Truyen2U.Net quay lại rồi đây! Các bạn truy cập Truyen2U.Com. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

2. PERJUMPAAN

"Yellow!"

Kedua telinga kucing oren milik Saga bergerak-gerak mendengar panggilan dari gue. Yellow yang semula sedang tidur pulas di sofa kontan membuka mata memandang gue, setelah itu melompat turun untuk menyongsong kedatangan gue.

ADUH, MANISNYA KUCING KEPUNYAAN MANUSIA BANGSAT INI.

Yellow gue tangkap lantas gue gendong secara gemas. "Waaaah. Yellow! Long time no see! Gue kangen banget sama lo!" ucap gue seraya mengelus-elus lehernya lembut.

"Meow~"

Menangkap ngeongan balasan darinya bikin gue serta-merta makin senang. Ugh. Untunglah dia belum lupa sama gue. Wajar juga, sih. Toh setiap gue dan Saga video call, Yellow ini sering banget diajak buat ikutan ngobrol. Meski dia kebanyakan diam merhatiin sambil ngejilatin bulu di badannya sendiri. Hihi.

Tangan Saga terlihat ikut mengelus-elus badan Yellow. "He looks happy. Kayaknya Yellow juga kangen sama lo," katanya yang lalu tahu-tahu memberikan ciuman ke puncak kepala gue dan Yellow secara bergantian.

Gue nyengir. "Iya. Gue sama Yellow 'kan udah macam BFF."

"Babu friend forever, ya?"

Celetukan darinya gue balas dengkusan. "Siapa yang elo sebut babu, hah?"

Dia ketawa. "Oke, oke! Udahan dong meluk Yellow-nya! Elo ke sini niat mau nemuin Yellow atau gue, sih?"

Gantian, jadi gue yang ketawa sekarang mendapati komentar sok ngambeknya. "Cieee, ada yang jealous ke kucingnya sendiri. Hahaha." Seusai menggodanya, gue menggesek-gesekkan hidung ke bulu kucing ini. "Yellow, kita mainnya nanti lagi, ya. Gue sama Saga mau melepas kangen dulu, nih."

Namun, ketika gue berniat menurunkan dia, Yellow malah menancapkan kuku panjangnya ke jaket gue kuat-kuat seraya menggeram seolah-olah nggak kepengin gue lepaskan. Waduh.

"Yah, Saga. Kucing elo nggak kepengin ngelepasin gue." Si Bangsat gue lirik sambil terus berusaha melepaskan cengkeraman kuku Yellow di pakaian gue sehati-hati mungkin.

Cowok gue ini menggeleng masygul. "Yellow, please, let go of him, okay," bisiknya memohon pada kucing kesayangan kami ini selagi bantu menarik Yellow menjauh.

Untungnya, kali ini berhasil.

Yellow gue turunkan, kemudian mengeong untuk mondar-mandir sembari secara manja menggosok-gosokkan badan panjangnya ke betis kaki gue dan Saga. Sesudah itu, lanjut menjilati badannya sendiri.

Awww, gemesnya. Pengin gue karungin terus bawa pulang aja ini kucing. Nginep di rumah gue selama dua sampe tiga hari aja cukup, lah. Lumayan supaya pas bobo ada yang nemenin.

Nggak ada ruginya emang gue bela-belain datang ke sini. Meski terhitung bandel dan nekat, sepadan lah sama apa yang akhirnya mampu gue lihat. Mengetahui kondisi Yellow baik-baik aja, pun kedatangan gue disambut si Bangsat yang udah nungguin gue di depan gerbang, langsung ngerangkul gue menuju ke rumahnya seturunnya gue dari boncengan motor driver yang mengantar. Ditambah, dia udah pake segala ngusir ayahnya sendiri. Karena heran aja gitu. Gue sampe kemari, loh kenapa suasana rumahnya sepi banget?

"Bangsat, Om Julius ke mana?"

"Daddy terpaksa gue usir. Gue suruh dia buat pergi seharian ini entah ke mana atau mau ngapain supaya waktu mojok kita nggak ada yang ganggu."

BANGSUL SEKALI PEMUDA SATU INI, BAMBANG!

Emang dasarnya anak songong ini nggak tau aturan. Mentang-mentang pacarnya mau datang ke rumah, seenaknya aja dia nyuruh si Om pergi. Padahal gue 'kan masih mau salaman lagi sama beliau selaku calon menantu idaman. Eheuheu.

Gue menarik napas dalam-dalam. Menghirup wangi dari pengharum ruangan di rumah gedongan yang aromanya masih belum berubah meski telah berbulan-bulan berlalu sejak terakhir gue kunjungi. Sejuk, adem, menenangkan. Terbaik emang.

Pemilik rumah ini gue tatap. "Gue seneng akhirnya bisa datang ke rumah elo lagi," ucap gue agak malu.

Saga tersenyum. "Same. Gue juga senang karena akhirnya elo bisa datang lagi ke sini," responsnya sambil memegangi tangan gue. "Well, udah siap gue bawa ke kamar? Atau elo mau mandi dulu?"

Tawarannya bikin gue sontak memekik. "Loh, elo tau gue belum mandi?"

EH, ANJIR! KECEPLOSAN.

Si Bangsat tercenung sebentar lantas mengernyit heran. "Seriously? Jadi elo belum mandi sebelum berangkat ke sini?"

Pertanyaan itu memunculkan senyuman kikuk di bibir gue. "Gue mandi, kok," jawab gue dan meneruskan, "Lebih tepatnya, asal bersih-bersih doang. Soalnya gue kepengin cepet-cepet ke sini buat ketemu sama lo. Nggak apa-apa, 'kan? Atau elo kepengin mandiin gue sekalian?" Pancing gue disertai kedipan mata sok genit yang pasti super norak.

Dia malahan terkekeh. Sekonyong-konyong jaket gue dilepaskan, disusul mengeluarkan HP gue dari kantung celana.

"Ayo, kita berenang!" ajaknya seraya menarik gue menuju ke arah kolam.

Hah? Berenang? "Pagi-pagi begini?"

Dia memutar bola mata. "Ini udah siang, Bego sayang!"

"Jam 9 lewat itu masih termasuk pagi, ya!" sanggah gue keuhkeuh.

"Whatever."

Teringat tujuan gue sebetulnya, gue pun baru menyadari sesuatu. "Jadi, nanti kita ngeseks sambil basah-basahan, dong?"

Saga nyengir selepas itu membuka kausnya dalam sekali tarikan. "Pinter!"

Setelah kaus miliknya dilemparkan ke kursi santai, gue seketika dibuat terpesona oleh bentuk tubuhnya yang kelihatan semakin ... INDAH. ANJIR! Perbandingannya jauh banget dari saat gue melihatnya melalui layar HP. Bentuk kotak-kotak di perutnya yang kencang terlihat lebih jelas dan menggoda banget untuk disentuh. Dada bidangnya yang putih dan mulus tampak seksi, apalagi bagian lehernya. Heeeu. Gemes pengin gue cipok dan kasih cupangan.

GUE SANGE NGGAK TERTOLONG.

Saga tiba-tiba menarik hidung gue dan bikin gue terlonjak. "Daripada elo bengong sambil masang ekspresi mupeng begitu, mendingan elo cepet-cepet buka baju juga, Bego!"

Titahnya tanpa babibu langsung gue turuti. Bersamaan dengan si Bangsat yang juga mulai melucuti celana jeans selututnya. Menyisakan sempak celana berwarna hitam bermerk Calvin Clein yang membaluti area selangkangannya yang ... begitulah. Runyam udah isi kepala gue gara-gara kepengin buru-buru diajak ngewe.

Saga menarik tubuh gue mendekat secara nggak sabar. Hidung dan bibirnya dijatuhkan ke ceruk leher gue, memberikan jilatan dan ciuman bertubi-tubi di sana selagi tangannya bantu meloloskan celana yang gue pakai. Begitu celana gue turun, kedua tangannya meremasi daging pantat gue penuh tenaga sembari menggesekkan Minions dia yang udah ngaceng total di balik sempak yang nggak ayal membuat si Banana ikutan bangkit total juga. Memunculkan erangan tertahan gue yang kini memeluknya erat.

Sialan emang. Baru dibeginiin aja gue udah keenakan dan meremang nggak keruan. Gue kepengin diapa-apain lebih dari ini.

Ereksi si Bangsat gue sentuh seraya memandangnya penuh gelora, setelah itu gue tanpa ragu mencium bibirnya. Bibir atas dan bawahnya gue kulum secara bergiliran sebelum gantian menerima lidahnya yang mulai masuk ke dalam rongga mulut gue. Berbagi saliva, saling meraba, bertukar kehangatan badan yang terasa semakin panas.

Tubuh gue didorong hingga berbaring di atas kursi santai. Sempak gue ditarik sampai copot, selepasnya Saga menyudahi ciuman. Dia beralih menciumi dada, memainkan puting dada gue yang dijilati oleh lidah panjang dan hangatnya. Giginya menggigit sebentar, menjilat lagi, disusul melakukan hisapan kencang yang bikin desahan gue meluncur tanpa bisa ditahan.

"Haaah. Bangsat, kita berenangnya nanti lagi aja bisa kali, yaaah."

Si Bangsat yang udah aja menaikkan kedua kaki gue yang dibukanya cukup lebar ke posisi yang lebih tinggi mengangguk setuju. "Gue juga barusan mikirin hal yang sama."

Selanjutnya, gue mengerang. Jemari kaki gue menekuk, menggelinjang merasakan sapuan lidah yang kali ini menyerang area pelepasan gue. Tubuh gue bereaksi gak keruan tergelitik oleh gerakan lidah Saga di bawah sana. Menyusup, menusuk ke bagian cukup dalam dan mengalirkan sengatan nikmat tiada tara. Berhasil membuat gue orgasme seketika.

Sekujur badan gue menegang, agak gemetaran. Napas gue sedikit ngos-ngosan disertai peluh yang udah aja membasahi beberapa titik di badan.

Gila. Tanpa disentuh secara langsung pun Banana gue bisa muncrat. Emang nggak ada tandingannya jilatan lidah Tuan Saga Bangsat kesayangan gue.

Si Bangsat menarik mundur kepalanya hanya untuk memperdengarkan suara tawa tertahan sewaktu menangkap cairan sperma yang membasahi perut gue sendiri.

"Cepet banget elo muncratnya."

Gue mendecak. "Gak usah banyak komentar. Sini, gantian elo yang gue bikin muncrat."

Dia sekadar nyengir. Dalam posisi tegak setengah badan, dia menghadap gue yang kini mulai menurunkan sempaknya. Nyaris bikin gue kena tampar Minions dia yang betul-betul mengacung tinggi.

Saat gue pegang, sensasi panas dan kerasnya sontak menulari Banana gue yang jadi berdiri lagi. Lalu gue mengendusnya, mencium aroma dari kejantanan yang telah setitik meneteskan pra-cum ini.

Aroma yang juga sangat gue rindukan sebab selama berbulan-bulan gue cuma bisa menikmatinya melalui layar HP ketika kami coli barengan.

Tanpa mau buang waktu lebih lama, gue langsung menjilatnya. Membuat lidah gue merasakan asin bercampur amis, sebelum lanjut memasukkan batang penis ini ke mulut gue.

Desahan Saga nyaris seirama dengan setiap gerakan maju-mundur bibir gue pada Minions kebanggaannya. Yang entah ini perasaan gue doang atau dikarenakan faktor gue yang udah lama nggak mencicipinya, tapi kok kayaknya kontol cowok gue ukurannya tambah gede, ya?

Gue jelas tau tinggi badan dia udah nambah beberapa sentimeter, tapi apakah ukuran kontol dia juga memungkinkan untuk turut bertambah? Soalnya berasa makin sesak dan pegel aja mulut gue dipakai bertugas menghisap batang kemaluannya.

"Ryan?"

"Hm?" Gue melirik si Bangsat yang tadi memanggil sambil tangannya meremasi rambut di puncak kepala gue.

"Gue lupa belum ngambil kondom."

Perkataan Saga bikin gue meloloskan Minions dia. Lanjut gue kocok naik turun sembari meneguk ludah, menelan sisa-sisa kenikmatan dari batang kontol yang paling gue sukai ini.

"Nggak masalah, 'kan? Asalkan elo usahain buat nggak ngeluarin di dalem aja."

Bukan kenapa-kenapa, ya. Tapi gue males aja buat ngebersihin sperma yang disemburin di dalam sebab kadang sensasinya bikin perut gue tambah gak nyaman.

Respons dari gue sukses membuat si Bangsat menggeram. "Masalahnya, gue nggak yakin gue bisa nahan diri supaya nggak ngeluarin muncratan di dalam. Bahkan mungkin, satu sampe dua ronde nggak akan cukup bikin gue puas untuk sekarang."

Yah, tentu aja nggak akan cukup mengingat kami berdua udah lumayan lama nggak saling berbagi sentuhan.

"Ya udah, kalo gitu kita ke kamar aja sekalian. Gimana?"

Seharusnya, gue udah bisa menebak risikonya. Mengajak Saga ngeseks setelah sekian lama, tapi berharap dia bisa main dengan kalem? MUSTAHIL ITU BAKAL KEJADIAN!

"Haaah, Saga! Saga! Saga! Akh!"

"Yes, call my name again. Keep say my name, Ryan!"

Aduh, sialan! Ini cowok Bangsat nyodok masuk Minions ke lubang pantat gue dari belakang berulang kali tanpa kenal ampun. Nggak santuy sama sekali. Dan ASLI KEKENCENGAN.

Gue sampai menjerit-jerit saking kepayahan. Meremasi selimut sambil membenamkan muka gue di antara bantal demi meredam desahan. Sampai tiba-tiba cowok Bangsat ini menepuk keras kulit pantat sebelah kiri gue dan sukses bikin gue memekik perih.

Gue menoleh sekilas ke belakang. "Heh, anjing! Haaah. Bisa nggak elo go slower?" protes gue di sela-sela desah.

Saga menghentikan gerakannya sementara, bikin tubuh gue yang semula bergoyang-goyang jadi bergeming. Dia mencondongkan badan untuk mendaratkan ciuman ke tengkuk gue lalu berbisik, "Sorry, Baby. It's impossible for me to go slower at time like this! Please, just bear with it. Okay?"

Dipikir kalo gue bilang 'not okay', dia akan peduli?

Pasrah aja, lah. Toh meskipun perut gue berasa penuh dan kayak lagi diobok-obok sampe agak mulas, gue juga tetap ngerasain kenikmatan.

"Ya udah. Suka-suka elo aja. Tapi kita ganti posisi, ya?"

"Oke!" Sesudah mengubah posisi gue menjadi telentang dan mulai melanjutkan gerakan, Saga berkata, "Gue mau ngasih elo cupangan."

YEEE, KAMPRET!

"Berani bikin cupang, gue bakal tendang muka lo!"

Lagian sembarangan aja. Jika nanti Mamah dan Nenek sampe ngeliat, gue mesti bilang apa ke mereka coba? Digigit nyamuk mutan?

Cowok gue ini menyisir rambut depannya ke atas, kemudian menyeringai seraya menatap gue. "Well, elo aja kalo gitu yang bikin cupangan ke badan gue."

Nah! Untuk yang satu itu mah, gue jelas nggak akan keberatan.

"Sini!"

Bercinta itu faktanya emang menyenangkan, menyakitkan, sekaligus memabukkan. Apalagi andai elo ngelakuinnya sama orang yang paling disayang. Sensasinya luar biasa tiada bandingan. Meski tetap, capeknya bikin nyeri sekujur badan.

.

Gue ... ketiduran, ya.

Pelan-pelan, gue bangun dari posisi berbaring disertai ringisan panjang. Anjir! Lubang pantat sama pinggang gue perih dan capek parah, nih. Bener-bener, ya. Itu cowok Bangsat nggak bisa puas melepas kangen ngeseks sama gue satu ronde doangan.

"Duh, lapar!"

Gue memegangi perut yang mulai keroncongan. Nambah-nambahin sensasi nggak enak yang gue rasakan. Tadi pagi soalnya gue nggak sempat makan apa-apa sebelum berangkat ke sini.

"Saga?"

Nggak ada jawaban.

Gue celingukkan ke sana-kemari, mencari-cari keberadaan si Bangsat yang nggak nampak batang hidungnya. Sempak punya dia yang terakhir gue lihat tergeletak di ujung kasur juga udah nggak ada. Apa dia keluar kamar, ya? Mendingan gue susul dan cari dia, deh.

Namun, semua setelan milik gue masih tergeletak di dekat kolam renang, terus kami juga tadi ngeseksnya di kamar bawah. Lah, sekarang gue mesti pakai apaan coba? Masa telanjang bulat aja selagi jalan-jalan di rumah ini?

Yellow bakalan bilang apa andaikan nanti dia ngeliat tubuh bugil gue? Parahnya, bisa jadi itu kucing nanti mengira Banana gue adalah jelmaan sosis goreng karena warnanya yang cokelat gelap.

HIII. Ngeri. Menyingkirlah bayang-bayang Banana gue yang kena gigit si Yellow. Ngilu gue mikirinnya.

Solusi satu-satunya yang gue ambil adalah dengan cara menutupi seluruh tubuh menggunakan selimut. Melangkah agak tertatih menuju ke pintu depan kamar sambil menguap. Ngantuk, lapar, lesu, semua jadi satu. Huffft.

Begitu keluar, dan baru aja berjalan lima langkah dari pintu ... gue seketika mematung. Terkesiap mendapati Vano, Zyas, Dyas dan Setya yang tampak sedang duduk di ruang santai. Mereka pun sontak mendelik memperhatikan gue yang berpenampilan acak-acakan begini. Ditambah cuma dibalut selimut doang pula.

Hah? Bentar, woi! Sejak kapan orang-orang ini datang? Kenapa mereka semua mendadak nongol di mari coba?

Zyas mengernyit lalu bersiul-siul usil. "Wow, Feryan. Kayaknya kamu sama Juanda baru aja bersenang-senang, nih. Kepengin minta ronde lain lagi, ya? Sampe lupa pakai baju begitu."

Komentar itu serta-merta membuat paras gue memanas.

ANJIR, MALU-MALUIN! ARRRGHHHH!!! KACAU, KACAU, KACAU!

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Com