2. The 1st Tryst - Kimhan
Menjadi –calon- mate Kimhan adalah sesuatu yang sangat tidak pernah terbayangkan oleh Porschay sebelumnya. Memang benar kalau dia mengagumi salah satu bungsu Teerapanyakul itu, mengingat bahwa Kim cukup terkenal karena pekerjaannya sebagai seorang penyanyi dan salah satu Teerapanyakul. Memangnya siapa yang tidak akan mengenalnya?. Dan juga, Chay yang menaruh minat sama pada bidang musik tentu saja mengagumi Kim secara lebih. Yang kemudian saat Chay memiliki kesempatan untuk bertemu Kimhan di acara sekolahnya yang menyajikan Kim sebagai bintang tamu, dan memberikan hadiah pada penyanyi itu –sebuah pick gitar yang ia buat sendiri-, maka disitulah awal keduanya dekat.
Setelah acara hari itu, mereka berdua jadi sering bertukar chat. Awalnya karena Kimhan yang mengenali Chay saat me-reply story sosial medianya. Sesuatu yang memang sudah biasa Chay lakukan, namun kali ini dia beruntung karena Kimhan mengenali dan mengingatnya sebagai 'si anak pemberi pick gitar'. Kemudian keduanya mulai berbicara melalui sosial media, lalu akhirnya saling bertukar nomor pribadi.
Hubungan mereka juga perlahan-lahan berprogress. Keduanya sudah sering keluar bersama, sekedar untuk jalan-jalan atau untuk bermain alat musik. Yaa, meskipun dalam waktu satu tahun mereka kenal, pertemuan mereka hanya bisa dihitung jari karena Kimhan yang terlalu sibuk.
Tapi setidaknya Chay merasa dia sudah cukup dekat dengan Kimhan. Ya, menurut dirinya sendiri sih.
Terlebih lagi saat sekitar enam bulan lalu ia mengetahui bahwa mate kakaknya adalah Kinn, kakak Kimhan. Dari situlah mereka berdua akhirnya semakin sering bertemu lagi.
Intinya, bersama dan berhubungan dengan Kimhan bukanlah sesuatu yang baru untuk Chay, pada awalnya. Tapi setelah beberapa hari lalu saat mereka menemui Great Omega Pete, dia sendiri tidak tau harus bagaimana karena hubungan mereka berdua –yang juga melibatkan Macau- justru menjadi canggung dan berprogress secara terbalik. Alias mundur.
Kenapa juga aku punya tanda mate yang ambigu seperti ini sih?
Kegiatannya yang biasa bertukar pesan dengan Kimhan secara rutin jadi seperti berhenti. Sepenuhnya. Bahkan Kimhan tidak membalas pesan terakhirnya sejak beberapa hari lalu.
Pesan yang berisi bagaimana Chay mengajak Kimhan untuk bertemu.
Their first Tryst.
Janji temu pertama mereka dalam konteks romantis, dalam konteks sebagai CALON mate satu sama lain.
Dan bodohnya, saat Chay tau Kimhan tidak membalas pesan itu yang artinya belum tentu pemuda itu mengiyakan ajakannya, Chay justru sudah berada di tempat janjian mereka.
Sudah satu jam dia berada disini, dan bahkan sudah memesan satu kue lagi untuk memperpanjang durasi menunggunya, namun Kimhan tetap belum datang.
"Mungkin dia tidak mau jadi mateku ya." Gumamnya sambil menghela nafas dalam. Segera menghabiskan kuenya dengan cepat kemudian segera membereskan barang-barang bawaannya, bersiap pergi.
Namun baru saja satu langkah ia keluar dari pintu café, tangannya segera diraih seseorang dan ditarik menjauh. Menuju parkiran, menuju ke sebuah mobil mewah yang terparkir disana.
"Kak Kim?" Panggil Chay begitu menyadari siapa yang menariknya ini. Dan meskipun orang didepannya ini menggunakan hoodie hingga menutupi kepala, kemudian memakai masker dan juga kacamata hitam, Chay sangat-sangat tau kalau itu adalah Kim dari aroma Orange Blossom dan Woodsy scent khas Teerapanyakul yang begitu kuat dan dia tau itu adalah aroma yang hanya dimiliki Kim. Kalau menurut Chay, aroma Kimhan menggambarkan aroma Artisan. Natural, namun sekaligus dreamy. Benar-benar menggambarkan bagaimana Kim di mata Chay. Begitu dekat namun sekaligus hanya seperti mimpi.
Kim menoleh sebentar kemudian mengangguk begitu saja sebelum kemudian kembali menarik Chay –kini beralih menggenggam jemarinya setelah sebelumnya hanya menarik pergelangan tangan- dan kemudian membukakan pintu mobil untuk menyuruh Chay masuk kesana.
Diperlakukan seperti itu sebenarnya membuat Chay bertanya-tanya. Semuanya terlalu mendadak. Dan Oh- dia juga belum lupa rasa kesalnya karena harus menunggu satu jam tanpa konfirmasi, dan bahkan empat hari terakhir ini tanpa kabar apapun dari Kim.
Jadi daripada merasa tersipu karena barusan saja tangannya digenggam oleh orang yang ia kagumi, Porschay justru merasa bingung dan sedikit heran, juga kesal. Apa yang sebenarnya dilakukan Kim?
"I'm sorry." Itu adalah kalimat pertama yang dikatakan Kim begitu Alpha tersebut sudah masuk kedalam mobil dari sisi pintu yang satunya. Setelah membuka hood, kacamata, dan juga maskernya. Kemudian melemparkan masker dan kacamata itu ke kursi belakang.
"Maaf kenapa?" Tanya Chay, singkat dan terkesan tidak peduli memang. Tapi sebenarnya itu memang ciri khasnya yang tidak suka menerima permintaan maaf kosong. Dia terbiasa meminta maaf dengan memberikan alasan yang jelas kepada orang lain, dan itu membuatnya juga harus mendapatkan hal yang serupa. Jika seseorang meminta maaf padanya, orang itu harus tau kesalahannya.
"For not answering your text for the last few days, dan karena membiarkan kamu menunggu sendirian." Jawab Kim tegas. Tangannya meraih tissue yang ada di mobilnya, kemudian menggunakan tisu itu untuk mengelap remahan-remahan kue yang masih tersisa di sudut bibir Chay. Dan perlakuan itu tentu membuat Porschay salah tingkah dan langsung membuat omega yang baru legal itu segera meraih tisu dari tangan Kim dan mengusap sendiri sudut bibirnya.
"Ok then explain," Katanya lagi setelah berhasil menata hati dan kewarasannya yang hampir buyar karena Kim barusan. Dia menuntut penjelasan dari permintaan maaf Kim, dan akan dia gunakan sebagai pertimbangan untuk memaafkan Alpha itu atau tidak.
"Okay, mungkin terdengar klise. Tapi, I'm sorry I'm busy. Aku sudah baca chat kamu dan aku harusnya langsung membalas, tapi aku lupa." Jelas Kim. Chay masih memandang kearahnya, tidak mengatakan apapun dan hanya menaikkan sebelah alisnya penuh tanda tanya.
"Iya aku salah." Jawab Kim lagi. "Aku minta maaf dan kamu boleh tidak maafkan, but I'm still sorry, okay?" Dan akhirnya Porschay menghela nafas. Kini melepaskan tas ranselnya yang sejak tadi masih ia gunakan di punggung, kemudian memindahkan ke pangkuannya.
"Kak Kim." Panggil Chay, dengan nada bicara dan ekspresi yang serius. Sedikit memutar badannya agar miring menatap Kimhan. Sementara yang ditatap dan mendapati ekspresi serius dari orang yang biasanya tersenyum cerah, merasa sedikit gugup juga.
"Ya?"
"Hubungan kita itu bagaimana?"
Kimhan terdiam, Porschay juga diam menunggu jawaban. Hingga keduanya ada di situasi yang canggung karena sama-sama terdiam.
"Kita adalah calon mate, kan?" Kim akhirnya membuka suara "Kalau sekarang gantian aku yang bertanya, apakah kamu sudah punya jawaban akan memilih siapa, bagaimana?"
Chay menggeleng, menandakan bahwa memang dia belum memiliki jawaban dari pilihan yang ada. Seperti yang diinstruksikan oleh Great Omega mereka beberapa hari lalu.
"Nah." Kim mengulurkan tangannya, kini menepuk-nepuk puncak kepala Chay dengan pelan "..Kalau kamu pun belum punya jawabannya, bukankah lebih baik kita memang jalani begini saja dulu? Kamu harus lebih yakin lagi, kan?"
Chay mengangguk lagi. Kini menyadari bahwa apa yang dikatakan Kimhan memang benar. Kalau dia sendiri belum yakin dengan pilihannya, kenapa dia minta kepastian hubungan terhadap Kim? Bukankah itu sesuatu yang tidak adil untuk Macau nanti? Lagipula, Chay juga belum memiliki Tryst dengan Macau, jadi dia tidak boleh gegabah untuk menentukan pilihan.
Terlebih lagi, pilihannya ini akan berdampak besar.
Chay tidak tau pasti apa maksudnya, yang jelas itu adalah yang dikatakan Moon Goddess melalui Great Omega Pete padanya dan Kim serta Macau beberapa hari lalu. Sebuah perkataan yang membuatnya tidak bisa tidur semalaman.
Aku memberikanmu pilihan sebagai pertanda awal perjanjian baru yang akan aku buat dengan negeri ini
Oh, bahkan hanya mengingatnya saja membuat Chay berdebar. Dia bingung, kenapa harus dia yang mengalami ini semua? Kenapa harus dia yang disuruh memilih? Tidakkah bisa takdirnya normal-normal saja seperti omega yang lain? Memiliki satu tanda mate yang kemudian matenya itu akan berusaha dia cintai seumur hidup.
Ini semua terlalu sulit untuk Chay. Dia bahkan tidak yakin apa yang akan dia lakukan nantinya. Bagaimana kalau dia salah dalam memilih?
"Masih mau jalan-jalan?" Pertanyaan Kim membuyarkan pikiran Chay barusan. Si omega yang baru tersadar dari daydreamnya itu kemudian mengangguk, mengiyakan ajakan jalan Kimhan. Karena dia tau kalau dia menolak sekarang, mungkin mereka tidak akan memiliki waktu lagi mengingat seberapa sibuknya Kimhan itu.
"Ok then, let's go."
.
.
"Chay!" Porschay yang awalnya sedang belajar di kamarnya tiba-tiba harus dikejutkan dengan suara teriakan Porsche yang berasal dari lantai bawah. Akhirnya dengan segera, dia berlari turun. Takut kalau terjadi apa-apa kepada kakaknya itu.
Namun begitu ia sampai di lantai pertama, yang dia dapati adalah Porsche yang sedang berjongkok didepan sebuah kotak besar dan lebar. Terlihat seperti sebuah paket.
"Apa itu?" tanyanya penasaran. Porsche yang ditanyai demikian hanya melirik Chay kemudian menyipitkan matanya.
"Harusnya kakak yang tanya kamu. Kamu belanja apa? Ini atas nama Porschay." Jawabnya.
"I didn't buy anything." Dia menjawab lagi, kini sambil terheran-heran. Akhirnya dia ikut berjongkok juga disamping Porsche kemudian memeriksa receipt penerimaan. Dan benar disana tertulis namanya.
"Mungkin ini untuk kakak, dari Kak Kinn?" Dia bertanya, dan dibalas Porsche dengan toyoran pelan pada kepalanya.
"Kan sudah jelas namanya Porschay. Lagipula kenapa Kinn harus mengirimkan kalau memang mau memberi sesuatu?" balasnya "Cepat buka."
Porschay mengerutkan kening, lagi. Dia sebenarnya takut untuk membuka paket didepannya ini. ukurannya sangat besar. Bagaimana kalau misalnya didalamnya ada mumi atau sebagainya?
Oh-
Sepertinya aku sedikit tertular kerandoman Kak Pete. Eh, Great Omega maksudnya.
Tapi setelah mendapatkan satu pelototan dari Porsche, akhirnya Chay beranjak mengambil beberapa peralatan dari gudang untuk membantu membuka paket. Karena ternyata paket itu berbentuk sebuah kotak kayu yang dipaku berkeliling. Ia menyerahkan satu alat kepada Porsche, meminta kakaknya itu untuk membantu membukanya.
Dan saat sudah terbuka, mereka berdua –Porschay dan Porsche- secara kompak menahan nafas mereka melihat isi didalamnya.
Sebuah gitar akustik berwarna coklat kayu dan dengan merk terkenal. Yang meskipun Porsche tidak terlalu mengerti tentang alat musik, tapi dia tau dengan pasti kalau harga gitar tersebut pasti mahal.
"Eh ada surat-" Baru saja Porsche akan meraih sebuah kertas yang terselip diantara gitar dengan kotak kayu, namun ternyata Chay bergerak lebih cepat. Meraih surat tersebut, begitu juga dengan gitarnya lalu segera berlari ke kamar. Tanpa menoleh lagi ke arah Porsche, meninggalkan kakaknya itu yang masih termenung dan kaget karena gerakan Chay yang begitu cepat.
"Eiyy.." Porsche bergumam begitu kesadarannya sudah kembali. Kepalanya menoleh ke lantai dua, ke arah Porschay yang baru saja menutup pintu kamarnya dengan cukup keras lalu menggeleng-gelengkan kepalanya.
Sudah bisa ditebak dari siapa gitar itu. Dia sudah tau permasalahan adiknya itu termasuk keharusan Porschay untuk memilih satu dari dua calon mate yang diberikan kepadanya. Dan mengingat siapa saja calon matenya itu, maka sudah pasti gitar yang barusan adalah dari Kimhan.
Porsche menggelengkan kepalanya lagi begitu menyadari fakta itu. Adik dari matenya itu ternyata sama saja, sama seperti Kinn, kakaknya sendiri. Mereka berdua suka sekali memberikan hadiah mahal atau bagaimana? Porsche bahkan tidak tau sudah berapa banyak hadiah-hadiah mewah yang dia terima dari Kinn. Dan meskipun dia tidak meminta hal itu, Kinn selalu memaksanya atau paling tidak selalu menemukan cara agar ia mau menerimanya.
Porsche mendengus. Bagaimanapun keduanya sama-sama Teerapanyakul. Berasal dari satu garis keturunan yang sama bahkan dari satu rahim yang sama.
Two brothers, same personality.
.
.
I send a love whisper inside the beat of every guitar string. I hope you have a wonderful day and good luck for the college entrance exam, Chay.
Ps. You know that I adore you so much, right?
And, call me when this guitar arrives.
- With Love, Kimhan
Chay tidak bisa menahan bibirnya yang tersenyum lebar begitu membaca barisan kalimat dalam surat yang tertulis tangan diatas kertas berwarna ungu tersebut. Pipinya mengembang lebar seturut biburnya yang masih menolak untuk berhenti tersenyum. Dan bahkan sekarang Chay bisa merasakan bahwa wajahnya memanas dan ada rasa geli yang menghiasi perutnya.
Jadi dengan gemas dia menaruh gitar tersebut diatas meja, sementara ia sendiri langsung menjatuhkan tubuh diatas kasur. Menenggelamkan wajahnya diantara bantal dan selimut kemudian menendang-nendang kakinya dengan bahagia diatas sana. Tangannya dengan gemas juga memukul-mukul bantal, kemudian berguling-guling diatas ranjang. Masih menutup wajahnya sendiri dengan selimut, berusaha untuk menyembunyikan teriakan dan juga pekikan bahagianya.
Setelah beberapa menit melakukan hal konyol itu, Chay akhirnya mulai bisa mengatur nafas. mengipasi wajahnya sendiri yang masih terasa panas kemudian kembali meraih surat yang datang bersamaan dengan gitarnya tadi. Membaca sekali lagi, kemudian blushing sekali lagi.
Kenapa hanya kata-kata seperti itu saja berhasil membuatnya berdebar seperti ini sih?
Chay termenung sebentar. Kemudian mendekatkan kertas tersebut ke hidungnya saat ia menyadari sesuatu. Dan benar saja, kertas itu dipenuhi dengan feromon Kimhan.
Entah secara sengaja atau tidak ditinggalkan disana. Namun mengingat bahwa ini adalah tulisan tangan KImhan sendiri –Chay sangat hafal bagaimana bentuk tulisan tangan idolanya itu-, mungkin memang feromonnya tidak sengaja tertinggal disana.
Tapi kalau memang sengaja ditinggalkan......
Chay berteriak lagi sambil menendang-nendang kakinya di udara. Kenapa dia seperti remaja kasmaran begini sih?
Oh tunggu-
Dia kan memang remaja.
"Oh iya hubungi Kak Kim." Serunya saat baru ingat pesan di baris terakhir surat Kimhan. Jadi dengan segera dia berjalan menuju meja belajarnya dan meraih ponsel. Mencari nomor Kimhan disana.
Kak, sibuk tidak? Aku telfon ya?
Chay mengirimkan teks terlebih dulu untuk sekedar meminta izin. Kemudian menunggu beberapa saat sampai ia akhirnya memencet tombol dial.
Beberapa saat dia menunggu, suara dering diujung sana sudah terdengar dan menunjukkan bahwa telfonnya tersambung. Namun entah kenapa tidak kunjung diangkat. Chay mematikan panggilannya, kemudian mencoba sekali lagi.
Dengan harap-harap cemas, dia menanti agar Kim mengangkat telfonnya. Kuku jempol kanannya tersebut ia gigiti dengan gugup, menanti seseorang menjawab panggillannya. Namun lagi-lagi hanya menyisakan suara bippp panjang tanda bahwa orang di seberang sana tidak bisa menjawab panggilannya saat ini. Dan akhirnya, Chay menyerah.
Dia menghela nafas kemudian melemparkan ponselnya ke atas ranjang, lalu melirik gitarnya yang masih berada diatas meja. Kemudian menghela nafas lagi.
Sulit memang memiliki hubungan dengan seorang artis.
Dan demi menghindari suasana hatinya yang sedang buruk, akhirnya Chay memilih untuk segera mematikan lampu kamar kemudian meraih selimut dan tidur.
Dia sendiri tidak tau, kenapa perasaannya sangat mudah di bolak-balikkan secepat ini? Kenapa dia sangat mudah berubah mood, huh?
.
.
Dua hari berlalu sejak Kimhan berusaha dihubungi Chay dan sejak gitar hadiahnya datang. Namun Alpha itu tetap tidak menghubunginya kembali atau sekedar membalas pesannya. Membuat Chay yang awalnya semangat dan bahagia menerima gitar tersebut sekarang justru merasa kesal.
Oke, dia tidak seharusnya kesal karena alasan yang demikian. Itu kekanakkan sekali. Tapi Chay kesal dengan dirinya sendiri yang entah kenapa tidak bisa bersabar. Dia setiap jamnya selalu memeriksa ponsel, berharap Kimhan menghubunginya kembali atau paling tidak membalas pesannya sekedar mengatakan "Maaf, aku sibuk.". Tapi nyatanya tidak ada sama sekali. Selalu begitu, menghilang tanpa kabar.
Hubungan mereka sebelumnya memang seperti ini sih. Kadang Kimhan menghilang tanpa kabar dan kemudian beberapa hari setelahnya baru membalas pesannya lagi. Dan Chay sangat oke dengan hal itu. Namun kini kan keadaannya berbeda. Meskipun tidak bisa dikatakan mereka terikat akan satu komitmen tertentu, tapi kesepakatan mereka berdua mengamini bahwa hubungan mereka saat ini seharusnya satu tingkat lebih tinggi. Ini demi takdir yang diberikan Moon Goddess itu, kan?
Tetapi kenapa Kimhan seperti tidak menganggap hubungan mereka naik satu tingkat?
Tapi sudahlah. Chay berusaha melupakannya sebentar. Terlebih lagi hari ini memang dia ada janji bertemu dengan Macau. Jadi selama dengan Macau, dia akan melupakan Kimhan dan benar-benar menikmati waktunya dengan calon matenya yang lain itu.
Dan benar saja, hampir satu hari penuh yang dia habiskan dengan Macau memang begitu seru. Dia bisa sepenuhnya melupakan rasa kesalnya terhadap Kimhan. Ya dia tidak mau menjadikan Macau pelarian sih. Memang betul acaranya dengan Macau hari ini benar-benar seru, terlepas dari apa yang dia pikirkan terhadap Kimhan.
Tapi begitu dia pulang dan melihat gitar yang bersandar di ujung ruangan, rasa kesalnya seperti kembali lagi. Kali ini seperti tanpa alasan karena Chay bahkan sudah mengira dia sudah baik-baik saja. Namun ternyata tidak terlalu.
Jadi dengan langkah menghentak, Chay berjalan menuju gitar tersebut membawanya kemudian menaruhnya diatas lemari tinggi yang ada di kamarnya. Sebisa mungkin menjauhkan agar gitar tersebut tidak langsung dia lihat dengan matanya sendiri. Kemudian segera beranjak menuju kamar mandi, ingin membersihkan diri.
.
.
Chay sebenarnya sudah sejak tadi mendengar ponselnya berdering tanpa henti. Namun posisinya, dia masih ada didalam kamar mandi dengan tubuh penuh busa. Awalnya dia mengira mungkin itu Porsche. Jadi dia membiarkannya karena nanti bisa segera ia hubungi kembali. Namun setelah keluar dari kamar mandi, masih dengan rambut basah dan handuk yang menggantung di lehernya, Chay memerika ponsel miliknya dan seketika terperanjat begitu melihat siapa yang menghubunginya sejak tadi.
Kak Kim, 22 missed calls...
Jadi dengan segera dan tanpa berpikir panjang lagi, Chay kembali menghubungi Kimhan. Harap-harap cemas karena panggilan terakhir yang dilakukan Kim adalah 5 menit lalu.
Namun ternyata tidak sampai deringan kedua, Kimhan sudah mengangkat panggilannya. Seketika membuat telinganya disambut suara familiar yang selalu menjadi favoritnya itu.
"Hey, where are you?"
"Maaf kak, aku habis mandi tadi." Jawab Chay.
"Mau video call?" Kim menawarkan. Kemudian Chay segera mengubah mode panggilan mereka menjadi face time. Menampilkan Kimhan dengan kaos putih miliknya yang dilapisi dengan sebuah jaket jeans. Terlihat seperti berada di sebuah studio rekaman.
"Dimana?" Tanya Chay langsung.
"Studio rekaman." Jawabnya "Aku sedang rekaman lagu baru." Lanjutnya yang seketika mengundang antusiasme Porschay.
"Really? Album?"
"No. Single." Jawab Kim "Seperti aku, masih single." Dan Porschay mendengus saja mendengarnya. Apa maksudnya mengatakan hal itu?
"I'm sorry Chay." Kimhan membuka suaranya lagi. menatap lurus Porschay melalui layar, memastikan bahwa lawan bicaranya mengerti benar apa yang ia maksud.
"Aku akhir-akhir ini benar-benar sibuk dan lagi-lagi tidak bisa membalas chat kamu. Kamu pasti marah?" tanyanya. Dan Chay hanya mengangguk. Dia tidak akan menutupi apapun dan mengatakan apa yang ia rasakan. Semuanya.
"Sebenarnya tidak marah. Hanya..... kesal? Tapi kalau memang Kak Kim sibuk, ya aku bisa apa." Jawabnya singkat. ya meskipun dia tetap berharap paling tidak Kimhan membalas chatnya. Karena demi Moon Goddess, membalas pesan tidak memerlukan waktu lama kan?
Tapi dia menghela nafas lagi. Hubungan mereka kan masih ambigu dan dia sebenarnya tidak memiliki hak untuk menuntut ini itu dari Kimhan. Makanya dia merasa dia sebenarnya sebal lebih kepada dirinya sendiri.
"That's why I'm sorry, okay cutie?"
Oh tidak. Chay rasanya ingin memukul Kimhan sekarang. Bagaimana bisa serangannya yang barusan dilakukan dengan semudah itu dan tanpa rasa bersalah. Apa yang dia katakan tadi? Cutie?
"K-kenapa memanggil aku seperti itu?" Ia berusaha menahan agar bibirnya tidak tersenyum lebar saat ini. Dan sepertinya sulit karena faktanya ia bisa merasakan pipinya terangkat penuh sekarang.
"Look! Your smile is so cute, makanya aku memanggil kamu cutie. Apakah itu salah?"
Okay. Chay tidak bodoh untuk mengetahui bahwa Kimhan sedang flirting dengannya sekarang. Tapi, ini semua benar-benar terlalu tiba-tiba!
"So cheesy!" serunya galak, tapi lagi-lagi tidak bisa menyembunyikan senyum lebarnya. Dan hanya dibalas dengan kekehan Kimhan, menunjukkan bagaimana bungsu Teerapanyakul itu tersenyum hingga matanya menyipit.
Tidak lama setelah keduanya selesai dengan tawa mereka, Kim tiba-tiba saja mengubah posisi ponselnya. Dari yang tadi ia pegang kini terlihat ia sandarkan pada sesuatu hingga menunjukkan setengah badannya yang duduk di kursi. Dan kemudian Alpha itu pun meraih sebuah gitar untuk ia pangku. Memetiknya secara perlahan.
"Bagaimana gitarnya?" Tanyanya. Dan Chay seketika menyadari sesuatu. Ia segera berlari menuju lemari, mengambil gitar yang tadi ia naikkan keatas sana kemudian membawanya kembali ke hadapan Kim melalui video call keduanya itu.
"Aku suka!" jawabnya bersemangat sambil menunjukkan gitarnya, kemudian memangkunya, ikut melakukan apa yang Kim lakukan. Memetik senar gitar mereka masing-masing, namun kini menghasilkan melodi yang entah kenapa terdengar indah.
"Apakah nyaman dimainkan?" tanya Kimhan setelahnya. Chay mengangguk semangat. Oh tentu saja nyaman, dia tau berapa harga gitar ini. dan untuk harga semahal itu, sudah pasti sangat nyaman untuk ia gunakan.
"Tapi ini terlalu mahal." Chay mengeluh, bibirnya mengerucut dan lagi-lagi mengundang kekehan dari Kim.
"It's okay. A good musician needs a good instrument, right?" Tanyanya "Lagipula aku mau kamu membawa gitar itu untuk seleksi masuk nantinya. Bulan depan, kan?" tanyanya lagi yang dibalas anggukan Chay. Seleksi masuk perguruan tingginya, bulan depan. Dimulai dengan mengirimkan portofolio permainan alat musiknya karena memang Chay akan mendaftar di Fakultas Seni dengan major seni musik. Keinginannya sejak lama.
"Good luck. Aku mau kamu membawa part of me jadi aku bisa menjadi bagian dari alasan kelolosan kamu nantinya."
"Ih." Seru Porschay, kemudian menggeleng geli. Kimhan benar-benar cheesy hari ini dan dia sedikit kaget.
"Why, though? Kenapa tertawa sih?" tanya Kimhan "Kamu sadar kan kalau aku sedang flirting?" Tanyanya tanpa aba-aba. Dan Porschay mengangguk menjawabnya. Sudah sejak awal dia tau bahwa Kimhan memang memulai flirtingnya, namun maksudnya, tidak sejauh ini juga. Ini terlalu drastis.
"Kalau begitu jangan larang aku. Kan aku sedang berusaha memenangkan hati seseorang."
"Siapa?" Tanya Porschay memancing. Dan ditanya seperti itu justru membuat Kimhan memicingkan mata, kemudian mendesis dan memeluk gitarnya sendiri.
"Siapa ya?" tanyanya balas menggoda. "Great Omega, mungkin?"
"Hey!" Chay berseru kemudian melotot. Berani-beraninya Kimhan becanda dengan membawa Great Omega? Ya meskipun dia tau bahwa Great Omega sudah termasuk keluarganya saat ini, namun kan tetap saja. tidak etis membawa sosok Great Omega kedalam pembahasan mereka seperti ini.
"I'm kidding. It's you, Porschay. Memangnya siapa lagi?" jawabnya gemas "Anggap saja aku sedang dalam misi untuk membuat seseorang jatuh cinta sekarang." Lanjutnya kemudian kembali memangku gitarnya, memetik beberapa nada lalu bergumam bersamaan dengan musik yang dikeluarkan gitarnya tersebut.
Sebuah lagu yang Porschay sangat-sangat kenali. Salah satu lagu dari album pertama Kimhan. Dan sepertinya Kim sengaja menyanyikan lagu itu karena dia ingat Porschay pernah mengatakan lagu favoritnya.
Jadi dengan refleks, Porschay juga ikut memainkan gitarnya sendiri. Yang tidak lama diikuti dengan suara Kimhan yang mulai terdengar menyanyikan lirik lagunya, yang juga di harmonisasikan oleh Porschay. Jadi keduanya kini sedang sama-sama bermain gitar dan bernyanyi untuk satu sama lain melalui sebuah panggilan video. Mengharmonisasikan suara dan petikan gitar keduanya yang meskipun terhalang oleh jarak, nyatanya terdengar sangat pas satu sama lain.
Dan malam itu akhirnya Chay tau bahwa Tryst yang ia lakukan dengan Kimhan menghasilkan satu benih baru dalam hatinya. Sebuah benih yang sangat-sangat mungkin bisa bertumbuh menjadi tunas apabila dirawat dengan baik.
Dan entah mengapa, Chay sendiri tidak sabar untuk menanti tunas itu muncul.
Bisakah secepatnya?
Tidak ada yang tau. Tidak dirinya, tidak Kimhan, bahkan tidak juga seorang wanita yang memperhatikan keduanya dari atas sana. Seorang wanita yang ikut tersenyum di setiap senyuman yang dikeluarkan Porschay.
Semuanya masih menjadi rahasia. Rahasia yang mungkin...... justru bisa mempermainkan semuanya?
.
.
Hi gesssss..
Kalian sadar kan ya kalo karakter Kimhan aku buat beda banget disini?
Aku harap kalian oke dengan hal itu soalnya kan ini fanfiction HEHEHEH
Jujur aku takut banget ngepost story ini tuh. Aku takut diamuk massa apalagi soal endingnya nanti :')
But, kalian percaya aku kan?
LOL, emangnya aku siapa ya? Wkwkwk.
But I hope you liked it guysss. Macaunya next chapter.
Oh iya nanya dong. Kalo kalian ada di posisi Chay dan crush kalian kayak Kimhan alias suka ilang-ilangan mulu, gimana? Gas aja atau yaudah berhenti?
Gitu aja ya. Papayyy everyone~
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Com