7. Plan 2 - Body (II) 🔞
Seingat Porschay, dirinya tadi memutuskan untuk tidur siang setelah pulang dari istana untuk menemui Great Omega. Seingatnya juga tadi dia langsung masuk ke kamar dan bergelung dibawah selimut karena memang secara tiba-tiba dia merasa kelelahan dan mengantuk.
Dan dia yakin benar bahwa kamarnya masih berupa kamar kecil dengan nuansa putih dan penuh dengan berbagai barang-barangnya yang berhubungan dengan musik. Tapi yang ada Porschay sekarang malah ada didepan sebuah air terjun yang cukup tenang. Alirannya tidak terlalu kencang, begitu juga arus di sungai dibawahnya yang cenderung tenang. Terlebih lagi, air disini berwarna biru kehijauan.
Porschay baru pertama kali melihat air terjun seperti ini di hidupnya. Namun kembali lagi pada pemikirannya tadi, kenapa dia yang jelas-jelas berbaring di kasurnya tiba-tiba harus berada di sini? Awalnya, dia mengira pasti ini adalah mimpi karena ketidaklogisan yang terjadi. Namun secara bersamaan, hembusan angin, percikan air-air lembut dan juga suara gemericik itu terdengar begitu nyata, terlalu nyata. Termasuk saat sekarang Porschay sudah memasukkan kakinya kedalam air. Rasa dinginnya tidak mungkin terasa sejelas ini apabila ini hanya mimpi.
Tangannya tidak tinggal diam saja, namun terulur ke bawah dan ikut merasakan dinginnya air bening itu. Dan dalam sekali sentuh saja Porschay bisa tau air ini adalah air yang begitu segar. Seketika membuatnya berkeinginan untuk berenang disana.
Namun belum sempat dia merealisasikan hal itu, tiba-tiba telinganya mendengar suara berisik yang tidak jauh dari sana. Lehernya akhirnya menoleh kesana kemari, mencari sumber berisik tersebut hingga ia menemukan tidak jauh dari air terjun tersebut, terlihat dua ekor serigala yang seperti sedang berkelahi. Saling menggigit kemudian berguling-guling diatas rumput.
Seharusnya dia lari, menjauh dari sana karena pertarungan itu terlihat menyeramkan. Namun yang terjadi entah kenapa kakinya malah memutuskan untuk keluar dari air dan berjalan mendekat. Menuju area berumput dimana kedua serigala berwarna cokelat dan abu-abu itu masih saling berguling dan menyerang.
Porschay mengerutkan kening. Kenapa dia melakukan ini? Kenapa dia mendekat seperti tanpa merasa ketakutan? Padahal, dari jarak jauh pun geraman dua serigala tadi sudah terdengar menyeramkan.
Beberapa langkah lagi, dan Chay bisa mendekat ke arah mereka. Namun sialnya, seperti keberuntungan tidak memihak pada omega itu karena yang terjadi selanjutnya adalah kedua serigala yang berhenti dari kegiatan mereka dan secara bersamaan menoleh ke arah Porschay. Menunjukkan mata mereka yang sama-sama berwarna merah, nyalang.
Kenapa... kenapa dia merasa seperti mengenal keduanya?
Geraman itu semakin keras. Dan Chay baru saja menyadari tanda bahaya yang dia rasakan. Apalagi saat kedua serigala itu justru menunjukkan taring mereka kearahnya. Satu langkah mundur ia ambil, bersiap untuk berlari, namun semuanya seperti terlambat. Karena akhirnya, serigala abu-abu dan cokelat itu malah menggeram keras kemudian menyerangnya. Lalu...
Lalu Porschay terbangun!
Nafasnya terengah dengan keringat yang membanjiri tubuhnya. Benar-benar banjir hingga kemeja yang dia gunakan juga benar-benar basah. Namun lebih dari itu, Porschay juga merasakan bagian tubuhnya lain yang basah, diikuti dengan aroma feromonnya yang bahkan bisa dia cium sendiri.
"Oh no." Bisiknya sedih saat menyadari apa yang terjadi pada tubuhnya. Ada sebuah genangan cairan kental yang juga membasahi pahanya. Beserta perutnya yang terasa melilit dan kepala yang luar biasa pusing.
Heat pertamanya!
Porschay terpaku. Oh tidak, ini benar-benar adalah hal yang tidak dia harapkan akan datang secepat ini!
***
Tangan Porschay bergetar memegang ponselnya, berkali-kali panggilan yang dia lakukan tidak membuahkan hasil. Diabaikan. Tidak ada panggilan balik yang dia terima.
Satu jeritan keras dia keluarkan diikuti dengan suara tangisannya yang semakin kencang. Duduknya yang bersimpuh diatas ranjang terlihat sedikit menunduk, menekan bagian perutnya yang melilit, memutar, dan rasanya hampir menghancurkan bagian tengah badannya itu.
Keringat yang mengalir deras tidak lagi Porschay pedulikan, bahkan bajunya sudah hampir basah kuyup karena dia tidak bisa mengontrol keringatnya. Berikut juga dengan rasa basah yang ada di bagian bawah, menggenang diatas sprei putih miliknya beserta suara becek yang terdengar setiap kali dia bergerak.
"Kak, please." Bisiknya putus asa sambil menekan tombol dial sekali lagi. Wajahnya lembab karena air mata, pandangannya memburam. Apalagi ruangan tersebut kini mulai gelap dan Porschay bahkan tidak bisa bergerak untuk menyalakan lampu. Bahkan dia juga yakin seluruh rumahnya sekarang masih begitu gelap, dia tidak bisa bangkit.
"Kakkkk.." Chay hampir meraung saat sekali lagi Porsche menolak panggilannya. Kepalanya berputar sekarang, bingung kalau Porsche tidak bisa membantunya (yang bahkan Chay tidak tau kakaknya kemana sekarang), siapa yang bisa dia mintai tolong? Dia tidak punya siapapun.
Ponsel tersebut dilempar ke ujung ranjang. Sementara tubuhnya meringkuk, melingkar memeluk dirinya sendiri. Menahan rasa melilit dan nyeri luar biasa di bagian tengah tubuhnya, termasuk kepalanya yang terasa ingin pecah.
Dia berpikir akan menahan semuanya sendirian setidaknya sampai Porsche merespon panggilannya atau gentian menghubunginya. Atau setidaknya sampai tubuhnya merasa lebih baik dan dia bisa bergerak sendiri untuk meraih obat heat yang ada di lemari di ujung ruangan. Tapi baru dua menit Porschay berdiam diri dalam posisi meringkuknya, dia merasa tidak bisa menahannya lagi.
Hingga akhirnya dia merangkak pelan. Masih dengan menekan bagian perut bawahnya, meraih ponsel dan mencari salah satu kontak disana.
Pilihlah berdasarkan tubuhmu, pilihlah apa yang tubuhmu inginkan.
Mendadak aroma orange blossom dan kayu-kayuan secara ajaib menyerang penciumannya.
Hingga kemudian satu dial dia lakukan, pencetan terakhir sebelum Porschay jatuh tidak sadarkan diri dan meninggalkan orang di seberang dengan bingung karena tidak mendengar suara apapun..
On call, Kimhan...
***
Kimhan sebelumnya tengah berada di studio dan sedang melakukan mixing untuk lagu barunya ketika Porschay menelfon. Yang seketika membuatnya hampir meloncat dari tempat duduknya saat melihat nama Porschay, yang sudah seminggu ini mengabaikannya akhirnya menghubunginya terlebih dulu.
Namun saat Kimhan mengangkat panggilan itu dan tidak mendengar suara apapun selain nafas berantakan dan lirihan samar, saat itulah Kimhan langsung melesat secepat kilat pergi.
Dia takut, takut sekali sesuatu terjadi pada Porschay. Dia bahkan tidak bisa berpikir lurus selama perjalanannya. Yang dia tau adalah dia harus segera mencapai rumah Porschay, apapun yang terjadi.
Karena kalau sampai sesuatu yang buruk terjadi pada omega itu, Kimhan merasa usahanya selama ini sia-sia. Usahanya untuk melindungi Porschay dengan sedikit menjauh dari omega itu akan tidak berguna. Dia takut sekali ancaman yang datang kepadanya sejak penurunan dan pencabutan paksa jabatan para pejabat dan tetua Beberapa bulan lalu dari istana akan terjadi. Ancaman dan terror karena Kimhan termasuk ke bagian orang-orang yang menyebabkan hal itu terjadi.
Kimhan sebenarnya sangat tidak peduli pada bentuk ancaman apapun yang terjadi kepadanya, dia tau dan cukup percaya diri untuk bisa melindungi sendiri. Namun tidak apabila ancaman dan terror itu berubah Haluan menjadi mengancam orang terdekatnya, orang yang dia sayangi.
Ancaman untuk mencelakai Porschay. Yang Kimhan sendiri juga tidak tau darimana orang-orang ini mengetahui tentang Porschay.
Jadi memang yang selama ini Kimhan lakukan adalah berusaha sebisa mungkin untuk menghindar dan mengurangi kebersamaannya dengan Porschay. Memilih untuk mengawasi omega itu dari kejauhan saja meskipun dia tau pilihannya itu membuatnya kemungkinan besar untuk kalah.
Dan hari ini, saat semua ketakutannya berkumpul menjadi satu, Kimhan merasa dirinya begitu bodoh. Saat dia sudah sampai didepan rumah Porschay dan melihat rumah itu geklap gulita meskipun sore sudah menyapa. Langkahnya berjalan lebar-lebar memasuki rumah, berharap menemukan Porschay ada disana dalam kondisi baik-baik saja. Atau setidaknya berharap bertemu dengan Porsche untuk bisa dia tanyai terkait Porsche.
Tapi nihil.
Rumah itu kosong. Pintunya terkunci. Namun Kimhan bisa melihat ada sepatu favorit Porschay tergeletak diluar, yang artinya kemungkinan besar omega itu ada di dalam. Jadi dengan kemampuan mata-matanya selama ini, dia mengutak-atik kunci pintu rumah tersebut. Memakan waktu Beberapa menit sebelum akhirnya bisa terbuka dengan suara klik nyaring.
Satu langkah lebar kembali diambil Kimhan, berjalan memasuki rumah yang terlihat kosong tersebut dan berseru panik. Memanggil-manggil nama Porschay.
"Chay!" Panggilnya mulai frustasi. Namun kemudian dengan satu keputusan terakhir, Kimhan akhirnya memutuskan untuk melangkah ke lantai dua. Tempat dimana setahunya kamar Porschay berada.
Kimhan belum pernah memasuki rumah ini. Dia hanya berbekal intuisinya untuk mencari-cari jalan dan pintu ditengah-tengah kondisi yang begitu gelap tersebut. Hingga sampai di sebuah pintu di ujung ruangan lantai dua, dimana dari dalamnya dia mendengar sesuatu. Semacam rintihan dan erangan kesakitan.
"Chay? Porschay?!!" Kimhan mengetuk pintu tersebut, berharap mendapat jawaban. Namun ketika apa yang dia tunggu tidak kunjung terjadid, akhirnya Alpha Theerapanyakul tersebut memutuskan untuk mendobrak pintu tersebut.
Namun yang terjadi setelah pintu tersebut terbuka lebar dan meninggalnkan rasa nyeri di Pundak kanannya, sebuah penyesalan yang sangat besar muncul di otak Kimhan. Aroma cinnamon dan vanilla menyeruak keluar dari kamar yang awlanya tertutup rapat tersebut. Menembus keluar, dan menembus ke penciuman Kimhan juga. Membuat kakinya limbung, otaknya mati sejenak, dan pandangannya mendadak buram.
Otaknya di tengah gelapnya ruangan, dengan hanya mengandalkan seberkas cahaya dari lampu jalanan di luar, terus menangkap gambar Porschay, mengenakan kemeja biru muda yang sudah terpasang berantakan. Tengah duduk di ujung ranjang dengan polos beserta isakan-isakan kecil manja. Turun ke bawah—
Kimhan bahkan tidak berani melanjutkan pemikiran cabulnya meskipun yang dia lihat didepan matanya sendiri itu benar-benar cabul.
"C—Chay?" Panggilnya pelan. Dan dari hal itu, Kimhan bisa merasakan sendiri bahwa tenggorokannya mendadak menjadi sekering gurun sahara. Membuat ada sesuatu yang sangat mencekat di tenggorokannya bahkan disaat dia hanya ingin mengucapkan Beberapa kata saja.
"Ngg— Kak.. Kakak—"
SIALAN. BAJINGAN.
Kimhan mengeluarkan segala jenis umpatan di dalam hatinya. Langkah kakinya alih-alih maju malah kini berusaha mundur. Berusaha menjaga dirinya sendiri dan juga menjaga Porschay dari hal berbahaya yang mungkin dia sendiri bisa lakukan.
"Chay? W- why?" Bisiknya pelan, dan karena ruangan tersebut hening dan hanya dipenuhi suara desahan dan rengekan Porschay, Kimhan yakin bisikan itupun bisa didengar baik oleh si pengacau otaknya itu.
"Kak Kim, help me."
Kimhan bersumpah dalam hatinya, Porschay ini terlihat seperti sebuah buah terlarang yang dilarang untuk disentuh, namun membuatnya semakin mengingingkannya. Dan apa pula itu tadi? Meminta bantuan padanya dengan suara sepolos itu?
Kimhan mulai merasakan ada bagian di selatan tubuhnya yang bereaksi.
Aroma manis vanilla dan cinnamon semakin merusak sel-sel otak Kimhan, memanggilnya dan menambahkan entah apapun aroma yang secara ajaib menggodanya. Kimhan melemparkan pandangannya ke arah lain, sedikit mengeluarkan pandangan bersalah darisana. Namun sekilas dia bisa melihat apa yang ada dibawah sana, apa yang tengah disentuh Porschay dan apa yang tengah dikelilingi sebuah cairan kental berkilau itu.
Itu terlihat lembut dan kenyal, seperti sesuatu yang dia suka.
..dan seperti sesuatu yang ingin dia cicipi.
"Kak Kim... nghhhhh, sakit. Bantu.. bantu Chay. Ngghh—"
CTAK!
Satu tali kewarasan terakhir yang ada di otaknya mendadak putus. Kalimat Porschay barusan sama sekali tidak membantu Kimhan untuk mendapatkan kewarasannya kembali. Yang ad aitu seperti sebuah lampu hijau untuk membuat Kimhan akhirnya berjalan mendekat, pelan, hingga kemudian dia naik keatas ranjang. Bergabung dengan Porschay dan seketika semakin mengundang lirihan dan rengekan manja yang terdengar seperti suara surga di telinganya.
Tengannya lembut, terulur menyentuh rahang Porschay dan merasakan seberapa panas suhu badan si omega dibawah sentuhannya. Elusannya semakin berani dan sekarang menyasar menuju leher, tempat darimana aroma vanilla cinnamon tersebut mengeluar, kemudian menggesekkan pergelangan tangannya disana. Menggabungkan aroma manis vanilla cinnamon dengan aroma segar orange blossom miliknya untuk menguar di udara.
"Hngggg—" Porschay mendesah lagi, dan itu juga ikut mengundang desahan frustasi Kimhan.
Alpha itu menjilat bibirnya, menggiurkan sekali memikirkan bagaimana kalau dia membungkam bibir yang terus mendesah itu dengan bibirnya. Memeriksa apakah bibir yang mengeluarkan suara penuh dosa tersebut pantas untuk dilingkupi dengan bibirnya seniri. Untuk memeriksa apakah benda kenyal tersebut sepanas suhu tubuh Porschay yang lainnya. Dan apabila beruntung, mungkin Kimhan bisa merasakan bibir tersebut meleleh ikut membakar bibirnya dan juga lidahnya sambil merasakan cairan manis mereka yang mungkin Bersatu disana.
Porschay merespon sentuhannya. Menggeliat menyesuaikan diri dengan sentuhan panas dan menggerakkan bagian bawah tubuhnya yang sudah terlucuti dan mengeluarkan cairan beraroma manis. Sejak kapan dia menjadi seperti ini? Sejak kapan dia menyerah pada nafsunya sendiri? Kimhan tidak pernah tau. Namun yang jelas dia tau, sejak respon tersebut diberikan, Kimhan yakin bahwa tidak ada lagi langkah mundur untuk mereka berdua.
Membuatnya akhirnya menyerah dan memutuskan untuk mengikuti apa yang nalurinya katakan. Menyerah atas panas yang dihasilkan dari sentuhannya sendiri dan akhirnya merasakan benar bahwa benda kenyal tersebut lembut dan meleleh diantara bibirnya sendiri. Dipersatukan keduanya dan membuat rasa tersebut menjadi sempurna. Menguarkan aroma manis vanilla dan cinnamon yang seketika membuat Kimhan merasa dia berada di tengah-tengah toko kue dengan pastry-pastry cantik yang baru saja keluar dari pemanggangan. Membayangkan rasa caramel manis dari kulit-kulit pastry tersebut menyentuh lidahnya.
Bedanya, alih-alih renyah yang dia rasakan di lidah, benda lunak lainnya adalah hal yang menyambut lidahnya. Bergulat disana, saling menyentuh disana, hingga membuat cairan bening keluar dari sela-sela bibir mereka.
Itu dia. Ada erangan dan desahan yang sama-sama mereka keluarkan setelahnya. Saling mencicipi rasa satu sama lain dengan ujung lidah. Merasakan bagaimana pahit serta manis menyatu bersamaan di lidah masing-masing dengan seimbang dan sempurna. Bahkan saat tangan Kimhan juga terangkat dan mencoba membuka kemeja Porschay. Tidak ada penolakan disana, yang ada hanya erangan omega itu dibawah sentuhannya yang semakin keras.
Sebagai seorang Theerapanyakul, Kimhan sama seperti dua Alpha lainnya yang suka mencoba-coba banyak hal. Termasuk omega. Dia cukup tau bagaimana rasanya dan bagaimana seharusnya dia menyayangi seorang omega dan memanjakan mereka. Tapi dari sekian banyak hal yang dia lakukan, yang kali ini terasa sangat berbeda.
Ada yang berbeda dari omega ini. Bahkan dari rasa yang dicecap Kimhan pun, dia tau tidak ada yang palsu tentang Porschay. Rasanya begitu manis, asli, dan tidak ada kepalsuan. Omega ini baru saja mendapatkan heat pertamanya, dan mungkin itu yang membuat semua terasa berbeda. Membuat Kimhan sendiri si perayu ulung malah merasa menjadi yang dirayu sekarang.
Membuatnya melakukan sentuhan-sentuhan ringan tersebut dengan hati-hati. Bukan hanya sentuhan romantis, namun Kimhan juga ingin membuat Porschay menikmati semuanya. Dia ingin Porshcay siap untuk menghadapi rasa panas lainnya yang mungkin akan terjadi selanjutnya.
Fuck!
Kimhan mengumpat dalam hati saat dia merasakan bagaimana Porschay membalas sentuhannya. Tangan lembut itu mendarat ditengah-tengah celana miliknya, mengelus disana selama mereka masih saling melumat panas.
Ada rasa basah disana dan dia bisa merasakan hal itu.
Ciuman dibalas ciuman. Sentuhan dibalas sentuhan. Jadi yang Kimhan lakukan setelahnya adalah menurunkan tangannya pula, mencari hal yang sama dari tubuh Porschay dengan hal yang disentuh omega tersebut tadi. Dan disana, dia dengan jelas merasakan panas, basah, dan licin. Seperti siap untuk melakukan semuanya.
Otot pipi pantat Porschay terasa menegang dibawah sentuhan Kimhan. Heat pertama seorang omega memang berbeda. Mereka cenderung tidak tau apa yang harus mereka lakukan, bahkan apa yang mereka butuhkan. Semua penuh kepolosan dan tanpa kepalsuan. Namun disaat yang bersamaan, Kimhan seperti diberitahu bahwa Porschay tau apa yang dia mau. Dan hal itu justru membuat si Alpha kebingungan.
Apakah yang akan dia lakukan setelah ini adalah tepat?
Namun ketika satu desahan lagi dari Porschay memanggilnya untuk kembali dari lamunan, saat itu juga Kimhan membuang semua pikiran tidak pentingnya. Yang dia lakukan setelahnya adalah memperdalam ciuman mereka, sambil berusaha melucuti kemeja Porschay yang masih tersisa. Menjilat bibir basah dan bengkak tersebut sebelum akhirnya dia menarik Porschay untuk berbaring sepenuhnya. Memposisikan Porschay diatas bantal-bantal lembut sebelum kembali mencium omega itu dalam posisi terbaring pasrah. Membuat kaki Panjang si omega terentang lebar-lebar. Membiarkan udara semakin menyentuh sesuatu dibawah sana dan semakin menguarkan aroma manis tersebut memenuhi ruangan. Membuat si omega merinding dibawah sentuhannya sendiri.
Kimhan sendiri juga melakukan hal yang sama. Berusaha melucuti pakaiannya sendiri termasuk yang ada dibawah sana. Memegang pangkal miliknya sendiri sambil membayangkan betapa cantiknya Porschay dibawah sentuhannya kalau saja dia tadi sempat menyakalan lampu terlebih dulu. Namun dibawah cahaya temaram seperti ini saja pun, Kimhan juga masih tetap bisa melihat bagaimana wajah cantik tersebut menatapnya dengan mata berkabut nafsu.
Dia memikirkan betapa sempurna dirinya bisa mengisi Porschay dan memenuhi keinginan si omega yang baru saja ranum sepenuhnya. Memikirkan betapa sempurnanya penyatuan tubuh mereka, disaat tubuh mereka mungkin sama-sama akan menegang, dengan bongkahan tersebut yang menerima kerasnya dan basah hasil mereka diatas seprai. Berikut juga dengan gerakan dan hentakan yang mungkin saja dia lakukan dibawah keringat mereka yang menyatu.
Namun seketika pikirannya berubah terang dan mendadak wajah Macau serta Great Omega terbayang di otaknya, saat itu juga kesadaran memukulnya keras membawanya tepat ke tepi dari pikiran gelap dan nafsu yang sempat memuncak di otaknya. Belum lagi saat tiba-tiba suara seorang Wanita secara imajiner namun ajaib terdengar di otaknya
Jangan diteruskan, bodoh! Aku hanya mengujimu!
"Ya Tuhan." Kimhan berseru dengan kabut nafsu di matanya yang mulai hilang. Membuatnya kemudian bisa melihat jelas, bahwa Porschay sudah tidak sadarkan diri di bawahnya.
"YA TUHAN!" Serunya semakin panik lalu dengan segera beranjak.
Melihat semuanya, mendapatkan kembali kewarasannya, Kimhan tau kalau mungkin saja setelah ini Macau akan membunuhnya.
Atau kalau dia beruntung, Porsche mungkin akan membunuhnya terlebih dulu kalau Alpha itu menemukan adiknya dalam kondisi seperti ini dengan dia yang berada di crime scene.
Sedangkan diatas sana, seorang Wanita yang sempat membisikkan kalimat menghujat kepada Kimhan hanya bisa memijit kepalanya lelah. Nafasnya terhembus berat dengan matanya yang terpejam muak.
"Namanya manusia, diberi cobaan ya benar-benar dicoba." Gumamnya putus asa.
Namun kemudian dia membuka mata, dan menatap lurus kedepan sebelum akhirnya mengambil kesimpulan.
"Tapi dengan begini, setidaknya aku tau..." Dia kembali bergumam.
Kimhan 1 : 1 Macau.
***
Gak bisa anjir bikin nsfw buat bocil wkwk. Di bayanganku Porschay masih bocill. Maafkan karena tidak sesuai ekspektasi ya brow. But please still enjoy this story.
Sorry pendekk, cerita ini tinggal 2 chapter lagi dan aku akan berusaha selesaiin sebelum lahiran HEHEHE.
Ok gitu aja papayyy~
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Com