Million Dollar | Part 6 - Goes to Texas
Banner by youngkraken
.
.
.
💎read, feel, and fall in love💎
💎i love vote, but i hate boomvote💎
.
.
😇 Selamat menjalankan ibadah puasa😇
➖➖➖
I want to always see it even though he doesn't have to know that there is someone who always misses and thinks about it. I want to end it soon, even though this sounds impossible, I have it.
-Million Dollar-
Suasana perumahan kuno dengan suasana pedesaan masih terasa, ketika memasuki perumahan milik Olivia. Jika, ingin menghilangkan penat, Texas adalah tempat yang cocok dari kejauhan gemilang Hollywood. Suatu tempat yang hijau dari jauhnya bangunan beton yang tinggi menjulang di California. Setibanya di rumah milik Olivia, aroma menyenggat blueberry memenuhi indra penciuman, ketika muffin baru saja dikeluarkan dari oven. Well ... jangan ragukan keahlikan Olivia memasak kue. Dia adalah jagonya.
“Oh, Aunty... aku tidak sabar mencicipinya!” pekik Julio ketika muffin blueberry dihidangkan di atas meja makan.
Melihat air liur yang tergugah karena muffin buatannya, Olivia terkekeh geli sembari menjajarkan muffin di piring lebar. “Kau selalu memujiku, Juli...”
Julio ikut terkekeh. “Tidak. Kau benar-benar pembuat muffin terbaik di dunia ini,” katanya hiperbola sembari kedipan manis di matanya.
“Kau berlebihan!” sahut Crhystal yang sedang mencicipi muffin buatan ibunya.
Olivia terkekeh sembari menarik kursi untuk ia duduki. “Makanlah sepuasmu!” katanya yang tak tertinggal senyum di wajahnya yang berusia empat puluh tahun.
“Tentu saja. Kau sebaiknya mendirikan toko kue di Los Angeles, Aunty...” usul Julio dengan susah payah karena muffin memenuhi mulutnya.
Olivia menuangkan segelas air putih. “Minumlah... makan dengan benar,” katanya sembari menyerahkan air putihnya pada Julio.
Melihat Julio kesusahan berbicara membuat Crhystal terkekeh dan menggeleng prihatin. “Sepertinya, usul dari Julio ada baiknya, Bu.”
“Tidak... tidak... di luar sana banyak chef yang lebih hebat daripada aku,” kata Olivia rendah diri.
Julio berdecak. “Percayalah, Aunty... kau salah satu dari mereka. Tidak ada muffin seenak buatanmu.” Laki-laki blesteran Inggris-Thailand itu kembali mengambil muffin untuk kedua kalinya.
Suasana kehangatan keluarga hanya bisa ditemukan saat di Texas seperti saat ini. Berkumpul dan sesekali bergurau bersama menikmati musim panas dan inilah yang Julio suka dari keluarga ini. Semua terasa akrab dan hangat yang jarang ia temukan dari keluarga orang lain. Menikmati muffin hangat dengan gurau hangat sangat melengkapi liburannya.
“Pergilah ke laut. Di sana banyak orang yang memancing di musim panas!” seru Olivia ketika, Julio dan Crhystal keluar dari rumah untuk berjalan-jalan.
“Terima kasih saranmu, Aunty!” seru Julio keras dari luar rumah yang melihat Olivia sedang merajut di ruang tamu.
Julio berdehem, sebelum berujar, “Kau tahu, Crhys? Aku adalah pemancing yang handal.” Julio berujar sembari berjalan beriringan untuk pergi ke laut yang hanya berjarak 200 meter dari rumah Olivia.
Mengangkat sebelah alisnya, Crhystal memicingkan matanya. “Benarkah?” kata Crhystal tidak percaya. “Setahuku... kau hanya pandai memotret saja.”
“Kau akan melihatnya nanti.”
Mereka berjalan beriringan dan sesekali berceletuk dan bergurau membahas tentang ikan, muffin, sampai membahas hal yang tidak penting.
Julio sudah menyewa sampan yang berukuran kecil untuk mereka berdua. Dan benar saja, banyak orang yang memancing tidak hanya mereka di sana. Seperti tahun sebelumnya, setiap musim panas masyarakat di sana—khususnya kaum Adam akan menyibukkan diri demgan memancing seperti saat ini.
“Lihat, Crhys...” Julio mengambil pemancingan dan memberinya umpan.
Crhystal mendekat dan berjongkok ketika sampai di depan pria itu. “Kau yakin, bisa?”
“Astaga... Crhys, kau meragukanku?” tanya Julio menahan tawanya.
Crhystal kembali berdiri dan melihat birunya laut. “Tidak...” Wanita itu menggeleng.
Julio mendekat dan berdiri di samping Crhystal dengan pemancingan yang sudah ia lempar di dalam laut. “Mau mencoba?” Crhystal terkekeh dan menatap alat pancing dan Julio secara bergantian, sebelum menerimanya, namun sialnya niatnya terhenti sebelum suara bass itu terdengar.
“Menjauh dari calon tunanganku atau kau akan kehilangan salah satu nggota tubuhmu nanti.”
Deg!
Suara itu... suara bass yang sering Crhystal dengar hampir setiap hari. Bukan masalah suaranya, tapi pemilik dari suara itu yang membuat Crhystal naik pitam. Siapa lagi kalau bukan Jack Marquez.
Pria itu berdiri dengan jantannya di atas kapalnya bersama teman-temanya. Well... apa yang dilakukan pria itu di sini?
Memakai celana pendek selutut dan kaos santainya dan jangan lupakan kaca mata sialan yang tambah membuatnya sangat tampan. Damn! Kenapa pria itu harus setampan itu?
“Jack Marquez!” pekik Julio yang menyadari keberadaan Jack terlebih dahulu.
Jack. Pria bermata abu-abu itu dengan angkuhnya menatap remeh Julio dari atas sampannya yang berukuran dua kali lebih besar dari sampan Julio. Seperti biasanya sifat amgkuhnya mulai muncul.
Dengan senyum smirk menyebalkannya pria itu berujar, “Kau melanggar pasal 6, Darl!”
Crhystal membelalak terkejut dengan omong kosong pria itu. “Apa maksudmu, Sir?” tanya Crhystal tidak suka dan sengaja menggunakan embel-embel 'Sir'.
Melipat kedua tangannya di depan dada, Jack berkata, “Kuharap kau tidak lupa dengan perjanjian kita, Darl,” kata Jack menjengkelkan. Tentu saja, Crhystal mengenai perjanjian terkutuk itu. Really? Laki-laki itu menghafal semua pasal dalam perjanjian gila itu? Oh, Good.
“Ayo ke atas, Darl! Aku tahu kau tidak betah berlama-lama di sampan sekecil itu,” katanya meremehkan.
“Aku tidak mau, Mr. Marquez yang terhormat!” seru Crhystal penuh penekanan di setiap nama Jack.
Kedua alisnya yang tebal terangkat.
“Tapi, aku memaksamu,” kata Jack dengan senyuman mengerikan dari pria itu.
Well... jika Jack sudah tersenyum seperti itu, Crhystal takut Jack berbuat macam-macam dengan Julio. Crhystal tahu, Jack tidak pernah bermain-main dengan perkataannya, contohnya saja Steve. Ini demi Julio, sial! Batin Crhystal menggeram tertahan.
Crhystal terpaksa meninggalkan Julio setelah ia meminta maaf pada pria itu. Jack benar-benar menyebalkan. Bagaimana bisa pria itu muncul di permukaan bumi yang Crhystal pijak sekarang?
“Jadi, ini alasan kenapa wanitaku mengambil cuti...” Jack berujar ketika Crhystal sudah berada di sampannya yang jauh lebih besar dari milik Julio.
“Sudahlah, Jack... jangan bertengkar masalah rumah tanggamu di sini,” sahut El. Yeah, Crhystal mengenal El karena pria itu pemilik perkebunan blueberry dan pemilik vila terbesar di Texas.
Jack membawa sejumlah teman-temannya seperti, El dan Max. Tidak lupa juga dengan Rue. Sekarang apa lagi yang dilakukan Jack? Crhystal mengertakkan giginya, ketika Jack berhasil mengaturnya seperti mainannya.
Berdecak kesal, Crhystal bertanya, “Apa masalahmu? Kenapa kau mengikutiku sampai sini?!”
“Tentu saja, aku tidak mau calon tunanganku ini berjauhan denganku...” Jack mendramatisi sembari merangkul pundak Crhystal.
“Lepaskan, Jerk!” Crhystal menepis tangan-tangan berotot itu dari pundaknya.
Crhystal mendengus kesal sembari mengambil langkah besar pergi ke bagian barat sampan untuk menyendiri. Ia bisa gila berlama-lama dengan Jack.
Crhystal menyandarkan lengannya di bagian pagar kapal. Tatapannya kosong mengamati lautan biru di sekitarnya. Semua tampak tenang dan baik-baik saja sebelum ada Jack. Namun, ketika laki-laki itu datang semuanya... ah, sudahlah lupakan.
Crhystal mendesah. “Kau juga ikut terlibat, Max?” tanya Crhystal ketika, pria bermata biru tiba-tiba di sampingnya.
Mengedikkan bahunya, Max menggeleng. “Aku tidak tahu kalau Jack akan mengajakku menemuimu.”
Crhystal memejamkan matanya sejenak sebelum berkata, “Aku ingin semua berakhir.” Menggeram kesal, ketika takdir mempertemukannya dengan tilliunaire gila itu. God! Crhystal hanya ingin kehidupannya normal seperti sedia kala sebelum bertemu dengan Jack Marquez masuk dikehidupannya.
“Kau tidak senang dengan semua ini? Maksudku, Jack adalah pria tampan, kaya, dan...”
“Arogant,” sahut Crhystal tiba-tiba.
“Dia membuatku tidak bisa tenang, kau tahu?”
Max mengamati wanita di depannya itu dengan seksama. Rambutnya terurai lurus melambai-lambai terkena angin dan berkeliaran terbang di udara. Ia tidak tahu harus menanggapi apa tentang persoalan Jack.
***
Ini lebih menjengkelkan. Malam tidak terasa sehangat dan seceria siang tadi. Pasalnya, keberadaan Jack membuat seisi rumah canggung. Untung saja, hanya Jack yang tertampung, tidak bersama El, Max, ataupun Rue ikut juga. Entahlah... mereka semua tiba-tiba menghilang dan tertinggal Jack seorang. Seharusnya, laki-laki itu juga ikut menghilang saja.
“Perkenalkan, aku Jack Marquez, Maam.”
Olivia tersenyum canggung dengan keberadaan pria bermarga Marquez itu di rumahnya. Pasalnya, keberadaan si Kaya itu membuat para tetangganya heboh. Yeah, tanpa perlu Jack memperkenalkan dirinya, Olivia sudah mengenal siapa dia. Oh, bahkan semua orang mengetahuinya.
“Kenapa kau ke sini?” tanya Julio sarkasme.
Crhystal melihat garis wajah Jack mulai mengeras dilihat dari rahangnya yang kuat. Ia tahu bahwa sebentar lagi Jack tidak segan-segan mengeluarkan kata-kata sarkasme yang lebih tajam.
Berdecih dan tertawa garing, Jack menyunggingkan smirk khasnya. “Seharusnya, itulah yang harus kutanyakan padamu, Juliet...” Jack berdiri dari kursinya.
“Yang benar Julio,” sahut Crhystal meralat ucapan Jack.
Tangannya mengibas di udara dengan wajah acuh tak acuhya. “Aku tidak peduli. Tapi, si mata minim ini memang keterlaluan.” Jack mendengus sebal.
Olivia segera bangkit berdiri ketika Julio berdiri dan peperangan siap di mulai, ibu satu anak ini segera melerainya. Ia tidak mau tetangganya segera ke rumahnya, karena pertikaian dua pria tampan.
“Sudah... ini sudah malam, lebih baik kalian beristirahat.” Olivia menatap Jack dan Julio secara bergantian.
Julio mendengus kesal bersama Jack yang kemudian pergi masing-masing ke kamarnya.
Selepas kepergian para pria tadi, Olivia mendekati putrinya. “Crhys... kau bilang kau tidak memiliki hubungan yang special dengannya.”
Crhystal menghela napasnya. “Aku tidak tahu kenapa dia juga ada di sini. Sungguh. Tapi, kumohon percayalah, kami tidak ada hubungan apa-apa, Bu...”
Olivia mengelus lengan putrinya. “Ibu percaya padamu.”
Crhystal tersenyum tipis dan memeluk Olivia dalam diam.
***
“Apa yang kau lakukan?!” pekik Crhystal, ketika ranjangnya sudah ada seorang pria yang tidur terlentang di sana.
Jack duduk di pinggiran ranjang. “Ini kamarmu? Ah, sepertinya aku salah masuk kamar,” katanya sembari menggaruk tengkuknya yang sama sekali tidak gatal.
Well... sejujurnya Jack memang sengaja masuk ke kamar Crhystal yang terletak di lantai atas bagian bawah atap rumahnya yang berbentuk seperti huruf v terbalik.
“Pergi sekarang juga!”
Bukannya pergi, Jack justru berjalan-jalan mengamati setiap sudut ruangan tersebut. Tanpa mengindahkan usiran dari si pemilik kamar, Jack justru tidak peduli, sama sekali tidak. Damn! Demi Nematoda, Crhystal ingin menendang laki-laki itu sekarang juga.
“Hei, apa kau tidak dengar?”
“Ternyata kau suka mengoleksi buku-buku fantasi,” gumam Jack seraya membuka-buka deretan novel yang tersusun rapi di rak buku. Satu rak terisi penuh dengan novel.
“Jack, aku menyuruhmu pergi sekarang juga!” Crhystal mengepalkan tangannya. Wajahnya yang putih pucat merah, akibat menahan emosi.
“Well... siapa gadis kecil yang berada di foto itu?” tanya Jack ketika, langkahnya terhenti di suatu frame dengan deretan foto-foto polaroid di sana. “Ah, ya! Ini pasti kau,” tebaknya ketika melihat sebuah foto gadis kecil yang tidur di atas tumpukan salju yang tebal dengan senyuman yang menampilkan beberapa pasang gigi susunya.
Crhystal memutar bola matanya jengah. “Jack, aku ingin beristirahat!”
“Gosh, siapa si Jelek ini?!” pekik Jack, ketika tangannya yang besar mengambil polaroid di sana.
Crhystal tertarik dan mendekati pria itu yang melihat foto polaroid yang di pilihnya kali ini.
“God, dia bahkan memenangkan lomba membuat boneka salju,” kata Jack sembari terkekeh geli.
“Itu adalah perlombaan pertama kali yang aku juarai,” sahut Crhystal bernostalgia.
Ya... kala itu, Crhystal berusia 6 tahun. Di musim salju, ia iseng mengikuti perlombaan itu dan akhirnya ia mendapat juara pertama. Bisa dikatakam itu adalah predikat yang pertama kali ia dapatkan selama mengikuti lomba membuat boneka salju selama musim dingin tiba.
“Aku tahu kau berbakat,” ujar Jack sesekali melirik ke arah Crhystal yang kini menatap puluhan foto polaroid di dinding kamarnya.
Crhystal tiba-tiba menatapnya tajam dengan tatapan membunuhnya. “Jangan mengalihkan pembicaraan. Pergi dari sini!” seru Jack mendorong punggung kokoh Jack dengan susah payah.
“Baik... baik... aku akan pergi,” kata Jack, ketika sampai di depan pintu. “Setidaknya ada ciuman untuk malam ini,” tambahnya dengan senyum jenakanya.
Crhystal melotot. Hell! Dia pikir siapa dia yang bisa mendapat ciuman sebelum tidur?!
“In your dream!” seru Crhystal sembari menutup pintunya dengan keras tepat di wajah pria berlensa abu-abu itu.
Crhystal bersandar di pintu kamarnya sembari menetralkan detak jantungnya. Malam ini resah membaranya, bimbang berkelana di dalam hatinya. Enyalah, setiap berada di dekat Jack dan ketika pria itu berkata 'calon tunangan' seolah-olah membuat Crhystal terbang melayang ke langit ke tujuh. Serasa menjadi puteri yang sangat dilindungi oleh pangeran berkuda. Ini benar-benar salah dan Crhystal membencinya.
🌛🌛🌛
Jika kalian
berkenan silahkan kunjungi instagram ku @deedein_ untuk melihat casting Million Dollar. Ada, Jack, Kristal, dan Crhystal.
🌜🌜🌜
⬇⬇ Promosi sebentar ⬇⬇
Novel Get Well Soon Heart ready siap kirim, jika kalian berminat atau tanya silahkan dm aku, ya. Only 75k tidak tersedia di toko buku manapun.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Com