Meriang (Mengajak Ribut Ayang) | KISAH SINGKAT SAMPINGAN SAGARYAN
Aku kemarin habis ngubek-ngubek draft cerita SBKB 'kan, terus aku nemuin cerita sampingan SagaRyan yang pernah kuketik kurang lebih sejak 2 tahun lalu ini. 😂
Mau aku simpan sendiri pun sayang, alhasil aku memutuskan untuk merilisnya ke sini. Hitung-hitung sebagai obat rindu tambahan untuk kalian semua. ❤️
Sedikit detil yang aku harus beritahu, adalah bahwa cerita yang terjadi di sini mengambil latar masa ketika Saga sedang mulai mempersiapkan L-Laurens, ya.
Selamat membaca. 💖
• • •
Cowok gue sakit, tapi gue masih berasa agak kurang percaya. Habis gimana, ya? Kayak mustahil aja gitu buat cowok bangsat macam dia diserang sakit segala.
Lihat, tuh. Dia rebahan di kasurnya, pakai selimut sampe ke bawah dagu, ditambah puncak dahinya yang dikasih kompresan tempel. Hmm.
Nggak seru. Gak enak. Gimana gue bakalan bisa adu bacot dan baku hantam sama dia andai dia sakit begini, Bambang? Kerjaan gue cuma duduk di sebelahnya, ngeliat dia yang masih beristirahat setelah minum obat.
Kalo kalian mau tau alasan dia sakit. Jawabnya ada di ujung langit, kita ke sana dengan seorang anak.
Canda.
Dia sakit gara-gara kehujanan sepulangnya ngajak gue jalan dalam rangka melepas penat dari segala kesibukan kami beberapa minggu belakangan. Udah dia lupa bawa jas hujan, diperparah dengan motornya yang malahan mogok di tengah jalan di saat badannya pasti sedang capek-capeknya. Nasib. Jika aja Saga bawa mobil kemarin, kejadiannya pasti nggak akan begini--walau sebetulnya gue juga yang ngajakin dia jalan-jalan naik motor ketimbang pake mobil dengan niat sekalian cari angin. Ehehehe.
Maafin gue, Bangsat. Batin gue meringis sendiri.
Sebelah pipinya gue sentuh. Mengecek suhu tubuhnya yang ternyata masih lumayan panas. Emm, berapa ya tadi? Kurang lebih 39 derajat Celcius, deh. Dengan keluhan; kepala yang pusing nyut-nyutan, perut mual ditambah pandangan buram.
Gue menghela napas lesu. Bagusnya kalo pacar lagi sakit, kita sebaiknya bikinin dia makanan apa, ya?
Bubur. Gue gak bisa masaknya.
Lontong. Boro-boro.
Nasi goreng? Yang ada bakalan dibuang ke tong sampah sama dia karena rasanya pasti cuma bikin kondisinya makin parah.
Mie rebus. Orang sakit boleh makan mie rebus nggak, sih?
Bodo amat, lah. Mendingan gue pesen via Gofood--LAH, ANJIR! Saldo gue tinggal Rp10.200. Belum minta diisiin ulang sama si Bangsat. Dan gue juga datang ke sini nggak bawa uang.
Kebiasaan gue kalo buru-buru mau pergi pasti dompet selalu ketinggalan. Hadeeeuh.
HP milik Saga yang tergeletak di nakas gue lirik. Mau nggak mau, HP dia diam-diam gue ambil sambil nyengir nggak enak. TERPAKSA, YA. Gue 'kan tetap harus mesenin Gofood buat si Bangsat pakai akun punya dia sendiri. TAPI GUE LUPA BAHWA HP DIA PASTI DALAM KEADAAN DIKUNCI! PAKAI POLA LAGI, ANJING!
Gue mana tau pola kunci HP dia apaan. Setiap ngeliat dia ngebuka kunciannya juga gerakannya cepet banget macem Naruto yang lagi siap-siap ngeluarin jutsu. Dan ketika gue kepengin kepoin isi HP si Bangsat pun gue nggak pernah bisa ngotak-ngatik sendiri sebelum dia yang membukakannya.
Apalagi setiap mulai ngeliat gambar layar depannya yang pasti bikin gue jengah sendiri. Yang mana dipasangi gambaran selfie kami berdua.
Foto yang gue sama dia ambil di depan pintu masuk kafe yang sedang dalam proses pembangunan. Sebagai bentuk perayaan; tentang gimana dia bangga bisa berada sampai di titik ini bersama gue selaku orang yang paling dia sayang. Katanya.
Norak? Gak perlu ditanya lagi. Emang dasar konyol banget si bucin bangsat kesayangan gue ini.
"Nggh. Mommy! Mommy!"
Gue buru-buru meletakkan HP lalu beralih duduk ke sisi Saga. Menyeka keringat di dahinya sambil mendengar dia terus ngingau menyebut-nyebut Mommy-nya. Dahinya mengkerut, tampak resah dan khawatir dengan badan yang sedikit bergerak gak tenang.
"Hei, Bangsat! It's okay. Gue di sini. Elo jangan takut, ya."
Tangan kanannya gue genggam lembut, setelahnya gue beri usapan-usapan pelan. Bikin racauannya berkurang, kemudian dia kembali tidur dan gak gelisah lagi.
Gue mengembuskan napas lega. Menarik lepas kompres dari dahinya untuk lantas mendaratkan kecupan di sana.
"Cepet sembuh, Saga. Gue kangen adu bacot dan ribut sama lo," bisik gue menahan sedih.
Tanpa diduga, tahu-tahu ini cowok nyahut dong, "Hmm, iya. Sama. Gue juga."
Loh? "Elo bangun?" tanya gue, mendesis keheranan.
Kedua mata Saga membuka, langsung melirik gue seraya mengulas senyum di bibir pucatnya. "Iya. Tadi gue mimpi buruk. Males mau lanjut istirahat," ujarnya seraya membalas sentuhan gue di tangannya. "Thank you karena elo udah mau nemenin gue di sini. Setiap kali sakit, entah kenapa gue selalu dapat mimpi buruk yang sama. Lagi dan lagi. Mungkin karena gue sendiri benci sakit," terusnya diakhiri embus napas berat.
Karena sakit selalu bikin dia teringat pada mendiang Tante Laura. Gue paham hal itu.
Puncak kepalanya gue belai penuh sayang. "Udah tugas gue buat nemenin elo. Selain kepengin jadi pacar yang baik, ini toh juga sebagai bayaran soalnya elo sakit gara-gara gue," balas gue dan nyengir.
Tawa kecil menyembur dari mulut dia. "Baguslah kalo elo sadar diri."
Cengiran gue luntur seketika. "Anjing dasar lo!" maki gue sambil menahan diri buat nggak menjambak rambutnya yang lagi gue pegang.
Akhirnya dia ngakak. Kebiasaan banget ini cowok jelmaan sisik kadal.
"I'm hungry, Babe."
ADUH, IYA. KELUPAAN! Tadi 'kan gue niat mau mesenin dia makanan terus terhalang pola kunci HP yang entah harus diapain.
HP milik si Bangsat gue ambil lagi. "Elo pesen sendiri aja, nih. Gue nggak bawa duit dan saldo Gopay gue juga habis. Terus gue nggak tau cara buka kunci pola HP lo kayak gimana meski udah berkali-kali ngeliat. Ribet, sih."
Penuturan gue membuat dia keliatan heran. "Kan elo bisa pesen tanpa pakai saldo. Bayarnya tinggal pake duit gue, Bego."
Respons darinya bikin gue tercenung beberapa saat.
LAH, IYA JUGA! BISA-BISANYA GUE NGGAK KEPIKIRAN! KENAPA GUE BEGO BANGET, SIH!
"Emang dasar bego," ejeknya dibarengi seringai usil yang nggak mampu gue balas. "Elo pasti lapar juga, 'kan? Mau pesen makanan apa?"
Ditanyai demikian, gue pun cengengesan sebab dia begitu pengertian. "Gue kepengin ayam aja, deh."
Jurus putaran bola matanya mulai keluar setelah mendengar pesenan gue. "Lama-lama beneran bakalan jadi siluman ayam deh lo."
"Bacot lo! Ayam itu enak, ya!"
"Oke, oke. Terserah elo aja." Dia selesai mengotak-atik HP-nya yang kemudian diserahkan lagi pada gue. "Udah gue pesen. Tinggal tunggu datang."
HP miliknya gue taruh ke tempat semula sembari melirik sekilas layarnya. "Elo pesen apa?"
"Bubur ayam. Dua porsi. Buat gue sama elo."
Terang aja gue kaget mendengarnya, "Lah? Kok bubur ayam, sih?"
Si Bangsat mendecak gemas. "Kan elo kepengin ayam. Nah, di bubur juga ada ayamnya, 'kan? Problem solved!" jawabnya kepalang santai yang semata-mata membuat gue gregetan.
Mati-matian gue merapalkan mantra sabar untuk diri sendiri. Tahan, tahan. Jangan dipukul, jangan dibanting, jangan dihajar. Kasian. Anak orang masih sakit. Ingat juga, elo sayang sama ini cowok sialan.
Tapi awas aja kalo udah sembuh nanti. Bakalan gue suruh dia masakin makanan yang banyak buat gue. Huh, hah!
"Selagi nunggu buburnya datang, sana elo bikinin gue minuman. Teh hangat, tanpa gula. Gak pake lama. Cepetan."
"BAIKLAH, TUAN SAGA! SIAP SAYA LAKSANAKAN!"
_END
Baiklah. Sampe sini aja kisah MERIANG milik SagaRyan yang bisa kuberikan untuk kalian. Semoga kalian suka dan terhibur, ya. ❤️
BAB 93 sedang dalam pengerjaan. Mohon bersabar menunggu rilisnya. 🤗
Dan bagi yang ingin mengintip sedikit banyak proses dari pengerjaan serta spoiler tipis-tipis cerita SBKB, bisa silakan kepoin aku di X/Twitter ya. Dengan username @dRythem24 sama seperti nama akun Wattpad ini.
Itu aja dariku. 💖
Dadah~
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Com