Truyen2U.Net quay lại rồi đây! Các bạn truy cập Truyen2U.Com. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

75. PENGABULAN

Pokoknya, selalu, jangan lupa vote dan komennya untuk menambah semangat author mageran sepertiku, ya. Dan bab ini aman dibaca meski kamu sedang berpuasa.

Selamat menunaikan ibadah puasa bagi yang menjalankan.

Mohon maaf apabila bab ini kurang memuaskan. Tetap, semoga kalian semua suka.

SELAMAT MEMBACA! ❤️

___
____
_____

"Halo, Ryan?"

"Ha-halo! Kenapa? Ada apa?"

"What's with that reaction?"

Gue mengumpat tanpa suara lantaran hampir nggak mampu menyembunyikan gugup. "Ng-nggak apa-apa, sih. Gue cuma kaget dikit. Habisnya elo nelpon jam segini."

Di seberang sana si Bangsat terdengar menghela napas. "Elo belum tidur 'kan, ya? Gue baru aja pulang kerja, nih. Elo mau nitip sesuatu, nggak?"

"Nitip sesuatu?" Gue mendelik dan menatap ke depan dengan was-was. "Emangnya elo mau mampir ke rumah?"

"Iya. Malam ini gue mau nginep di rumah elo. Biar sekalian ngerasain malam ultah bareng elo langsung."

"Hah? Nginep?" ulang gue seketika merasa panik, kemudian teringat alasan yang udah gue buat demi mengantisipasi situasi ini. "Aduh, maaf, Bangsat. Malam ini kayaknya nggak bisa, deh."

"Wha--kok nggak bisa?" Nada bicaranya kentara banget nggak suka.

"Iya, gak bisa, Juanda!" HP gue tau-tau direbut oleh Zyas yang lanjut berbicara. "Soalnya aku, Feryan sama Setya lagi jalan bareng sekarang. Masa iya aku bakal ngebiarin Feryan ngasih waktunya cuma demi kamu setelah sekian lama kami gak jalan bareng?"

Saga mendecak sinis. "Seriously? Harus banget malam ini?"

"Emang kenapa, sih?" Zyas balas mendecak. "Jangan mentang-mentang kamu besok ultah, terus kamu harus selalu dinomor-satukan, ya! Feryan bukan cuma milik kamu! Bye, bye!" responsnya kurang ajar dan langsung mematikan panggilan.

"Wait--"

KLIK!

PADAHAL COWOK GUE MASIH MAU NGOMONG, WOI! Tapi ya udahlah.

"Huh, hampir aja!" ucap Zyas, bernapas lega seraya menyerahkan lagi HP gue.

Ada chat masuk dari si Bangsat.

🙄🙄🙄

MALAM INI AJA YA, BANGSAT! Tolong maafin gue karena terpaksa nyuekin elo.

"Kok Juanda udah selesai aja kerjanya?" Setya bertanya sesudah mengikat balon ke sekian yang ada di kamar ini. "Katanya elo udah minta Kak Jimmy buat nambahin kerjaan dia."

Gue meringis. "Iya, udah. Tapi ternyata Saga bilang dia lagi gak mood dan mau pulang cepat, terus janji bakal kelarin kerjaannya lusa nanti," jelas gue yang lantas lanjut menyusun teks balon di dinding.

"Yah, gimana, nih? Mana dekorasinya belum selesai!" ujar Arima yang sedang fokus memompa satu per satu balon dibantu oleh Ajay.

"Buruan kelarin, lah. Sebelum pemilik kamarnya datang!" titah gue yang baru selesai menempelkan huruf Y pada dinding. Berdiri di atas ranjang si Bangsat selagi pemiliknya belum pulang.

Menyiapkan kejutan demi dia dengan cara menyambut hari ulang tahunnya di sini. Tapi seenggaknya, jangan sampe dia pulang lebih cepat. Bisa gagal segala rencana.

"Berarti Juanda udah mau pulang, dong?"

"Iya!" jawab gue atas tanya Zyas.

"Should we go with plan B?" celetuk Dyas yang berperan sebagai pengabadi momen sekaligus perancang dekorasi ruangan, bagian pengerjaannya kami yang mengambil alih.

"Plan B?" Gue mengernyit bingung sebab merasa nggak mempersiapkan rencana lain. "Apaan plan-nya?" gue berbalik memandang Dyas yang lalu mengerling pada Adam yang sedang menjaga Yellow.

Yang ditatap seketika memperlihatkan ekspresi kikuk. "Emm, what? Why me?"

Oh. Kayaknya gue tau bentuk Plan B macam apa yang dimaksud Dyas. Jadi, gue langsung aja menghadap Adam.

"Adam!" Berkacak kedua tangan di depan sosok lebih tinggi yang bagi gue masih menyebalkan ini. "Kalo elo mau gue maafin, elo harus bisa nahan Saga supaya gak buru-buru naik ke kamarnya. Seenggaknya, sebelum jam 12 tepat. Elo bisa, 'kan?" pinta gue dengan nada tegas yang untungnya ditanggapi anggukkan patuh.

"Siap, Feryan! Bakal gue usahain!" Adam melepaskan Yellow, sesudah itu mulai melangkah keluar kamar demi menjalankan permintaan gue.

"Awas kalo mulut elo bocor, ya!" imbuh gue sebelum Adam betul-betul berlalu dari pandangan kami.

DORR!

Kami semua terlonjak, terkejut hebat dikarenakan suara letusan mendadak dari salah satu balon di lantai. Zyas bahkan sampai lompat-lompat saking kagetnya sembari memegangi tirai foil yang tengah didekorasinya.

"Jembut keriwil!" latahnya dan memelototi pelaku yang bikin balon meletus. Berjongkok di depannya sambil mengomel, "Yellow nakal, deh. Makanya kamu jangan megang balonnya pakai kuku, jadinya meletus, tuh. Untung aku gak jantungan."

Yang tentunya nggak mendapat tanggapan dari kucing oren punya cowok gue itu. Selain kedipan nggak peduli. Melihatnya gue cuma geleng-geleng kepala.

"Latah elo sangat sopan, ya." Arima menyindir.

"Oh, iya, dong! Latah aku cocok dijadiin naskah pidato, 'kan?" celetuk Zyas ngawur.

Naskah pidato di gembong pelacuran cocoknya, sih. Batin gue merespons.

Gue kemudian melirik sosok paling tua di antara kami yang sedari tadi hanya menonton dengan memasang senyum maklum, duduk di sofa yang telah dipindah ke pojok dekat pintu balkon. "Om, kalo mau santai atau keluar dulu silakan aja. Kue itu gak usah dijagain terus. Gak bakal kenapa-kenapa, kok. Yellow 'kan nggak suka juga."

Om Julius menggelengkan kepala sembari menggeser posisi dua kue ulang tahun sang putra lebih ke tengah meja. "Nggak apa-apa. Hitung-hitung om ikut ambil peran. Karena om bingung harus ngapain."

"Om bisa semangatin aku pakai yel-yel, kok. Nadanya: "Semangat, Zyas cantik! Buat dekorasi paling menarik!" Zyas menimpali.

"BACOT!" sungut gue sengit yang bikin Zyas mendelik sok terluka.

"Ih, Om! Lihat deh calon menantu, Om. Mulutnya nggak ramah. Pecat aja dia. Mending Om angkat aku jadi calon menantu," katanya dengan nada centil yang gue tanggapi dengan ekspresi sok mau muntah. Sementara Om Julius cuma tertawa.

"Kalian ribut terus perasaan, kapan dekorasi ini bakal kelar, woi?" keluh Setya yang masih kerepotan mengurusi balon, kali ini nggak ketinggalan memasukkan konfeti ke dalamnya.

"Sabar dong, Setya. Orang sabar gak boleh barbar!" tukas Zyas yang dibalas jurus mendesis nggak suka sobat paling pendek gue.

"Orang sabar doyan ngemil ketumbar!" Celetukan ngawur Arima bikin gue keselek akibat menahan tawa. Sedangkan Ajay udah aja ngakak.

Dyas cuma mampu geleng-geleng masygul menyaksikan kerandoman kami.

"Oh, iya!" Zyas berseru seusai menaruh tirai foil di palang pintu bagian atas. "Di ulang tahun aku nanti, kalian bakal nyiapin kejutan macam ini juga, 'kan?"

"GAK USAH NGAREP!" kompak kami menjawab yang kontan membuatnya cemberut.

Sohib paling feminin gue ini mendengkus pelan. "Aku benci kalian semua. Kecuali Om Julius tentunya," ungkapnya, nggak lupa mengedipkan mata dengan genit pada Om yang masih aja mesam-mesem.

"Terima kasih, Zyas."

Dikasih makasih segala pula sama si Om. Bangsul.

Selanjutnya, kami lanjut menyibukkan diri dengan bagian dekorasi masing-masing. Masih: Dyas memandu, gue memasang balon Happy Birthday di dinding, Zyas dengan tirai foil, Setya yang mengikat dan mengisi balon dengan konfeti, serta Arima dan Ajay di bagian mengisi angin balon. Sebetulnya, yang lain juga sangat ingin bergabung di sini. Terutama Jofan dan Vano. Sayang aja mereka berdua nggak bisa ikutan. Jofan katanya sedang menemani sang kakek yang sakit dan dirawat, sedangkan taulah si Vano sekarang ada di mana. Ya, kali dia mesti bela-belain terbang dari Amerika ke Indonesia cuma demi ngasih surprise?

Meski begitu, dia tetap ikut andil walau cuma menyimak pekerjaan kami melalui video call. Sesekali mengajak ngobrol Setya dan berbagi candaan mengenai balon. Pemandangan yang bagus mengingat mereka LDR-an tapi masih kuat pelet bucinnya.

Arnando dan Julian ke mana? Mereka jauh, cuy. Cuma bisa nitip kado doang.

Oh. Jika kalian penasaran mengenai proses sampe gue bisa berada di posisi ini. Biar gue ceritain, deh.

Zyas dan Setya yang datang duluan ke sini bersama gue setelah kami selesai berbelanja semua keperluan demi mendekorasi kamar serta menghias dua kue buatan Kak Armet yang gue pesan untuk Saga. Mula-mula menghias kue menggunakan kedua tangan gue sendiri sesudah melewati lebih 10 hari masa latihan bersama Kak Armet serta Mamah. Bahkan ketika Zyas memaksa ingin membantu, gue mentah-mentah melarang. SOALNYA YANG ULANG TAHUN COWOK GUE, WOI. ENAK AJA DIA MAU IKUTAN! Bakal kegeeran ini bencong kalo-kalo nanti Saga memuji kuenya. Gak sudi gue.

Dyas kemudian datang bersama Ajay dan Arima yang kebetulan baru pulang sama-sama dari kampus. Berkata bahwa mereka siap membantu meski mereka butuh mandi dulu. Sekalian makan di sini selagi gue menjelaskan rencana birthday surprise untuk Saga.

Om Julius lalu datang, mengusulkan supaya Kak Jimmy mengulur waktu Saga di kafe dengan cara menambahkan tugas untuk putra semata wayangnya. Sayangnya, itu cuma berhasil menahannya selama satu jam lebih doang.

Adam sebenarnya nggak gue ajak untuk ikutan. Karena gimanapun gue masih kesal sama dia. Tapi dia bersikukuh mau membantu walau tugasnya sekadar menjaga Yellow yang udah anteng dari sananya.

Udah dua jam berlalu sejak kami memasuki dan mendekorasi kamar ini. Dari mulai memindahkan properti di kamar ke sudut lain supaya ada lebih banyak ruang untuk bergerak, disusul membersihkan debu dan sampah yang ada di bawah sofa sebelum akhirnya mengerjakan dekorasi.

Sejauh ini untungnya berjalan lancar. Kurang lebih setengah jam lagi kerjaan kami bakal kelarlah.

Semula itu yang gue pikirkan. Sebab ketika gagang pintu kamar terdengar dibuka dari luar, gue yang hampir selesai menempeli balon terakhir di dinding seketika terperanjat dengan tatapan horor.

Jangan bilang ...

"Wait, Saga!"

Itu suara Adam, bersamaan dengan sebelah tangannya yang muncul untuk menahan pintu di daun pintu bagian dalam agar nggak membuka.

"Please! Bikinin gue nasi goreng dululah. Lapar banget nih gue."

Suara decakan cowok gue terdengar. "Gunanya aplikasi GoFood di HP lo apa?"

Pintu terlihat didorong, tapi untungnya tenaga Adam cukup besar untuk tetap menahannya.

"Kalo bisa pesan GoFood, gue nggak perlu begadang sampe jam segini demi nungguin elo pulang, kali." Adam meneruskan, "Masakan mereka gak seenak masakan adik sepupu gue soalnya. Ayolah!"

DAG DUG DAG DUG! JANTUNG GUE NAIK TURUN NGGAK TENTU ARAH NIH SEKARANG! Ayolah, Bangsat! Turutin aja bujukan si Adam. KALI INI AJA!

Bahkan gue dan yang lain pun saling beradu tatapan tegang, was-was, bingung, takut. Campur aduk gak keruan. Zyas aja sampe menggantung tangannya tanpa berani bergerak seinci pun dari posisinya yang berada paling dekat dengan pintu.

"Gue beneran capek, Adam."

"Buat malam ini aja, Saga."

Tau-tau Yellow nyelonong keluar tanpa mampu dicegah oleh kami. ARRRGHHH!

"Meww!"

ADUH, NGADU NIH KUCING! NGADU DIA KE SI BANGSAT SOAL KAMI!

"Tuh, liat! Yellow juga kayaknya mau makan. Dia turun, tuh. Tuh, tuh! Ayo, kita makan bareng sama dia."

"Tck. Fine. Cuma nasi goreng, 'kan?"

"Pake daging sapi, ya. Sekalian bikinin buat Mas Jim juga. Dia juga bentar lagi pulang, 'kan?"

"Banyak maunya lo, ya."

Suara si Bangsat terdengar menjauh pertanda bahwa bujukan Adam berhasil mencegahnya masuk ke kamar. Makin diyakinkan ketika pintu kamar kembali ditutup dan bikin kami semua mengembuskan napas lega secara bersamaan.

"ANJIR! JANTUNG GUE RASANYA SIAP LOMPAT DARI MULUT!" sahut gue heboh yang diikuti anggukan kepala Ajay dan Rima.

"Sama, Fer." Ajay sampe mengusap kepalanya saking kalut gara-gara kejadian tadi.

"Tadi itu gawat banget, sih. Untung aja Adam sigap," komentar Setya.

Gue bertepuk tangan. "Tandanya kita harus gerak lebih cepat! Ayo, buruan! Sebelum nanti surprise-nya malah gagal!"

Om Julius akhirnya bangun dari sofa. "Biar om ikut bantu, ya."

Apa pun yang terjadi, pokoknya jangan sampe rencana gue ini gagal. Menahan ngantuk, lapar, rela capek dan pusing demi ini semua. Demi seorang cowok bangsat yang sangat ingin gue buat terkesan dan bahagia di hari bertambahnya usia dia.

.

Setelah menunggu sekian menit, akhirnya momen yang kami tunggu tiba. Gagang pintu kamar terlihat bergerak, dibuka dari luar, membuat daun pintu terkuak sedikit demi sedikit. Dengan kami yang udah bersiap di posisi masing-masing.

Arima dan Ajay yang memegangi konfeti popper, Zyas dengan balon dan jarum, Setya yang mengarahkan HP ke depan karena masih VC dengan Vano--yang mau ikut memberi kejutan dari jauh, Dyas dengan kamera, serta gue dan Om yang memegang masing-masing satu kue di tangan.

Kue bertuliskan Happy 19th Saga dan HBD BANGSAT GUE. Hasil hiasan gue sendiri.

Oke, pintu udah terbuka. Memunculkan sosok Saga yang menggendong Yellow dengan raut muka lesunya. Diikuti Kak Jimmy dan Adam yang terlihat berlari menghampirinya dari belakang.

INI SAATNYA!

TAK! TAK! DORR!

"HAPPY BIRTHDAY, SAGA!" seru kami kompak, penuh semangat menyambut kedatangannya.

Membuat Yellow lompat dari gendongan Saga sebab kaget, sedangkan yang diberi kejutan tampak tercengang dengan ekspresi bingung yang kentara.

"Wha--since when you guys ...?"

"Satu, dua, tiga!" Gue menyuarakan aba-aba sebelum kami semua mulai bernyanyi bersama.

"Happy birthday to you, happy birthday to you. Happy birthday, happy birthday, happy birthday, Saga."

Mendengar nyanyian dari kami, si Bangsat terlihat kian takjub dengan kedua mata yang memancarkan kegembiraan. Reaksi yang gue harapkan.

Lalu gue maju, membawa kue rasa vanila ke hadapan Saga dengan senyum paling manis yang mampu gue tunjukan. "Happy birthday, Bangsat."

Diikuti oleh Om Julius yang juga kebagian membawa kue rasa cokelat. "Happy 19th birthday, Son. This whole surprise is for you. From us."

Mendapati kehadiran sang Daddy yang setahu Saga baru akan pulang besok, jelas aja dia nggak menduganya. Matanya memandangi kami satu per satu dengan sorot terharu. "You guys ..." Kedua mata Saga mulai terlihat berkaca-kaca. Dia kemudian memeluk gue serta sang Ayah secara bersamaan. "Thank you so much for this. Thank you."

Om Julius mengusap puncak kepala sang putra dengan satu tangan tanpa lupa memberi kecupan, diikuti oleh gue dan yang lain. Memberi tepukan dan usapan sebagai tanda menyemangati. Bahwa dia emang pantas mendapatkan kejutan ini.

Selesai membuat permintaan, Saga lalu meniup lilin pada ke-dua kue ulang tahun miliknya. Kemudian kami semua serempak memberi tepuk tangan.

"I ... this is the best birthday surprise so far. For me." Dia tersenyum seraya melirik kami bergantian. "Ide siapa?"

Gue sigap mengangkat tangan.

"Idenya dari Kak Metta, tapi yang nyusun rencana detilnya ya pacar kamu sendiri," tukas Zyas memberi jawaban sembari menunjuk gue.

"Feryan bahkan sampai menghubungi dan meminta bantuan Daddy demi semua ini. Just for you," sambung Om Julius, mengerling gue penuh arti yang jadi salah tingkah sendiri.

Apalagi ketika si Bangsat juga mulai memusatkan perhatiannya ke gue.

"Gimana?" Kedua alis gue naik turun, menanyai pendapatnya. "Masih berasa nggak berkesan menurut lo?"

Dia menggelengkan kepala lalu memeluk gue lagi. "I love you so much. Thank you so much, Baby."

"Iya, udah!" Gue menepuk punggungnya. "Mending elo buruan potong kuenya. Gue udah lapar, nih. Elo gak tau aja udah berapa lama gue ngedekor kamar lo ini."

"Oke. Sebentar." Lebih dulu dia mengeluarkan HP untuk memotret dua kue di meja sebelum mengambil pisau dan mulai memotongnya. Kue rasa cokelat dulu yang dia potong. "First cake. For my Dad." Potongan kue pertama disodorkan ke Om yang duduk di sisi kanan.

Om Julius anehnya malah terlihat heran. "Are you sure? Not for Feryan first?" Beliau melirik gue yang cuma bisa senyam-senyum, sama sekali nggak keberatan.

"No, Dad. It's for you. Karena kalau bukan karena Daddy, Saga nggak akan berada di sini. Di titik ini. This is my thanks. Thank you for everything. I'm very proud to have you as my dad. Always."

Mendengar penjelasan sang putra, Om Julius tersenyum dengan amat hangat. Kue itu akhirnya diterima sambil nggak lupa memberi pelukan lainnya. "I'm also very proud to have you as my son, Saga. Happy birthday." Puncak kepala Saga diciumnya penuh sayang.

Setelah itu, potongan kue kedua diambil. Yang sesuai dugaan, diserahkan oleh Saga untuk gue. "This is for you, Ryan. My love, my everything. I ... I'm so happy today. Totally happy for all of this. Honestly, hari ini gue beneran capek dan kesal. Tapi dengan kejutan ini ... entahlah. Happy gue sampe nggak bisa dijabarkan dengan kata-kata. Really, thank you for this. You really give me one of the best birthday moment that I ever had."

Kue dari tangannya gue terima. "Iya, Saga. Toh tujuan utama surprise ini emang itu, 'kan. Bahwa gue mau elo happy di hari ultah elo ini. Karena tahun lalu kita kehilangan momen ini." Gue tersenyum padanya.

Si Bangsat balas tersenyum. "Yeah. You're right. That's why, I'm so happy and glad to be able celebrate my birthday here this year. With my family, my friend, especially my lover." Dagu gue dicubitnya gemas.

Duh, jadi mau nyium. Sayang banget gue sama cowok sipit ini. Tapi malu. Ada si Om sama temen-temen yang lain. Habis ini enaknya gue usir mereka pulang aja kali, ya. Biar gue bisa lanjut berduaan sama si Bangsat doang. Eheheh.

"Jatah kue kami mana, Juanda? Jangan bucin terus, deh! Kami nggak mau jadi nyamuk, ya!" protes dari Zyas bikin kami semua sontak ketawa.

"Oke, oke. Sorry." Jadi setelahnya, Saga lanjut memotong-motong kue untuk dibagikan satu-satu kepada yang lain. Tanpa ada yang terlewatkan. Bahkan Vano yang cuma terlibat melalui VC aja ikut dikasih kue.

"Biar Setya yang mewakili elo untuk makan kue ini," kata Saga yang dibalas acungan jempol tanda setuju dari Vano.

Sementara yang lain baru mulai mencicipi kue, jatah potongan kue buat gue udah habis aja. Soalnya asli lapar banget. Minta lagi boleh nggak, ya?

Menyadari piring gue yang udah kosong, si Bangsat terkekeh. "Mau lagi?"

Gue yang sedang mengunyah sendok jadi nyengir nggak enak. "Nanti lagi aja, deh."

"Wah, Feryan lagi mode kalem di depan makanan. Mentang-mentang ada Bapak mertua!" ledek Arima yang disahuti tawa puas Zyas.

NGGAK USAH BUKA AIB JUGA, SETAN! Minta gue buang ke danau Toba emang. Dasar kawan-kawan biadab.

"Gak usah jaimlah, Feryan. Udah rahasia umum bahwa kamu itu rakus. Makan kue satu piring mana cukup buat kamu," seloroh Zyas yang sekonyong-konyong mengangkat kue rasa vanila yang masih utuh. "Gak usah malu-malu. Biar aku bikin kamu malu sekalian. Nih!"

PLOK!

Nggak disangka-sangka, kue ulang tahunnya malah ditabrakan ke muka gue, dong. KE MUKA GUE! ANJIR!

LENGKET! MANIS! BERMINYAK! LICIN!

"ZYAS, ANJIR!" murka gue yang sigap berdiri untuk mengejar dia. "Sini lo, Bencong!" Nggak lupa meramit satu potong kue dengan krimnya untuk balas gue taruh ke muka dia.

Zyas yang berusaha kabur untungnya berhasil ditahan oleh Dyas.

Jelas aja Zyas meronta-ronta. Tapi dia mana ada tenaga melawan adiknya. Akhirnya dia cuma bisa pasrah ketika gue mulai balas mengotori wajahnya.

"ARRRGHHH! DYAS! DASAR ADIK PENGKHIANAT!" maki Zyas dengan muka jelek yang mendatangkan tawa puas gue.

"HAHAHA! MAMPUS LO!"

"ARRRGHHH! MUKA CANTIK AKU!" Zyas mengelapi mukanya dengan raut panik.

MAMAM! RASAKAN KUE ENAK ITU, BENCONG GAK ADA AKHLAK!

"Elo jadi mirip Ivankov, Zy!" ejek gue yang makin puas tertawa bersama Setya dan yang lain yang turut menontoni.

"Iya, lagi. Mirip Ivankov!" celetuk Ajay setuju selaku sesama fans OP macam gue.

"Sialan kalian semua!" Zyas menghentakkan langkah mendekati kue di meja dan meraupnya cukup banyak sekaligus. "Kalo aku jadi jelek, kalian juga harus jadi jelek! Awas, ya!"

Akhirnya, nggak ada satu pun dari kami yang selamat dari serangan teror kue si Zyas. Bahkan Vano yang diam aja di HP ikut-ikutan dikotorin. Bangsul banget ini bencong kalo udah ngamuk.

Gue, Setya, Arima, Ajay, Dyas, Adam, bahkan Kak Jimmy dan Saga juga ikut menjadi korban. Cuma Om Julius aja yang aman. Menyaksikan kekacauan ini dengan terus merekam kehebohan ala anak TK kami. Saking niatnya membuat keributan, Arima dan Adam sampe turun ke bawah dulu demi mengambil botol krim untuk digunakan sebagai senjata.

BERANTAKAN SEMUANYA.

Saling melempar kue, menyemprotkan krim, marah-marah gak jelas dan adu bacot sampe saling memecahkan balon yang alhasil membuat suasana kamar luas ini terasa amat berisik. Sampai kemudian, dengan kurang ajarnya si Bangsat melempar sisa kue di meja secara sengaja ke arah sang ayah.

PLOK!

Dan tepat mengenai puncak kepala Om Julius yang kontan menelan senyum senangnya.

"Ups!" desis si Bangsat berlagak menyesal.

KALO GUE JADI BAPAKNYA, UDAH GUE LELEPIN INI COWOK KE GOT SEKALIAN! Emang bangsatnya dia nih lain daripada yang lain.

"Oke." Om Julius menghela napas panjang. HP diletakkan lebih dulu ke sofa sebelum dia mulai membersihkan kue di atas kepalanya. "Daddy anggap ini undangan untuk ikut berpartisipasi, ya!" satu kaleng krim yang ada di meja Om ambil. "Serang!"

"Waaaah!"

Lalu begitulah, bagaimana kekacauan ini terus berlanjut. Muka, badan, lantai, semuanya kacau balau. Pecahan balon berserakan di mana-mana. Isi konfeti memenuhi setiap sudut ruangan. Wajah kami udah nggak tentu bentuknya. Saling serang dan hajar nggak ada habisnya. Tetap, semua itu dilakukan tanpa kami lupa tertawa.

Menyaksikan ekspresi ceria di wajah berlumuran krim si Bangsat yang terus tertawa seraya beradu dengan Dyas. Nggak ada yang mau mengalah. Memunculkan senyum semringah di bibir gue. Pertanda bahwa ini sesuai seperti apa yang gue inginkan. Walau bukan yang sebenarnya diharapkan.

Bahwa gue ingin Saga bahagia. Riang gembira di hari ulang tahunnya yang walau nggak seberapa ramai dan bukan merupakan pesta besar, tapi cukup membuatnya puas dan lepas.

Jilatan hangat yang mendadak terasa di pipi bikin gue yang sedang melamun jadi terlonjak kaget. Menoleh, mendapati Saga yang tengah menjilati bibirnya sendiri.

"Elo ngapain, Bangsat?" tanya gue seraya mengelap letak bekas jilatannya.

"Gue mau ngerasain makan pacar gue sendiri," bisiknya yang sambil diam-diam menggerayangi punggung gue.

Tangannya buru-buru gue tepis. "Dasar otak kotor gak tau tempat! Di sini masih banyak orang, woi!" omel gue merasa jengah. Melirik ke sana-kemari dan menyadari ... sepertinya nggak ada yang memperhatikan kami karena mereka sedang asik sendiri.

Sekali lagi pipi gue dijilat. Kemudian Saga bertanya, "Mau mandi bareng?"

"Sekarang?"

"Iyalah."

"Ta-tapi 'kan masih ada--"

"Di bawah," potong si Bangsat sekalian mengusulkan solusi yang gue khawatirkan. "Ditambah, di sana juga udah ada baju ganti. So?" Dia mengulurkan tangan, melirik ke arah pintu yang masih terbuka seolah mengajak gue untuk menuruti aja ajakannya.

Yang mana jelas, nggak mungkin gue tolak. Jadi, uluran tangannya gue sambut. Lekas kami berlari bersama keluar. Semoga, tanpa disadari oleh orang-orang di kamar.

---BERSAMBUNG

Hayooo, bab berikutnya akan menjadi ujian bagi puasa kalian. 🤭
Tapi aku masih belum tau kapan bakal lanjutnya, sih. Mungkin malah habis lebaran wkwkwk

Sampe ketemu lagi, Seyeng Semua. ❤️
Jaga diri selalu, ya. ✨

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Com