tentang hubungannya dengan Jack? Ah, ya, pasti berita lagi. Ough! Sepertinya dirinya mulai terkenal belakang ini karena skandalnya dengan Mr.  Tilliunaire itu. Ah, yeah! Crhystal malas menonton acar televisi atau surat kabar lainnya karena ia sudah yakin pasti mereka akan meliput dirinya di sana.

Logan terkekeh sembari membukakan pintu untuk wanita tua yang baru saja melintas. “Sudahlah, Crhys... aku tahu,” godanya. “Astaga... ada apa dengan wajahmu?” tanya Logan melihat wajah serius dari Crhystal. “Jadi, kau benar tidak tahu atau pura-pura tidak tahu?”

Wanita itu cepat-cepat menggeleng sebagai jawabannya.

“Aku melihat kalian di televisi pagi ini. Omong-omong kau sangat cantik waktu di pesta topeng itu,” kata Logan sembari menepuk-nepuk bahu Crhystal.

Great!

Sekarang yang ada dipikirkan Crhystal adalah ia sudah terkenal. Yeah, ia terkenal dalam artian sebagai wanita Jack Marquez. Oh, my! Pasti paparazi akan mencari dan meliputnya. Oh, God, hidupnya mulai tidak tenang akhir-akhir ini.

“Ah, baiklah... maaf aku harus pergi,” kata Crhystal terburu-buru sembari melambaikan tangannya ketika memasuki lift.

Logan mengedikkan bahu menatap Crhystal yang hilang bersamaan dengan lift yang tertutup.

"Kau tahu, Charlie? Crhystal terlihat gugup," kata Logan sembari terkekeh dan mengekus anjing cokelat itu yang hanya mendapat balasan gonggangan kecil.

***

Pagi ini, ada yang salah dengan Logan. Pria tinggi itu tersenyum ke arahnya begitu kakinya keluar dari lift. Ugh, senyum yang menyimpan sejuta arti tentu saja Crhystal paham, biasanya Logan di pagi seperti ini akan sibuk membantu wanita tua menuruni tangga atau menyabrang. Tapi lihat! Laki-laki itu sudah rapi di tempatnya.

“Ada kiriman untukmu, Crhys...” katanya sembari mendekat dengan sebuket bunga mawar putih.

Terkejut dengan apa yang diberikan Logan padanya, Crhystal memicingkan matanya. “U-untukku? Apa kau tidak salah orang?” tanya Crhystal menatap buket bunga yang kini berpindah ke tangannya.

“Pria tilliunaire itu yang mengirimnya,” kata Logan dengan kekehan kecil.

Dengan kening yang berkerut, Crhystal menarik ujung bibirnya dan keluar dari lobby. Jujur saja, Jack cukup hebat dalam bersandiwara di depan public. Mengirimnya bunga? Oh, God! Sandiwara apa lagi yang kau buat, Jack, batin Crhystal mendesah berat.

“J-jack!” pekik Crhystal ketika, pria dengan setelan tuxedo berwarna navy telah bersandar di pintu mobil lamborghininya .

Pria asal Kanada itu tersenyum sembari melepas kaca matanya. Berjalan dengan santai menghampiri Crhystal yang masih mematung di tempatnya. Pria itu masih tersenyum di garis wajahnya yang tampan. Oh, dan lagi, jangan lupakan lamborghini hitamnya yang membuat para gadis menjerit histeris di tempatnya berdiri.

Hell! Apa pria itu tak tahu? Bahwa banyak paparazi di belakangnya. Atau memang dia sengaja? Huh?

“Terkejut? Oh, no... no... no... ini belum kejutannya, Crhys...” Pria itu berbisik tepat di depan bibir ranum Crhystal.

Blizt!

Kamera baru saja memotretnya dengan arah ke samping, seolah mendapatkan kepingan emas, paparazi wanita itu berseru senang mendapatkan seolah-olah Jack mencumbunya. Damn!

Jack terkekeh melihat ekspresi terkejut Crhystal. Bahkan, wanita berambut pirang itu tidak sanggup mengucapkan sepatah kata yang pantas untuk Jack saat ini. Bastard? Jerk? Dude? Ayolah!

Jack mengiringnya memasuki mobilnya. Perfect! Sandiwara yang bagus.

Crhystal melihat banyak paparazi yang mulai melontarkan beberapa pertanyaan pada Jack. Tapi, Rue datang dan membantu atasannya untuk terhindar dari sejuta pertanyaan.

“Kau gila!” seru Crhystal ketika, Jack duduk di sebelahnya.

Dengan wajah tidak bersalahnya pria itu melonggarkan dasi yang yang mencekik lehernya. “Setidaknya, aku cukup normal untuk menjadi calon tunanganmu, meski itu pura-pura.”

See? Dia benar-benar gila!

“Aku membencimu dan selamanya akan begitu.” Crhystal merengut tidak suka dan memilih membuang muka ke arah jendela daripada berurusan dengan Devil yang satu ini. Devil? Ah, ya, laki-laki itu pantas mendapat gelar itu.

***

“Wah... wah... sepertinya kalian akan menjadi sampul majalah vogue tahun ini.”

Wanita berambut pirang sepinggul itu terkekeh. Wanita sexy itu dengan beraninya duduk di kursi kebesaran Jack dengan anggunnya. Wanita itu berdiri dan berjalan berkelok-kelok menghampiri Jack dan Crhystal yang baru saja masuk. Wanita itu terbilang cantik. Dadanya yang membusung, bokongnya yang besar, dan kukunya yang berwarna. Oh, astaga... wanita itu sangat cantik dan menggoda. Bahkan, tatapannya seolah menelanjangi lawan jenisnya.

“Kristal? Apa yang kau lakukan di sini?” tanya Jack menatap tidak suka mantan kekasihnya itu.

Gosh! Jadi wanita yang berdiri dengan heels sepuluh sentinya adalah Kristal Huart, Crhystal merasa kalah saing. Lihat saja! Wanita itu cantik dan menggoda.

“Kristal dan Crhystal?” Kristal terkekeh sembari memutar anal rambutnya. “Ternyata kau belum sepenuhnya melupakanku, Jack...”

Jack mendengus. “Benarkah? Percaya diri sekali.”

“Tentu saja. Lihat? Kau bahkan mengencani wanita dengan nama yang sama denganku... oh... bahkan, dia juga mempunyai rambut pirang seperti ku. Kau bilang apa mengenai ini?” Kristal menatap Crhystal dengan tatapan meremehkan. Seolah, dialah wanita tersempurna di dunia ini.

“Setidaknya, Crhystalku yang satu ini tidak meninggalkanku sama sepertimu. Bukankah, dia jauh lebih baik darimu? Bagaimana menurutmu?” Jack menarik pinggang Crhystal dan mengecup punggung tangan Crhystal bermaksud mengumbar kemesraan pada Kristal.

Kristal terlihat marah mendengar ucapan sarkasme dari Jack. “Dasar, Bitch!” seru Kristal menatap sengit Crhystal. “Apa yang kau lakukan pada kekasihku? Kau pasti telah merayunya untuk berhati kasar padaku!” Kristal menarik rambut Crhystal.

Crhystal bukanlah wanita lemah. Bukan juga wanita yang sabar ketika seseorang mencelanya, merendahkannya, bahkan mengolok-oloknya. Wanita itu menarik kasar tangan Kristal untuk melepas tarikannya pada rambutnya.

“Tutup mulut kotormu! Aku tidak serendah itu untuk mendapatkan pria.”

“Kris! Pergi dengan kakimu sendiri atau aku akan menyeret kakimu sekarang juga?!”

Kristal mendesah pelan. Ia mengentak-entakkan kakinya di lantai. “Aku akan pergi! Tapi aku tidak secepat itu menyerah.”

“Kau yang meninggalkanku, Kris. Jika kau lupa.”

“Aku menyesal, Jack! Sungguh!” Kristal memohon dengan mata berkaca-kaca. Hell! Dasar drama queen.

“Aku lebih menyesal jika harus menerimamu kembali.”

Baik Kristal maupun Crhystal tidak percaya dengan ucapan Jack. Kristal benar-benar marah dan kecewa. Wanita itu pergi dengan tatapan tak bersahabatnya pada Crhystal.

***

“Tidak, Bu...” Crhystal menghela napas berat. Berkutik dengan benda pipih di telinganya, berkomunikasi dengan ibunya—Olivia. Setelah, rumor di mana pria tilliunaire muda membawa perempuan ke pesta topeng tempo lalu. Kali ini, beritanya cukup fresh and hot. Mengingat, di mana perempuan berambut pirang yang sering Jack bawa kali ini wajahnya tertangkap kamera keluar dari hotel berbintang waktu di Paris. Hell! Paparazzie memang penguntit.

“Crhystal... kuingatkan, berpikirlah dulu jika, kau memang serius dengan Si Kaya itu,” kata Olivia dari seberang sana.

Crhystal mengusap wajahnya secara kasar. Sudah ketiga kalinya ia menjelaskan bahwa dirinya dan Jack tidak ada hubungan apa-apa selain atasan dan karyawan. Itu saja, tidak lebih.

Oh, Good. Yes, i know. Kami tidak lebih.” Crhystal melihat pantulan dirinya di cermin toilet. Well... wajahnya saja tidak pantas disandingkan dengan pria bermarga Marquez itu.

“Baiklah... aku percaya... tapi aku tidak sepenuhnya merestui hubungan kalian.”

Crhystal memutar bola matanya. Well... ibunya sangat keras kepala.
Mengigit bibirnya dan mengamati wajahnya dengan seksama, sebelum berkata, “Baik, Bu...” Crhystal mendesah.

Olivia mengakhiri perbincangan mereka. Crhystal menghela napas berat dan memasukkan ponselnya di sling bagnya. Mengusap wajahnya dengan air. Melihat dengan teliti wajahnya. Lagi-lagi, bintik-bintik hitam di hidungnya adalah pusat perhatiannya. Ia sangat membenci bintik hitam itu. Ia juga membenci Jack Marquez.

***

Minggu pagi ini, Crhystal Elsabrath bermaksud untuk mengunjungi danau buatan. Setidaknya, angsa-angsa di sana bisa menghiburnya.

Memberi makan angsa di sana sangat mengasikan daripada berkeluh kesa memikirkan Jack dan perjanjian sialan yang pria itu buat.

Dengan kedua kaki yang berayun-ayun di udara dengan bebas di kursi taman, sesekali melihat jalanan yang dilintasi mobil-mobil, wanita itu menghela napasnya. Well... pikirannya terus berputar di mana sebentar lagi ia akan bertunangan dengan Jack Marquez dengan embel-embel sandiwara.

Ini bukan kisah percintaan yang ia inginkan. Seperti cerita film atau novel romansa seperti Romeo dan Juliet, ataupun kisah romansa lainnya yang mengangkat dan memperjuangkan cinta mereka. Crhystal tidak ingin bertunangan dengan Jack, yeah meski pria itu adalah idaman wanita. Namun, siapa yang mau? Jika tunangan itu hanya bersandiwara.

“Apa yang kau pikirkan?”

Crhystal menoleh mendapati pria bersweater duduk di sampingnya. Dengan senyum tipisnya yang menyapa Crhystal di kala tatapan mereka bertemu.

“Max...”

Pria bermata biru itu terkekeh dan menyandarkan tubuhnya. “Aku tidak sengaja melihatmu di ujung jalan tadi.”

“Kau baru saja membeli bunga?” tanya Crhystal dengan tatapannya tertuju pada bunga matahari di tangannya.

Max mengikuti arah pandang Crhystal. “Ya... awalnya akan kuberikan pada wanita tua di belakang jalan ini tapi, sepertinya aku berubah pikiran.”

Crhystal mengangkat sebelah alisnya. “Kenapa begitu?”

“Karena aku akan memberikannya pada wanita di depanku.”

Crhystal tersentak kaget. Lalu, dirinya sendirinya menunjuk dirinya. “A-aku?”

Max mengangguk dengan seulas senyum tipisnya. “Bunga matahari untuk wanita seceria dirimu,” katanya sembari memberikan bunga itu pada Crhystal.

Crhystal tidak dapat menyembunyikan senyum yang terbit di wajahnya. “Terima kasih. Tapi, kau tidak perlu serepot itu.”

Pria bermata biru itu terkekeh. “Tidak, kau pantas menerimanya. Aku sudah menganggapmu seperti adikku sendiri.”

***

“Crhys... kau akan ke mana? Pindah dari apartement?” tanya Julio ketika membuka pintu melihat sosok Crhystal menyeret kopernya.

Wanita berkaos panjang itu menggeleng, tanda tidak membenarkan ucapan Julio. “Aku akan ke Texas. Ada urusan sedikit di sana.”

“Aku ikut,” sahut Julio cepat.
Crhystal menautkan kedua alisnya.

“Tidak, Julio. Kau di sini saja.”
Pria itu menggeleng. “Tidak, Crhys... lagi pula aku ingin berkeliling untuk memotret. Memotret adalah hobiku, oh dan... aku juga merindukan muffin buatan aunty.”

Crhystal memicingkan matanya. Ingin rasanya ia menolak Julio untuk ikut padanya. Tapi apa boleh buat? Pria itu sudah menyangkut-pautkan pekerjaannya jadi, apa boleh buat.

“Baiklah... kau boleh ikut.”

Julio terpekik senang. “Tunggu di sini. Aku akan mengemasi barang-barangku.” Laki-laki itu berlari ke dalam apartmentnya untuk mengemasi barang.

Texas, mungkin akan menjernihkan pikirannya dari Los Angeles yang sibuk ini. Meski Los Angeles memang kota yang indah, tapi Texas adalah tempadt ternyaman bagi Crhystal. Sungguh! Tiada tempat yang nyaman, selain rumah kita sendiri.

------------------
Note : Vogue adalah majalah gaya hidup dan mode Amerika Serikat yang diterbitkan secara bulanan di 23 negara oleh Condé Nast. Vogue berarti "gaya" dalam bahasa Prancis.
Sumber : Google

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Com